"Tami-a, bangun sayang."
"15 menit lagi bu, please."
"Ayolah bangun, bukankah kau hari ini ada jadwal berkencan dengan ayah?"
Seketika Tami bangun lalu tersenyum ke arah Ibunya dan mencium pipi kiri ibunya.
"Mandi sana, ibu siapkan baju untukmu."
Tami melangkah menuju kamar mandi.
"Ibu beneran ga akan ikut? Apakah kau sudah mengetahui sesuatu tentang hari ini?"
Ibu Tami tersenyum melihat anaknya pintar sekali menerka sesuatu.
"Seperti yang pernah ibu bilang, you'll be his assistant and his bodyguard."
"Ah benar, kapan aku bisa benar-benar berkencan dengan ayah." Tami mengeluh sambil masuk kamar mandi. Ibu Tami tersenyum melihatnya dan menyiapkan baju untuk Tami
***
"So this building is our dating first destination? Is this your dating style?" Tanya Tami berjalan keluar dari mobil mengikuti langkah ayahnya. Ayah Tami tersenyum melihat Tami memanyun-manyunkan bibirnya.
"So, you don't like my style, do you?"
"Aku mencintai apapun tentang dirimu. Tapi jangan ayah coba lagi untuk mengenalkan dan mencoba mencomblangkan aku kepada anak-anak dari rekan bisnismu."
Kali ini ayah Tami tertawa.
"Bagaimana kau bisa membaca pikiranku?"
"Tuh kan, ayo kita pulang saja!"
"Hahaha baiklah, kau tunggu di lobi saja tak usah ikut menemui rekan bisnis ayah. Ayah tak akan lama." Ayah Tami kemudian mencium kening Tami. Mau tak mau Tami hanya bisa menuruti keinginan ayahnya menunggu di lobi.
Selesai dengan urusannya, mereka berdua pergi ke sebuah kawasan perbelanjaan.
"Sepertinya aku butuh beberapa baju." Ucap ayah Tami.
"Memangnya ayah pikir yang butuh baju hanya ayah saja? Akupun butuh beberapa pasang baju baru." Tami tak ingin kalah.
Mereka berdua pun pergi berbelanja. Masuk ke toko ini, lalu keluar dengan kantung belanja. Lalu masuk lagi ke toko-toko lainnya dan keluar dengan hasil belanjaan yang makin banyak. Tami dan ayahnya terlihat bahagia sekali menikmati waktu berbelanja bersama.
Ketika merasa lapar mereka pergi ke sebuah restoran. Kemudian pergi berbelanja lagi. Rasa lelah tidak mereka rasakan karena saking bahagianya sudah lama mereka tak menghabiskan waktu berdua seperti ini. Tak terasa hari sudah sore. Saatnya ayah Tami untuk pergi. Mereka berdua pergi ke airport, disana ibu Tami sudah menunggunya.
"Tak bisakah kau disini lebih lama?
"Sayang, aku ingin sekali berlama-lama denganmu. Tapi mungkin bukan hari ini." Ayah Tami membelai kepala Tami lembut. Tami memeluk ayahnya erat. Mata Tami berkaca-kaca, berat untuk melihat ayahnya pergi.
"Kabari aku jika kalian sudah sampai."
“Bagaimana kami mengabarimu jika handphonemu tidak ada? Kemarin kan ibu bilang untuk membeli handphone baru saja.”
“Ah iya, maafkan aku. Handphone yang itu masih bagus kok masih bisa diperbaiki, kenapa harus membeli yang baru. Lagipula besok juga selesai.”
"Yasudah, nanti kau yang harus mengabari kami jika handphonemu sudah selesai diperbaiki. Kau baik-baik disini. Jangan membolos sekolah lagi. Jaga kesehatanmu. Makan teratur, vitaminmu jangan lupa diminum. Jangan lupa selalu mendoakan ayah. Jika mendapatkan kekasih disini harus segera mengenalkannya padaku." Ucap ayah Tami panjang. Terlihat dari raut mukanya bahwa dia masih ingin bersama dengan anak yang tinggal satu-satunya itu.
Tami mengangguk tanda setuju. Kemudian kembali memeluk ayahnya dan ibunya.
"I love you dad."
"I love you more."
"I love you mom."
"I love you too darling."
Tami cepat-cepat pergi meninggalkan ayah dan ibunya. Suatu kebiasaan bagi Tami yang tak ingin melihat punggung seseorang meninggalkannya.
***
Jalanan tampak macet, Tami menikmati kemacetan yang dialaminya. Dia merasa tak ingin langsung pulang ke apartemen. Hari semakin gelap, dia hanya berjalan-jalan tak tentu tujuan. Dan jalanan sudah tak terlalu ramai.
Entah sudah berapa jam Tami menyetir hanya berputar-putar di jalan itu. Tami kemudian melihat jam tangannya. Disitu terlihat jarum jam pendek menunjuk angka 1. Tami kemudian teringat bar yang pernah dia kunjungi bersama Hyunkyu dan menyetir ke arah bar itu.
Sampai di bar, Tami duduk dan langsung memesan minuman. Tiba-tiba seorang namja disebelahnya menyapanya.
"Tami-ssi?"
"Ne?"
"Eoh, Tami-ssi kau kemari tidak bersama Hyunkyu?" Tanya seorang namja itu.
Tami tersenyum kepada namja itu dan mengangguk tanda mengiyakan kemudian mengerutkan dahinya, mengingat-ngingat siapa namja itu. Namja itu tersenyum melihat Tami mengangguk kemudian meminum minumannya.
"Maaf, aku mengingat wajahmu tapi aku tak bisa ingat dimana kita bertemu dan siapa namamu."
"Ah pantas saja." Ucap namja itu dalam hati.
"Namaku Changmin, waktu itu pernah bertemu dan berkenalan disini, di bar ini. Waktu itu kau bersama dengan Hyunkyu."
"Ah iya aku ingat. Maafkan aku Changmin-ssi. Bagaimana kabarmu?" Tanya Tami basa-basi untuk menghilangkan rasa bersalahnya karena telah lupa.
"Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana kabarnya? Pacarmu kemana?"
"Akupun baik. Pacar? Maksudmu?" Tami balik bertanya.
"Hyunkyu." Jawab Changmin singkat.
"Hyunkyu?" Tanya Tami
"Iya, Hyunkyu. Bukannya dia pacarmu?" Tanya Changmin penasaran.
"No, he isn't. Hey jangan-jangan yang menyebarkan gosip aku berpacaran dengan Hyunkyu itu kau?"
"Tidak! Tentu saja bukan aku." Jawab Changmin gelagapan.
"Ah sudahlah, aku tidak peduli siapa yang menyebarkan gosip itu." Tami tersenyum kepada Changmin. Changmin pun ikut tersenyum canggung.
Tami meminum minuman pesannya one shot. Changmin tepuk tangan melihatnya.
"Kau suka minum?" Tanya Changmin.
"Hanya kali ini." Jawab Tami lirih.
"Sedang ada masalah?"
"Tidak. Hanya sedang ingin minum saja. Tak baik jika kau sedang ada masalah malah mabuk-mabukan."
Tami menuangkan minuman ke gelas Changmin lalu ke gelasnya dan meminumnya.
Tami tak banyak minum karena dia tak ingin mabuk dan harus mengemudi. Tapi Changmin sebaliknya, dia minum banyak sekali tapi dia tak terlihat mabuk.
"Sepertinya kau jago minum Changmin-ssi."
Changmin tersenyum.
"Baiklah Changmin-ssi, aku pergi duluan. Nice to meet you." Tami melambai-lambaikan tangannya.
"Oh ya, senang bertemu denganmu. Hati-hati dijalan. Lain kali kita minum bareng lagi seperti ini."
Tami tersenyum kemudian pergi meninggalkan Changmin.
"Hyunkyu beruntung sekali memiliki yeoja semanis dia." Gumam Changmin, lalu dia pun mengikuti langkah Tami meninggalkan bar itu.
***