Dua minggu berlalu semenjak kejadian malam itu. Semakin hari rasanya aku semakin dekat dengan Kris saja. Bahkan pada akhirnya, gara-gara aku sakit malam itu, sampai sekarang aku dan Kris belum berbicara yang sesungguhnya pada hyungnya Kris. Hyungnya Kris masih menganggap aku pacar Kris yang tidak mau Kris kenalkan pada dirinya. Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa.
Setiap hari pula, Kris selalu menggantikan posisi Sehun di sekolah. Setiap jam istirahat Kris selalu menemaniku duduk di pinggir lapangan menikmati suasana siang di bawah pohon yang tumbuh menjulang dan menutupi tubuh kami dari panasnya sengatan sinar matahari. Aku sering melihatnya berlatih dengan tim pecinta alamnya sepulang sekolah, dan saat Kris menyadari kehadiranku, ia selalu melambaikan tangannya padaku, atau bahkan menghampiriku. Tentu saja hal itu membuatku semakin gugup, apalagi ia melakukannya di hadapan teman-temannya. Entah apa yang Kris pikirkan dan rasakan terhadapku, aku tidak mengetahuinya. Yang aku ketahui, aku menyukainya. Sejak awal aku melihatnya. Kadang Kris juga menjemputku berangkat sekolah, atau kami pulang sekolah bersama.
Sekarang, aku mulai bisa mengontrol detak jantungku, wajahku, dan sikapku saat bersama dengan Kris. Aku selalu berusaha untuk tidak salah tingkah di hadapannya atau aku akan mempermalukan diriku sendiri.
Tidak bisa dibilang aku mulai terbiasa tanpa kehadiran Sehun. Kadang aku masih berharap suara Sehun yang membangunkanku di pagi hari. Bahkan sejak keberangkatannya, Sehun belum menghubungiku lagi. Aku tahu dia pasti sangat sibuk
...
“ANNYEONG! SARAAAAH!”
“SEHUNIE! Jinjja! Aku kira kau sudah melupakanku!” bentakku. Akhirnya, malam ini aku menerima videocall darinya. Aku bisa melihat wajahnya lagi. Tidak ada yang berubah, hanya saja ia terlihat sangat lelah, namun ia menyembunyikannya dibalik senyum cerianya seperti biasanya.
“Yaaa! Bagaimana bisa aku melupakanmu? Aku hanya sedang sangat sibuk mengurusi kepindahanku, ribet sekali, kau harus tahu. Di sini mereka hanya berbicara dengan bahasa Jerman dan Inggris. Aku susah sekali menangkap apa yang mereka bicarakan,” jelasnya, “kau tambah cantik Sarah!” lanjutnya. Bisa aku lihat, wajahnya cengengesan.
“Kau ini, baru juga dua minggu berpisah, aku sudah dibilang makin cantik,” jawabku ketus.
“Kan memang setiap hari kau makin cantik?” ledeknya.
“YA! Tidak adakah topik bahasan lain? Kau tak menanyakan kabarku? Kau tak ingin tahu apa aku merindukanmu?”
“Yang seperti itu tidak perlu aku tanya, kau jelas sangat merindukanku. Dan keadaanmu jelas sangat baik. Aku bisa melihat matamu berbinar-binar saat ini. Kau pasti sedang jatuh cinta,” ucapnya asal, namun benar juga.
“Mwoya... Iya juga sih,” jawabku tak menyembunyikan apapun dari Sehun tentang perasaanku, lagipula Sehun juga sudah tahu.
“Nugu? Kris Sunbae?” tebaknya.
Aku mengangguk, “Ah tapi entahlah, one side love,” ujarku.
“Ya! Kau ini bagaimana? Bagaimana kau bisa bilang itu one side love kalau kau tak pernah mengungkapkannya? Kau bahkan tak mengetahui perasaannya. Cepat kau ungkapkan sekarang,”
“Shiro! Kau pikir semudah yang kau ucapkan? Lagi pula aku yeoja,”
“Wae? Kalau kau yeoja, wae? Your feeling is the most important,” ucapnya dengan wajah serius dan membuatku berpikir ulang. Ya, memang mengapa kalau aku seorang yeoja? Sah-sah saja sebenarnya kalau yeoja yang mengungkapkan perasaannya duluan, jika berani. Ya, itu masalahnya, aku tidak berani.
“Ani, bukan begitu,” lanjutku, “Aku sudah terlalu nyaman seperti ini, aku takut dia justru menjauh kalau aku bilang yang sesungguhnya... Lagipula, aku sudah dianggap sebagai yeojachingu Kris oleh hyungnya...”
“Yaaa! Itu hyungnya yang salah sangka. Yoo Sarah, aku tak mau kau mengulang kesalahanku...” suaranya memelan, “aku dulu juga berpikiran seperti itu. Aku sudah terlalu nyaman saat itu, menjadi sahabatmu, selalu ada untukmu. Dan itu membuatku takut jika kau justru menjauh kalau aku bilang yang sesungguhnya. Tapi pada akhirnya, aku tetap mengungkapkannya. Meski itu terlambat...”
Aku tak tahu bahwa Sehun akan membawa-bawa masalah ini. Perasaanku jadi tidak enak. “Miane Sehunie, miane...” ucapku sambil menatapnya dari layar laptopku.
“Ani, bukan itu maksudku. Jangan kau ucapkan maaf lagi, aku tidak ingin mendengarnya karena ini memang bukan salahmu... Maksudku, jangan kau ulang kesalahanku dan menyesal,” jawabnya tenang. Ia menyunggingkan senyum di bibirnya.
“Arra...” jawabku, “bagaimana denganmu? Sudahkah kau menemukan yeoja yang lebih cantik dan menarik dariku?” godaku. Wajah Sehun terlihat memerah.
“Yaaa! Kau pikir aku jauh-jauh datang ke sini untuk mencari jodoh eoh? Aku datang untuk belajar. Kau ini, lagipula yeoja yang lebih wow darimu disini banyak sekali!” ucapnya sambil cemberut. Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya.
“Hoaahm. Ah, aku mulai mengantuk Sarah. Maaf aku baru sempat menelponmu sekarang. Tunggu saja kiriman-kiriman video dariku besok, hahaha. Kau, jangan pernah bilang itu one side love kalau kau tidak pernah mengungkapkannya, arraso?”
Aku hanya terdiam, memikirkan apa yang diucapkannya.
“Annyeong Sarah! Salam untuk calon namchin sahabatku, tolong buat dia sadar bahwa ada gadis cantik dan baik yang mencintainya. Bilang padanya, jangan buat dia bingung, jangan buat dia menangis,” suara ceria Sehun terdengar seperti sihiran bagiku. Dia selalu bisa membuatku kehabisan kata-kata.
“Annyeong...” jawabku sambil mematikan sambungan videocall darinya. Sehunie, sudah dua minggu tidak memberi kabar, sekalinya menelpon malah membicarakan hal seperti ini.
...
Sepanjang malam aku terus memikirkan apa yang Sehun katakan. Haruskah aku berkata yang sesungguhnya? Apakah itu lebih baik? Pikiranku terus melayang-layang. Susah sekali untuk tidur malam ini. Beberapa kali aku sempat berpikir, Kris pernah mengajakku untuk mengaku ke hyungnya bahwa kita tidak berpacaran. Apakah itu berarti dia memang tidak menginginkan kita berpacaran? Tapi mengapa justru kini Kris sering menemaniku, bahkan aku tidak pernah memintanya untuk seperti itu? Pikiranku sudah meracau kemana-mana. Aku pasang earphone di telingaku, mencoba untuk menenangkan diri sambil mendengarkan musik dan tidur sebelum aku benar-benar berpikiran yang tidak-tidak. Justru bukan Kris yang membuatku bingung, mengapa aku sendiri membuat keadaan ini menjadi semakin membingungkan dengan pikiran-pikiranku?
...