“Tabuchi.” Ucap Henry rendah yang lebih mirip dengan bisikan dalam bahasa mandarin. Meskipun Ji Eun bisa mendengar bisikan itu dan mengerti arti kata yang tadi diucapkan Henry, tapi ia tidak terlalu yakin dengan pendengarannya.
“Mwo?” Tanya Ji Eun ingin memastikan.
“Ah, anniyo.” Jawab Henry cepat, fokus matanya tidak bergerak, ia masih fokus pada jalanan di depannya.
“Kau mau menjadi dokter hewan?” Tanya Henry setelah hening lama dalam mobil itu. Sebagai jawabannya Ji Eun mengangguk cepat, tapi secepat anggukannya juga ia menyadari Henry tidak melihat gerakannya, ia pun berkata rendah, “Ne.”
“Kau bisa menjaga ikan?” Tanya Henry lagi.
“Ikan apa?”
“Nemo.” Jawab Henry pendek. Ji Eun menatap Henry lama dengan alis terangkat dan pandangan bertanya, “Mwo?”
“Ikan yang ada di film Finding Nemo.”
“Oh, clownfish. Ya, aku bisa. Mudah merawatnya.”
***
Henry menepikan mobilnya dan memarkirkannya di salah satu sisi pasar semi modern tradisional yang terbagi menjadi banyak kios dan gang-gang sempit. Toko-toko kelontong ini menjual berbagai macam barang sesuai dengan letak pasar. Ada bagian sayuran, makanan, daging, pakaian, sepatu, sandal, lalu juga ada bagian hewan. Henry turun dari mobilnya dan langsung menggunakan sunglasses berbingkai putih dan topi yang tadinya hanya terletak bebas di dashboard. Ji Eun yang masih bingung mengapa Henry berhenti dan memarkirkan mobilnya di pasar hanya menatap Henry dengan pandangan bertanya.
“Ayo!” Ajak Henry kepada Ji Eun yang masih duduk di dalam mobil. Henry berjalan memutar dan membuka pintu mobil di samping Ji Eun, lalu menarik Ji Eun keluar dari mobil tapi Ji Eun meronta dan menepisnya.
“Ne! Aku bisa berjalan sendiri, lepaskan aku!” Seru Ji Eun.
Henry memimpin langkah di depan Ji Eun, berjalan santai tapi langkahnya lebar-lebar membuat Ji Eun kesulitan menyamakan langkahnya dengan Henry.
“Hei! Tidakkah kau takut terlihat banyak orang?” Tanya Ji Eun saat akhirnya sudah berhasil berjalan sejajar dengan Henry.
“Takut untuk apa?” Tanya Henry balik.
“Kau kan artis, kau tidak takut diserbu di dalam pasar sempit seperti ini?”
“Mengapa harus takut? Aku tidak akan menjadi seorang artis untuk menjadi seorang penakut.”
“Tapi, tetap saja. Kau itu artis dan kalau orang-orang mengenalmu, kau bisa diserbu, bukankah itu merepotkan?” Ujar Ji Eun sambil menoleh waspada ke kanan dan kiri. Tapi, belum sempat Henry menjawabnya, Ji Eun sudah kembali membuka mulut, “ah, aku tahu. Memang itu kan yang kau mau? Sensasi, kau menginginkan itu kan?” Ji Eun menarik napas sebentar lalu melanjutkan, “ Henry Lau terlihat di sebuah pasar tradisional. Ternyata ia orang yang sangat sederhana, dan ramah! Meskipun diserbu penggemarnya, ia tetap tersenyum ramah. Dan ah, ternyata dia bersama seorang wanita, wanita itu, wanita itu aku!” Pekik Ji Eun setelah selesai meniru pembawa acara gossip di televisi dan menyadari sesuatu.
“Kau berharap tabloid-tabloid mencetak namamu besar-besar, bukan? Lalu aku ikut terseret karena kau mengajakku ke sini bersama. Aku yang orang biasa ini dan tidak punya salah apa-apa akan menjadi korbannya!” Ujar Ji Eun panjang dengan nada-nada yang berubah di setiap akhir kalimatnya. Ji Eun menggeleng-gelengkan kepalanya dan memandang Henry takut-takut.
“Ish, kau ini.” Desis Henry kesal, ia menghentikan langkahnya dan menghadang langkah Ji Eun. “Ya, aku memang seperti itu, lalu aku akan membuatmu menyesal mengatakan semua itu. Bagaimana, takut? Makanya, tidak bisakah kau diam dan hanya mengikutiku? Aku tidak punya banyak waktu. Lagipula siapa yang akan memberitakan aku, hah? Aku hanya seorang M dan hanya akan terkenal di daratan Cina bukan di sini!”
Henry kembali melangkah lebar, meninggalkan Ji Eun yang masih diam di tempatnya karena kaget dibentak Henry barusan. “Lewat sini.” Kata Henry pendek lalu membelok ke kiri. Ji Eun pun mengejar Henry yang sudah hilang di belokan. Sebuah toko kelontong yang cukup besar memenuhi belokan itu. Sebuah toko ikan hias.
***
“Kau mengerjaiku?” Tanya Ji Eun dengan mata disipitkan pada Henry yang berdiri di hadapannya itu.
“Aku? Tidak.” Jawab Henry pendek.
“Tapi, mengapa kau membeli ikan dan langsung saja meminta orang lain untuk merawatnya, hah?” Tuntut Ji Eun.
“Aku hanya menitipkannya padamu, ingat itu. Lagipula dia akan menjadi pasangan Ushiro, ikan Finding Nemoku.”
“Oh,” Ji Eun mengangguk-angguk mengerti, “hei! Kau benar-benar akan menitipkannya di Pet Hotelku? Berapa lama?” Tanya Ji Eun yang sudah berbubah menjadi bersemangat.
“Seminggu.”
“Ne!” Seru Ji Eun yang langsung memutari toko untuk melihat-lihat akuarium yang dijual, “Ahjussi, berapa harga akuarium ini?” Tanya Ji Eun sambil menunjuk sebuah akuarium ukuran sedang yang berkaca bening dengan desain sederhana.
“Dua puluh lima ribu won, Agassi.” Jawab paman pemilik toko.
“Dua puluh lima ribu? Mahal sekali, tidak mungkin. Tidak bisakah kau menurunkannya sedikit? Lima belas ribu?” Tawar Ji Eun yang langsung membuat Henry tertawa tertahan. “Kenapa kau menertawaiku, hah?” Tanya Ji Eun yang langsung berbalik menatap Henry lurus.
“Anniyo, sepuluh ribu won ya, itu memang turun sedikit, Agassi.” Jawab Henry yang masih menutup mulutnya untuk menghentikan tawanya.
“Dua puluh ribu, bagaimana? Aku tidak bisa menurunkannya lagi.” Jawab paman itu.
“Aich, itu masih mahal, Ahjussi,” Ji Eun kembali menatap Henry lurus, “kenapa kau tidak membawanya pulang ke Cina? Ke rumahmu di Cina?” Tanya Ji Eun lemah.
“Tidak bisa,” Jawab Henry pendek sambil berjalan maju mendekati paman pemilik toko, “Ahjussi, berapa harga akuarium itu?” Tanya Henry sambil menunjuk sebuah akuarium indah berbentuk bola.
“Oh itu, empat puluh ribu won, Conggak.” Jawab paman itu.
“Aku beli itu juga dua.”
“Kenapa dua? Aku hanya perlu satu, itu pemborosan.” Bisik Ji Eun pada Henry.
“Satu untukku, satu untukmu. Jangan terlalu percaya diri, Agassi.” Ji Eun menunduk malu dan melihat ujung-ujung sepatunya, tapi rasa senangnya melebihi rasa malunya itu. Akhirnya di Pet Hotel Shopnya ada sebuah akuarium!
“Gomawo.” Bisik Ji Eun.
***
Henry sudah pulang sejam yang lalu meninggalkan Ji Eun dengan Pet Hotelnya yang penuh dengan hewan. Ia senang dengan keramaian Pet Hotelnya, sekarang di Pet Hotelnya ada sembilan belas hewan peliharaan anggota Super Junior. Totalnya sembilan anjing, lima kucing, tiga kura-kura dan dua ikan.
***
Seluruh anggota Super Junior bersiap di belakang panggung, mereka akan menampilkan lagu terakhir mereka bersama dari semua subgroup yang berarti Zhou Mi dan Henry juga ikut tampil bersama. Zhou Mi meggantikan posisi Kibum dan Henry menggantikan posisi Kangin, meski mereka berdua hanya mendapat lirik yang dinyanyikan bersama tapi tentu hal ini membuat mereka berdua senang. Mereka tampil dua belas orang karena Hangeng, sang ketua M sedang dalam masalah dengan pihak manajemen, Kibum sibuk syuting dan Kangin masih wamil. Lagu terakhir yang akan mereka bawakan adalah lagu Bonamana, lagu terbaru mereka. Setelah berdoa bersama –kegiatan yang tidak disukai Heechul- untuk lagu terakhir ini, Siwon, Kyuhyun dan Yesung langsung berlari memutar, mereka akan memulai lagu dari belakang bangku penonton di sayap kiri sedangkan di sayap kanan akan ada Sungmin, Shindong dan Ryeowook.
***
“Kenapa kau menatap Ushiro terus Ddangkonim? Kau mau berenang? Tapi, kau tidak boleh karena kau tidak bisa berenang.” Ji Eun sedang mengajak bicara Ddangkonim yang terlihat menatap akuarium indah milik Ushiro dan Mae, crownfish milik Henry, yang terletak di samping kandangnya di atas meja pojok ruangan. Ruangan itu mungkin sudah menjadi dorm kedua baginya dan saudara-saudaranya, selama dua hari terakhir ini.
“Shower’s time. Ayo mandi!” Ji Eun mengangkat, Ddangkoma, Ddangkonim dan Ddangkoming sekaligus dengan kedua tangannya. Ia duduk di sisi bak mandi hewan dan mulai menyalakan keran air, sehingga bak itu merendam betisnya. Ji Eun mengeluarkan sebuah sikat kecil halus dari kotak dan sebotol sabun. Ddangkoma, Ddangkonim dan Ddangkomin diletakkannya berjejeran di sampingnya. Ia mulai dengan Ddangkoma yang paling besar, namun baru mulai menyikat tempurung Ddangkoma, Ddangkonim naik ke atas pembatas yang tidak terlalu tinggi dan terjun bebas masuk ke dalam air.
“Ddangkonim! Kau ingin mati?!” Seru Ji Eun melihat Ddangkonim jatuh ke dalam air.
***
Lampu panggung remang-remang, musik mulai mengalun cepat.
“Ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddadaddarabba Ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddadaddarabba…”
Siwon muncul dan mulai menyanyikan bagian pertamanya, disusul oleh Heechul yang ada di panggung. Lampu bersinar mengikuti langkah mereka. Lalu, Kyuhyun dan Yesung keluar bersamaan sambil menyanyikan bagian mereka bergantian. Sedangkan di sayap kanan, muncul Ryeowook dan Sungmin, diikuti Shindong di belakang mereka. Suara penonton sangat gaduh mengikuti lagu mereka tapi teriakan histeris penonton di bangku tepi juga hampir memecah konsentrasi mereka. Ryeowook dan Sungmin mulai bernyanyi bersamaan sambil saling memunggungi dan berlari ke arah panggung. Di sayap kiri, tiba-tiba seorang penonton dari tepi mengangkat papannya saat Kyuhyun berlari turun menuju panggung. Kecelakaan tidak terhindarkan, si penonton pembawa papan tergelicir bersamaan dengan Kyuhyun yang menabrak papan nama keras itu. Kyuhyun jatuh menabrak Yesung dan menjatuhkan Siwon yang sudah sampai di bawah. Yang lain masih meneruskan lagu mereka, tidak mengetahui kejadian ini sebelum seorang penonton berteriak histeris melihat bibir dan kepala Kyuhyun berdarah.
***
Mereka bertiga dilarikan ke rumah sakit, juga dengan penonton pembawa papan tadi yang tergelincir. Keadaan makin heboh dan panik saat penonton yang tadi berteriak histeris pingsan di tempat. Acara mereka gagal di akhir dan ditutup dengan cepat oleh pembawa acara. Sedangkan, anggota Super Junior yang lain masih kaget. Mereka langsung melaju menuju rumah sakit dengan mobil kru bersama.
Leeteuk berlarian di sepanjang koridor rumah sakit dan berhenti di depan Siwon yang sedang duduk di ruang tunggu. Pandangan Leeteuk begitu panik, di belakangnya Ryeowook dan Heechul menyusul, lalu yang lain ikut berdatangan.
“Aku baik-baik saja, hanya terkilir karena ditabrak mereka. Tapi, mereka, aku rasa mereka tidak baik-baik saja. Mereka ada di dalam.” Siwon berujar.
“Aku dengar, tangan Kyu patah dan wajahnya terluka, dan Yesung-hyong sepertinya sama parahnya karena dia ditabrak Kyu.” Jelas Siwon.
“Kenapa bisa seperti ini? Kita baru saja mulai.” Kata Ryeowook sedih.
“Semuanya, jangan panik, Kyu dan Yesung mungkin akan cuti selama di Hongkong ini, tapi bagaimana ini? Yesung ui ummani tidak bisa dihubungi.” Ujar Manajer Park yang tiba-tiba muncul dan menjelaskan keadaan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya juga karena pusing dan khawatir.
“Ahjumma tidak bisa ditelpon?” Tanya Sungmin.
“Ya. Bagaimana ini?”
“Lalu bagaimana dengan keluarga Kyu?” Tanya Zhou Mi.
“Cho Ahra, Kyu ui nuna, akan ke sini besok.”
“Jong Jin-ah, Yesung ui dongsaeng. Bagaimana kalau menghubungi Jong Jin?” Usul Siwon pada Manajer Park.
“Nihil. Aku mungkin akan kembali ke Korea besok pagi dan menemui ahjumma langsung.” Putus Manajer Park.
“Ah, Manajer. Sepertinya aku bisa membantumu.” Kata Henry dari jauh.
***
“Jong Jin-ah, ayo makan.” Ajak Ji Eun ke laki-laki muda yang sedang duduk menatap kandang Goming, anjing kecilnya Yesung.
“Aku rasa aku akan membawa Goming ke rumah saja.” Kata Jong Jin sambil menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Ji Eun.
“Kau kesepian? Aku bingung kenapa kau sering libur.” Ji Eun mulai mengaduk mie kacangnya.
“Karena aku menyelesaikan tugasku dengan cepat.” Jawabnya juga sambil mengaduk mie bagiannya dengan senyuman khas seperti kakaknya.
“Hyung masih tidak ingat kau, Ji Eun?” Tanya Jong Jin setelah menyelesaikan suapan pertamanya.
“Tidak, aku rasa tidak dan lebih baik tidak,” Jawab Ji Eun sambil menggeleng-geleng, “itu memalukan untuk diingat. Ah, sudahlah makan saja.” Tapi, ekor mata Ji Eun berhenti melihat sosok yang berdiri tepat di depan jendela toko hewannya. Seorang laki-laki berjas denim dengan kacamata, rambutnya acak-acakan. “Henry?” Ucap Ji Eun dengan nada bertanya. Pasalnya, Henry dan Yesung oppa mengatakan akan ada di Hongkong selama seminggu dan ini baru tiga hari. Henry melihat ke dalam toko lewat jendela, matanya saling pandang dengan Ji Eun.
“Henry?” Tanya Ji Eun saat ia sudah melangkah keluar dari tokonya. Henry menoleh cepat tapi tidak menjawab, matanya langsung beralih menuju mobil hitam yang terparkir di depan toko Ji Eun. Seorang laki-laki berusia awal empat puluhan keluar dengan setelan tanpa jas hanya menggunakan rompi keluar dari dalam mobil.
“Manajer Park?” Tanya Jong Jin yang ternyata juga sudah keluar dari toko Ji Eun melihat laki-laki yang baru keluar dari mobil itu.
***
Mereka berempat duduk mengelilingi meja kecil persegi empat di dalam toko. Jong Jin dan Manajer Park saling berhadapan, sedangkan Henry memandangi Jong Jin serius dan Ji Eun memandangi Manajer Park serius.
“Jadi, ada apa sebenarnya Manajer Park?” Tanya Jong Jin buka suara, ia merasa ada kabar buruk yang akan sebentar lagi ia dengar.
“Dimana ibumu? Kenapa sulit sekali menghubunginya?” Tanya Manajer Park kembali, ia masih berpikir akankah langsung memberitahunya tentang kecelakaan Yesung pada Jong Jin atau tidak.
“Ehem,” Henry menyela, “kalian sudah saling kenal?”
“Dia Kim Jong Jin, adik Kim Jong Woon atau Yesung.” Jelas Manajer Park pada Henry, Henry mengangguk-angguk mendengarnya.
“Ponselnya rusak, jadi ia menggunakan ponselku dengan nomor baru. Ada apa memangnya?” Tanya Jong Jin kembali pada permasalahan.
“Jong Woon mengalami kecelakaan yang cukup parah di Hongkong kemarin.” Mulut Ji Eun terbuka lebar mendengarnya sedangkan Jong Jin terlihat kaget tapi dengan cepat mengembalikan mimik awalnya.
“Kenapa?” Tanya Jong Jin ingin tahu penyebab kecelakaan kakaknya itu. Lalu, Manajer Park mulai menjelaskan kecelakaan yang tak pernah diduganya itu. Setelah percakapan Manajer Park dan Jong Jin berakhir, Jong Jin permisi untuk menghubungi ibunya.
“Ji Eun, pinjamkan aku telepon.” Pintanya, Ji Eun dengan sigap mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Jong Jin.
***
Bibi sampai di toko hewan Ji Eun dengan tersengal-sengal. Ji Eun menyuguhkan tiga teh tradisional di atas meja dan mengajak Henry untuk keluar toko. Ia membalikkan tanda ‘Open’ toko menjadi ‘Close’. Mereka duduk di bangku kayu di pinggir trotoar meninggalkan Jong Jin dan ibunya serta Manajer Park di dalam tokonya.
“Jadi, siapakah kau sebenarnya nona Lee?” Tanya Henry sambil menghadap pada Ji Eun, matanya memandang curiga pada Ji Eun.
“Aku? Aku, Lee Ji Eun. Hei! Darimana kau tahu nama keluargaku?” Tanya Ji Eun kembali.
“Karena nama itu cocok dengan nama belakangmu selain nama keluarga Han. Dan aku tahu kamu bukanlah isterinya Lee Young Jae di FullHouse,” Terang Henry, “jadi kembali ke pertanyaanku. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kau mengenal Jong Jin? Dan tahu nomor telepon Yesung ui ummani?”
“Memang kenapa? Urusanmukah?” Tanya Ji Eun kembali. Henry terdiam sejenak.
“Tentu masalahku, kenapa kau tiba-tiba terasa begitu dekat dengan hyungku.”
“Cemburukah?” Tanya Ji Eun penuh selidik, “kamu tidak benar-benar seorang gay, kan?”
“Kalau iya, memang kenapa? Jangan ganggu hyungku!”
“Aich! Beraninya! Jangan ganggu Yesung oppa! Awas kau!” Ji Eun mulai memukul-mukul Henry tidak karuan. Henry memegang kedua tangan Ji Eun mencegah Ji Eun menyakiti dadanya atau memberinya luka cakaran. Saat itulah Jong Jin keluar dari dalam toko dan memanggil Ji Eun.
“Ji Eun-ah.” Ji Eun menepiskan tangannya yang dipegang Henry dan berjalan menuju Jong Jin di depan toko.
“Mwo oppa?” Tanya Ji Eun yang berubah serius melihat wajah Jong Jin yang juga serius.
... to be cont