“Sebelumnya Tami memang sudah mengalami gegar otak ringan. Ditambah dengan jatuh dari lantai 3. Tami mengalami hilang ingatan. Untuk masalah Tami hanya mengenali satu orang saja itu bisa saja terjadi, tapi saya tidak bisa memastikannya. Mungkin saja ingatannya terhadap orang itu sangat kuat sehingga dia masih mampu mengingatnya.” Jelas Dokter setelah selesai kembali memeriksa Tami.
“Apakah kau benar-benar tak mengingatku? Aku ayahmu Tami-a.”
Tami melihat ke arah Chanyeol setelah mendengar pertanyaan ayahnya. Melihat Tami melirik ke arah Chanyeol, semuanya pun ikut-ikutan melirik ke arah Chanyeol. Membuat Chanyeol menjadi salah tingkah karenanya. Chanyeol hanya membuat gesture tubuh yang mengatakan “aku tak tahu apa-apa”.
“Kau bahkan tak mengingat namamu? Ya Tuhan, apa salahku sehingga kau mengambil ingatan anakku?” Laki-laki yang sangat tegar ini akhirnya pertahannya runtuh dan mulai menitikan air mata.
“Maafkan aku. Tapi aku benar-benar tak bisa mengingatnya. Kepalaku sakit sekali. Bisakah kalian semua keluar. Aku ingin sendiri.” Pinta Tami.
Semua yang ada disana tak bisa berkata-kata dan hanya mengikuti keinginan Tami dengan berat hati. Tak ada yang menyangka bahwa Tami akan kehilangan ingatannya. Ayah Tami tampak sangat terpukul dengan keadaan Tami.
Sementara itu Siwon merasa dadanya sangat sesak dan panas. Sesak karena Tami kehilangan ingatannya yang menambah rasa bersalahnya. Panas karena hatinya dibakar cemburu melihat Tami hanya mengingat Chanyeol bukan dirinya.
Suasana menjadi sangat canggung. Semuanya hanya duduk diam di depan ruang inap Tami. Setelah sekian lama, akhirnya Chanyeol berbicara.
“Om, boleh saya masuk dan berbicara kepada Tami?” Pinta Chanyeol kepada ayahnya Tami.
“Ohya, kau orang yang dikenali Tami. Tapi sebelumnya boleh saya bertanya? Apa hubunganmu dengan Tami? Aku selalu tahu siapa saja yang dekat dengan Tami karena Tami selalu menceritakannya kepdaku. Tapi aku belum pernah mendengar Tami menceritakan tentangmu.”
“Sebenarnya aku dan Tami tidak terlalu dekat. Aku dan Tami hanya berteman biasa. Aku pun heran kenapa Tami hanya mengingatku.”
Ayah Tami memandang Chanyeol heran.
“Baiklah, kau masuk dan berbicaralah dengan Tami. Hiburlah dia, sepertinya Tami sendiri shock dengan keadaannya.”
Chanyeol lalu masuk kedalam. Chanyeol kaget melihat Tami tak ada di kasurnya.
“Apakah dia sedang berada di kamar mandi?” Gumam Chanyeol.
Chanyeol lalu mengetuk pintu kamar mandi. Tapi tidak ada jawaban dari Tami. Chanyeol mencoba membuka pintunya, tapi pintunya terkunci dari dalam.
“Tami-a, kau di dalam? Ini aku Chanyeol.”
Tami lalu membukakan pintu kamar mandi.
“Kau menangis? Apa kau baik-baik saja?” Tanya Chanyeol ketika pintu kamar mandi terbuka dna melihat mata Tami yang sembab habis menangis.
Tami terdiam tak menjawab pertanyaan Chanyeol. Chanyeol lalu menarik tangan Tami keluar dari kamar mandi. Menuntunnya menuju tempat tidur Tami.
“Kau tiduran saja. Badanmu belum pulih betul.” Ucap chanyeol.
Tami melepaskan tangan Chanyeol dan bukannya tiduran di kasur malah pergi menuju sopa dan duduk diatasnya. Chanyeol pun mengikuti langkah Tami duduk di sebelah Tami. Tami lalu memandang Chanyeol, memperhatikan setiap lekuk wajah dan tubuh Chanyeol.
“Apa kau lapar? Kau tidur lama sekali, tak ada makanan yang masuk ketika kau tidur.”
Tami menatap mata Chanyeol lekat.
“Apakah ketika tidur bisa makan?”
Chanyeol tertawa karena pertanyaan Tami.
“Sleep walking! Saat itu bisa saja orang makan. Hahaha. Baiklah maafkan aku, aku hanya bercanda.”
Tami hanya tersenyum mendengar penjelasan Chanyeol.
“Aku lapar.” Ucap Tami.
“Kau ingin makan sesuatu? Kau ingin makan apa?”
“Aku ingin roti selai kacang.”
“Ah iya tunggu sebentar.” Chanyeol mengotak-ngatik handphonenya.
“Dia ingat dengan makanan kesukaannya. Apakah dia benar-benar hilang ingatan?” Tanya Chanyeol dalam hati.
“Apa yang kau lakukan?”
“Aku sms Baekhyun meminta dia membelikan roti untukmu.”
“Baekhyun siapa?”
Chanyeol terdiam sejenak dan menghela nafas dalam.
“Dia temanku.” Jawab Chanyeol sambil tersenyum.
“Tami-a, apa kau benar-benar tidak ingat ayahmu?”
Tami menggelengkan kepalanya.
“Lalu kau mengingatku?”
Tami menganggukan kepalanya.
“Kau tidak sedang bohong kan?”
Tami menggeleng.
“Baiklah, lalu kenapa barusan kau meminta roti selai kacang? Kau tahu itu adalah makanan kesukaanmu.”
“Benarkah? Aku ingin itu karena hanya itu yang terlintas di kepalaku ketika kau bertanya aku ingin makan apa.” Jawab Tami polos.
Chanyeol tersenyum mendengarnya.
“Lalu apa yang kau lakukan tadi di toilet? Kau menangis?”
Tami menganggukan kepalanya.
“Kenapa?”
“Kenapa aku hanya bisa mengingatmu? Tapi aku tak ingat namaku sendiri. Bahkan orang yang tadi mengatakan bahwa dia ayahku. Aku tak bisa mengingatnya. Aku memandangi cermin, tapi aku tak ingat dengan wajah ini. Yang ku ingat hanya dirimu. Kenapa?”
Chanyeol terdiam sejenak mendengar perkataan Tami. Perasaannya menjadi bertambah campur aduk.
“Maafkan aku jika ternyata mengingatku membuatmu menjadi menderita seperti ini.”
“Aku hanya tidak mengerti.”
“Haruskah aku pergi?”
Disaat itu, Baekhyun masuk dengan yang lainnya yang tadi menunggu di luar sambil membawa roti selai kacang permintaan Tami.
“Kajima.” Tami menarik baju Chanyeol yang hendak berdiri.
“Kamu satu-satunya orang yang aku ingat. Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.” Mohon Tami dengan tatapan kosong dengan air mata kembali mengalir di pipinya yang lembut.
Chanyeol terdiam dan kembali duduk.
“Anka. Uljima Tami-a.” Tami menghapus air mata Tami sambil tersenyum.
Semua orang yang melihat dan mendengarnya hanya terdiam.
“Tami-a, ini roti selai kacang pesananmu. Aku belikan yang terbaik untukmu.” Baekhyun memberikan Tami roti.
Tami menerimanya sambil mencoba tersenyum.
“Apakah kau Baekhyun?”
“Eoh!” Teriak Kai dan D.O kaget mendengar Tami menyebut nama Baekhyun. Sedangkan ayah Tami, Siwon dan Kris hanya membelalakan matanya dengan mulut tersenyum berharap Tami memang mengingat semuanya.
Bekhyun menoleh ke arah Tami.
“Kau mengingatku?” Baekhyun menunjuk dirinya sendiri.
Tami menggeleng.
“Maafkan aku. Chanyeol yang memberitahuku tadi. Dan terima kasih rotinya.”
Semua yang ada diruangan itu selain Tami menghela nafas berat mendengar jawaban Tami.
“Noona, apa kau ingat aku? Aku yang membuatmu jatuh cinta kepadaku.” Tanya Kai.
“Jangan berkata yang tidak-tidak.” D.O memukul kepala Kai.
“Waktu itu di pesta ulang tahun ayahmu kau bilang kau jatuh cinta kepadaku.” Lanjut Kai.
“Benarkah? Lalu apakah kau pacarku? Siapa namamu?” Tanya Tami.
Kai menoleh ke arah Chanyeol. Chanyeol hanya mengangkat bahunya.
“Jangan coba-coba membodohi Tami. Semua orang tahu waktu itu Tami sedang bercanda.” Kris menepuk-nepuk pundak Kai.
Kris lalu menunjuk-nunjuk jam tangan yang dipakainya sambil melihat ke arah Chanyeol.
“Ah, mianhe Tami-a. Tapi aku tak bisa lama di sini. Harus ada yang aku lakukan.” Ucap Chanyeol.
“Apa itu?”
“Kami ada schedule pergi ke radio untuk promosi album terbaru kami.”
Tami memiringkan kepalanya dan menatap Chanyeol dengan tatapan penasaran.
“Promosi album?”
“Iya, kau tidak ingat aku penyanyi?”
Tami menggelengkan kepalanya.
“Aku ikut! Ya? Ya? Ya?” Pinta Tami.
Chanyeol menoleh ke arah semua orang. Semua orang menatap tajam ke arah Chanyeol membuat bulu kuduk Chanyeol berdiri.
“Ini tidak seperti yang kau bayangkan Tami-a. Mereka harus melakukan aktivitas mereka sebagai idol. Kau jangan mempersulit mereka.” Ayah Tami angkat berbicara.
“Kau kan belum sembuh betul. Sebaiknya kau istirahat saja. Nanti kalau sudah sembuh kau boleh menonton kami manggung. Maka dari itu kau harus makan banyak dan juga makan obatmu agar kau cepat sembuh.” Ucap Chanyeol.
“Kami pergi dulu Tami-a.” Ucap Baekhyun.
“Tami anyeong.” D.O melambai-lambaikan tangannya.
“Noona bye-bye.” Kai juga melambai-lambaikan tangannya.
Chanyeol, Baekhyun, Kai, Kris dan D.O pergi keluar diikuti oleh ayah Tami. Sementara Tami melangkahkan kakinya menuju tempat tidur dan tiduran. Sedangkan Siwon masih diam memperhatikan Tami. Tami akhirnya sadar ada yang memperhatikannya.
“Kau siapa?” Tanya Tami kepada Siwon.
“Ah maafkan aku Tami-a.” Ucap Siwon sambil melangkah pergi keluar.
“Terima kasih kepada kalian selama ini telah mengkhawatirkan dan ikut merawat Tami. Aku benar-benar bersyukur Tami memiliki teman-teman seperti kalian. Kalian pasti lelah, pulanglah untuk beristirahat. Pasti sudah banyak schedule menunggu kalian. Kudengar dari Mr.Lee kau bahkan banyak mengundur jadwalmu.” Ayah Tami menepuk-nepuk pundak Siwon yang baru keluar.
“Lalu bagaimana denganmu? Om juga pasti lelah. Dan juga bagaimana dengan bisnismu?” Tanya Siwon.
“Itu untuk sementara ini aku serahkan kepada istriku.” Jawab ayah Tami.
“Tami kehilangan ingatannya karena diriku. Aku mohon om dan Tami dapat memaafkan aku. Aku benar-benar merasa bersalah kepada Tami.”
“Kau tak perlu merasa bersalah dan meminta maaf. Ini semua kecelakaan dan bukan salahmu.”
Siwon lalu menyerahkan handphone Tami yang dari sejak Tami jatuh hingga saat itu dipegang Siwon kepada ayah Tami.
“Meskipun begitu aku tetap merasa bersalah. Ini handphone Tami. Password handphonenya adalah tanggal lahir kakaknya Tami, Tari. Jika ada waktu mohon om lihat isi handphone Tami, mungkin dapat membantumu. Baiklah, saya pamit pergi om.” Siwon membungkukkan badannya kemudian melangkah pergi.
“Kami juga pamit pergi om.” Ucap D.O mengikuti langkah Siwon. Diikuti oleh Kai, Chanyeol, Baekhyun, dan Kris. Tak lupa mereka membungkukkan badan.
Ayah Tami terdiam menerima handphone Tami. Mencoba mencerna maksud perkataan Siwon.
“Tunggu sebentar, maksudmu…?” Ayah Tami menggantung pertanyaaannya.
Siwon menengok lalu tersenyum dan membungkukkan badannya kembali kemudian melanjutkan langkahnya. Ayah Tami lalu terdiam mencoba mencerna maksud perkataan Siwon.
***