Dari sejak acara ulang tahun ayahnya, suasana hati Tami menjadi lebih baik. Dia tak lagi menghindari siapapun. Bahkan hubungan dengan ibunya pun terlihat lebih membaik. Tami tak ingin memberitahu ayahnya soal skandal ibunya. Dia tak ingin membuat ayahnya sedih.
“Goooollll! Aku menang lagi! Yak Tami-a kenapa hari ini kau payah sekali bermain game sepak bola?”
“Molla!” Tami melempak stick playstationnya.
“Uh mana Siwon oppa kenapa belum datang juga? Aku lapar sekali.” Tami memegangi perutnya.
“Kau meminta dia datang kesini dan merusak kencan kita?”
“Dia sendiri yang ingin datang kemari ketika ku bilang aku sedang berkencan denganmu. Ya sudah sekalian ku minta dia membawakan makanan.”
Terdengar suara pintu terbuka.
“Eoh kau sudah datang oppa? Yak! Kau tidak membawa makanan? Aku lapar sekali.” Ucap Tami dengan muka kesal melihat Siwon datang dengan tangan kosong.
“Pesananku belum datang? Tadi dijalan aku menelepon memesan ayam untuk dikirim ke sini.” Jawab Siwon.
“Kau menelepon berapa jam yang lalu hyung?” Tanya Hyunkyu dengan nada mengejek.
“Lima menit yang lalu. Hehehe. Mian.” Jawab Siwon sambil menyambar stick playstation yang tadi dilemparkan Tami.
“Ayo bermain.” Ajak Siwon kepada Hyunkyu, mengalihkan pembicaraan agar tidak kena marah Tami.
“Aigoo, kau pintar sekali oppa. Mana kunci mobilmu sini aku pinjam. Aku pergi ke supermarket sebentar membeli beberapa cemilan.”
Tanpa banyak tanya Siwon melemparkan kunci mobilnya ke arah Tami dengan muka yang mengarah ke layar tv dengan serius. Begitupun Hyunkyu yang serius memandangi tv.
“Kalian mau memesan sesuatu?”
Siwon dan Hyunkyu menggeleng bersamaan. Tami mendecak. “Yakin?” Tanyanya lagi sambil berjalan keluar.
“Ice cream juseyo.” Pinta Siwon.
“Beer jangan lupa Tami-a.” Teriak Hyunkyu.
***
Tami memarkirkan mobil di depan sebuah supermarket. Baru keluar dari mobil, tiba-tiba beberapa yeoja datang menghampiri.
“Itukan mobil Siwon oppa, kenapa yang memakainya seorang yeoja.” Ucap seorang yeoja.
“Iya benar itu mobil Siwon oppa. Plat nomernya benar. Siapa yeoja itu?” Ucap yeoja yang lain dengan muka yang tampak penasaran.
“Apakah dia pacar Siwon oppa?” Teriak seorang yeoja yang lain histeris.
“Aduh mampus!” Ucap Tami dalam hati. Tami bingung tidak tahu harus menjawab apa. Dia lupa bahwa mobil yang dia pinjam adalah milik seorang artis terkenal.
“Yak! Kau siapa? Berani-beraninya memakai mobil Siwon oppa!” ucap seorang yeoja berambut panjang dengan lantang.
“Ah kalian salah paham. Aku hanya meminjamnya.” Jawab Tami terbata-bata.
“Mwo! Meminjam bagaimana maksudmu hah? Kau pikir Siwon oppa memiliki rental mobil?” teriak yeoja berambut pendek seraya menjambak rambut Tami.
“Hentikan! Ada apa dengan kalian ini?” Teriak seorang namja.
“Eoh sehun oppa.” Ucap seorang yeoja berambut panjang sambil tangannya memegangi tangan yeoja berambut pendek agar dia berhenti menjambak rambut Tami. Yeoja berambut pendek pun melepaskan tambut Tami dari genggaman tangannya.
“Gwenchana?” Tanya Chanyeol kepada Tami.
“I’m okay.” Jawab Tami merapikan rambutnya yang jadi berantakan.
“Kalian sedang apa disini?” Tanya Tami kepada Sehun dan Chanyeol.
“Kebetulan kami sedang berbelanja di daerah sini. Noona sedang apa disini?” Tanya Sehun.
“Ah aku disuruh membeli makanan oleh Siwon.” Jawab Tami sedikit berbohong.
“Lalu kalian?” Tanya Sehun kepada yeoja-yeoja yang mengerumuni Tami.
Mereka semua tersipu malu ditanya oleh Sehun dan hanya menunduk tidak menjawab.
“Ah, mereka mengkhawatirkan Siwon oppa karena aku memakai mobilnya. Mungkin mereka pikir mobilnya aku curi. Hehehe.” Jawab Tami sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kalian tenanglah, Siwon oppa baik-baik saja. Dia tadi menyuruhku membeli makanan dan meminjamkan mobilnya karena aku tidak ada kendaraan.” Ucap Tami kepada yeoja-yeoja yang ada di depannya dengan sedikit berbohong agar mereka tidak marah lagi.
“Maafkan kami eonni, jeongmal mianhe.” Ucap yeoja-yeoja itu sambil membungkukkan badannya lalu pergi setelah melihat Sehun mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh mereka pergi.
“Terima kasih Sehun-a, Chanyeol-a, jika tidak ada kalian mungkin aku akan berakhir di kantor polisi.”
“Polisi?” Tanya Sehun kaget.
“Ya memangnya aku akan membiarkan mereka menjambak rambutku begitu saja?”
Sehun tertawa mendengar ucapan Tami sambil menggaruk kepalanya. Sedangkan Chanyeol hanya diam saja memperhatikan tidak melakukan apa-apa karena dia terlalu gugup berada di dekat Tami.
“Kalian sudah makan?” Tanya Tami.
“Astaga noona, kau benar-benar bisa membaca pikiranku? Aku kelaparan.” Tanya Sehun riang mengeluarkan aegyonya.
“Kalau lapar ya makan dong Sehun-a.” Ucap Tami dengan nada meledek pergi meninggalkan mereka berdua masuk ke dalam supermarket.
“Sekali lagi terima kasih ya.” Tami melambai-lambaikan tangannya.
“Aish, kupikir dia akan mentraktir kita.” Ucap Sehun kesal.
“Kau kenapa diam saja hyung?” Tanya Sehun kepada Chanyeol.
“Ah, tidak apa-apa. Mari mencari makan.” Jawab Chanyeol sambil tersenyum.
***
“Woah ayamnya sudah datang dan kalian meninggalkanku makan?” Tanya Tami sambil melemparkan belanjaannya tadi ke pangkuan Hyunkyu.
“Habis kau lama sekali jadinya kami makan duluan.” Jawab Hyunkyu.
“Aish kalian ini jahat sekali.” Tami mendengus, mengambil ayam yang ada di meja lalu memakannya.
“Ini minumnya.” Hyunkyu menyerahkan beer kepada Tami dan Siwon.
“Thank you.” Ucap Tami.
“Minggu ini minggu terakhirmu sekolah Tami-a. Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Hyunkyu.
“Entahlah, aku sendiri bingung. Sepertinya aku akan tinggal disini hingga musim gugur.”
“Kenapa tak sampai musim dingin saja?” Tanya Siwon.
“Aku tak suka salju, aku tak suka dingin. Winter ini aku akan pergi ke paris untuk mengambil sekolah bahasa perancis disana.”
“Kau sepertinya lebih tertarik menambah kemampuan berbahasa dibanding menambah gelarmu. Katanya tidak suka dingin, kenapa tidak pergi ke Negara tropis saja ketika musim dingin tiba.”
“Di Paris kan tidak sedingin di Korea ketika musim dingin. Aku tidak terobsesi dengan gelar. Lagipula jika aku bisa bermacam-macam bahasa ketika berbisnis aku tak perlu menggunakan jasa translator.”
“Woah, kau sudah tertarik dengan bisnis sekarang?” Tanya Hyunkyu.
“Dari sejak aku SMA pun aku sudah mulai berbisnis. Kau tahu sendiri untuk kuliah pun aku tak meminta uang dari ayahku.”
“Memangnya sekolahnya dimulai dari winter?” Tanya Siwon dengan muka sedikit sedih, meminta agar Tami lebih lama tinggal di Korea.
“Engga sih.” Jawab Tami.
“Terus?” Tanya Siwon lagi. Tiba-tiba handphonenya bergetar. Siwon lalu melihat ke arah layar handphonenya.
“Ah, aku tidak ingat aku ada janji. Maafkan aku, sepertinya aku harus pergi sekarang.” Siwon meletakan kaleng beer yang tadi dipegangnya ke atas meja.
“Eoh, ini kunci mobilmu. Hati-hati dijalan.” Tami menyerahkan kunci mobil kepada Siwon.
“Kau pun hati-hati disini.” Ucap Siwon sambil melirik kepada Hyunkyu.
“Wae?” Tanya Hyunkyu dengan nada kesal. Tami terkekeh melihat mereka berdua.
“Aku pergi dulu.”
“Sana cepat pergi hyung.” Usir Hyunkyu. Siwon dan Tami tersenyum mendengarnya.
Sebelum melangkah pergi Siwon mengecup kening Tami dulu.
“Yak hyung! Aigoo. Haruskah aku pergi ke kamar mandi dulu?” Ucap Hyunkyu sambil melangkah pergi menuju toilet.
“Tak usah, kau kembali bermain game saja bersama Tami. Aku pergi sekarang. Bye-bye.” Siwon melambai-lambaikan tangannya lalu pergi.
“Kalian sudah resmi berpacaran?” Tanya Hyunkyu kepada Tami.
“Belum. Kemarin ketika pesta ulang tahun ayahku usai, Siwon oppa memang memintaku untuk menjadi kekasihnya.”
“Kau tolak?” Tanya Hyunkyu penasaran.
“Masih belum aku jawab.”
“Wae?”
“Ga seru jika aku langsung mengatakan iya. Yak! Kau yang memberitahunya kalau aku suka padanya huh?” Tami melotot ke arah Hyunkyu.
“Ani. Bukankah kau sendiri waktu itu yang di bilang dipanggung bahwa kau menyukai seseorang. Mungkin Siwon hyung menebaknya kau suka padanya.” Hyunkyu beralasan.
“Sudahlah, kau tidak bisa berbohong kepadaku Hyunkyu-a.”
Hyunkyu lalu tersenyum malu.
“Ngomong-ngomong, apa kau tahu sesuatu tentang ayahku dan ibumu?”
DEG! Pertanyaan Hyunkyu membuat jantung Tami seperti berhenti beberapa saat. Kembali mengingatkannya kejadian waktu dulu, antara ibunya dan ayahnya Hyunkyu.
“Kau tahu ayahku dan ibumu sering bertemu?” Tanya Hyunkyu.
“Eoh.”
“Hanya eoh?”
“Lalu harus apalagi?”
“Kau tahu sesuatu?”
Tami terdiam, tak tahu harus menjawab apa.
“Apakah kau benar-benar mengetahui sesuatu?” Tanya Hyunkyu lagi.
“Katakan, katakan padaku apa yang kau pikirkan agar aku bisa tahu.”
“Kau tiba-tiba datang ke Korea padahal kau dulu sangat susah jika diajak ke Korea olehku. Dan ibumu sering bertemu dengan ayahku. Kau dan ibumu sengaja mendekati ayahku? Apa yang kalian rencanakan? Apa kalian berencana mengambill alih bisnis ayah? Atau ingin menghancurkan keluargaku?”
“Sepicik itukah pikiranmu?”
“Pikiranku kacau mengetahui kebenaran bahwa ayahku dan ibumu sering bertemu. Terlebih ketika kemarin di hotel di Bali aku menemukan mereka berdua, melihat mereka berpelukan dan berciuman.” Ucap Hyunkyu setengah berteriak.
Hati Tami terasa panas mendengar kenyataan yang diungkapkan Hyunkyu. Begitupun dengan Hyunkyu yang sudah tak bisa menahan emosinya.
“Benarkah? Lalu bagaimana denganku? Apa yang kau pikirkan tentang perasaanku ketika aku mendengarnya, mengetahui kenyataannya?”
“Kau sudah mengetahuinya duluan bukan? Tapi kau diam saja tak memberitahuku. Ku anggap kau memang benar bersekongkol dengan ibu tirimu itu.” Teriak Hyunkyu.
“Hanya pikirkan apa yang ingin kau pikirkan.” Jawab Tami pelan. Dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya dia melangkah pergi meninggalkan Hyunkyu sendirian di apartemen Tami.
Tami berjalan dan terus berjalan tak tentu arah dengan pandangan kosong. Sesekali air matanya kembali keluar lalu dengan cepat Tami menghapusnya sambil terus berjalan. Pikirannya mulai kacau mendengar apa yang Hyunkyu katakan tadi. Kenyataan bahwa sahabatnya berpikir bahwa Tami merencanakan sesuatu untuk mencelakainya dan keluarganya membuat hatinya teramat sedih. Lebih sedih dibanding mendengar bahwa ibu tirinya berselingkuh.
“Kau sahabatku, aku menyanyangimu. Mana mungkin aku ingin mencelakaimu. Kenapa kau berpikiran seperti itu.” Batin Tami.
Tiba-tiba ada sebuah tangan memegang lengan Tami. Tapi Tami tidak menoleh kearah orang yang memegang lengannya. Dia hanya terus berjalan dengan pandangan kosong. Hingga seseorang berdiri di depannya menghalangi jalannya baru Tami berhenti melangkah.
“Yak noona! Kau kenapa? Aku panggil daritadi kau tidak menoleh juga. Apa kau tuli?” Tanya Sehun sambil melepaskan tangannya dari lengan Tami.
“Eoh, mian.” Jawab Tami sambil kembali melangkah.
“Kau mau kemana?” Chanyeol kembali menghalangi jalannya. Tiba-tiba Tami terkulai pingsan di depan Chanyeol.
“Yak! Tami! Kau kenapa?” Chanyeol sigap menangkap tubuh Tami.
“Dia pingsan hyung?” Ucap Sehun cemas melihat Tami pingsan.
“Panggil manager hyung cepat, minta dia menjemput kita disini.”
“Lama! Aku panggil taksi saja.” Sehun menghentikan sebuah taksi lalu membantu Chanyeol mengangkat tubuh Tami masuk ke dalam taksi.
“Antar kami ke rumah sakit.” Pinta Chanyeol kepada supir taksi. Lalu dia menelpon managernya.
“Hyung, bisakah kau datang ke rumah sakit? Aku dan Sehun berada disana. Cepatlah datang.” Pinta Chanyeol kepada Managernya.
Sesampainya di rumah sakit mereka langsung masuk ke UGD, dan seorang dokter langsung memeriksanya. Ternyata manager mereka datang terlebih dahulu, dia datang dengan Suho, Kris dan Baekhyun.
“Kukira kalian kecelakaan. Siapa itu?” Tanya manager kepada Chanyeol dan Sehun.
“Kau tidak ingat hyung? Dia anak yang berulang tahun kemarin di Bali.” Jawab Sehun.
“Tami? Kenapa dia? Kenapa bisa bersama kalian?” Tanya Suho.
“Kami bertemu di jalan dan tiba-tiba dia pingsan begitu saja.” Jelas Sehun.
“Kau tidak apa-apa Chanyeol?” Tanya Baekhyun.
“Yak hyung, yang sakit itu Tami bukan Chanyeol hyung.” Jawab Sehun.
“Bukan begitu maksudku.” Baekhyun menatap ke arah Chanyeol.
“Dokter bagaimana keadaannya?” Tanya Chanyeol melihat dokter selesai memeriksa Tami.
“Dia hanya pingsan biasa. Mungkin kelelahan. Kalian tidak usah khawatir.” Jawab Dokter.
“Siapa walinya? Bisa datang kesini untuk mengisi dokumennya?” Tanya seorang suster.
Semuanya memandang ke arah manager.
“Wae? Kenapa kalian tidak menelpon wali dia saja memintanya datang kesini?” Tanya manager.
“Aku tidak tahu siapa walinya.” Jawab Chanyeol. Yang lain pun ikut menggeleng.
“Ya sudah. Suster, aku walinya.” Ucap sang manager. Semuanya tersenyum mendengarnya.
“Mari ikuti saya.” Jawab suster. Manager mereka lalu pergi megikuti suster. Sedangkan Chanyeol, Sehun, Suho, Kris dan Baekhyun masih menunggu Tami siuman.
“Dia terlihat cantik meskipun sedang pingsan.” Ucap Kris tiba-tiba.
“Yak hyung.” Baekhyun menyenggol Kris.
“Kenapa? Memang kenyataannya kan?” Ucap Kris lagi.
“Tami noona memang cantik. Tapi sayangnya dia sudah menyukai seseorang.” Ujar Sehun lemas.
“Siapa memang orangnya?” Tanya Suho penasaran.
“Aku pun tak tahu, Tami noona tidak memberitahunya kan waktu itu dia hanya tersenyum saja.” Jawab Sehun.
Tiba-tiba kelopak mata Tami terbuka. Semuanya langsung melihat ke arah Tami sambil tersenyum.
“Aku dimana?”
***