Sudah hampir seminggu Yonghwa uring – uringan dengan kegiatannya. Yonghwa yang notabene bekerja di perusahaan besar yang cukup ternama di Seoul sebagai seorang akuntan tidak focus pada pekerjaannya akhir - akhir ini karena kejadian kemarin malam dengan pernyataan cinta dari Joohyun. Setiap hari ia mengingat jelas secara detail apa yang dikatakan pada Joohyun. Tatapan sedih Joohyun padanya. Ia merasa bersalah telah berbicara kasar pada Joohyun. Ia sangat menyesal telah membuat seorang yeoja menangis karenanya dia membayangkan bagaimana adiknya Soojung merasakan hal yang serupa dengannya. Ia tidak sanggup untuk melihat adiknya mengalami hal seperti itu.
Yonghwa melihat handphone yang akhir – akhir ini juga sunyi tidak ada lagi yang mengganggunya seperti biasa. Pesan Joohyun yang membuatnya jengkel hampir setiap lima menit sekali handphonenya bordering karena pesan Joohyun yang bahkan isinya tidak begitu penting ‘Yonghwa-ssi kau sedang apa’.’Yonghwa-ssi apa kau sibuk’.’apa kau sudah makan’.’permainan apa yang akan kau ajarkan padaku nanti malam’.’apa kau benar – benar sibuk?’.’Yonghwa-ssi apa kau marah padaku kenapa pesanku tidak ada yang dibalas’.’apa aku mengganggumu? Mianhe’.
Yonghwa menghela nafas. Ia melihat – melihat pesan Joohyun yang belum sempat ia hapus, kedua ujungnya tanpa sadar tertarik membentuk senyuman kecil dan berbicara pelan ‘dasar cerewet’. Ia meletakkan handphonenya kembali dan beralih kekomputer yang ada didepannya. Namun sayang pikirannya masih saja dipenuhi dengan wajah sedih Joohyun dan bahkan dia juga melihat Joohyun tersenyum saat ia memejakan matanya. Yonghwa kembali menghela nafas untuk menenangkan pikirannya. Dia mengambil segelas kopi yang ada disebelahnya dari tadi, ia berdiri berjalan mendekati jendela yang ada diruangan kantornya. Ia melihat keluar sambil sesekali meneguk kopinya. Pikirannya masih sama, masih memikirkan Joohyun. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau saat ini ia merindukan Joohyun.
“kau kenapa? Aku lihat akhir – akhir ini kau sering melamun? Kau ada masalah?” Yonghwa menoleh kesamping saat seorang teman kantornya bernama Lee Jonghyun menepuk pundak dan berdiri disamping Yonghwa sama melihat keluar jendela.
“apa penyakit Soojung akhir – akhir sering kambuh?” Tanya Jonghyun lagi karena Yonghwa tidak menjawab pertanyaannya tadi. Jonghyun yang tahu adik temannya yang sedang sakit itu juga merasa cemas kalau benar – benar Soojung sakit. Ia tidak tega kalau melihat Yonghwa akan terpukul lagi sama saat seperti yang lalu – lalu.
“Aniya Soojung sudah baikan sekarang. Dia bahkan sudah bisa memarahiku. Dia tidak tahu kalau Oppanya ini sangat benci dengan suara lengkingnya itu” Curhat Yonghwa sedikit tertawa kecil.
“kalau bukan itu terus apa?” Jonghyun masih penasaran apa yang terjadi pada temannya itu yang membuat temanya sampai seperti ini.
“apa mungkin.. karena yeoja yang kau ajarkan bermain piano itu?” tanya Jonghyun lagi memicingkan matanya. Yonghwa yang sedang menyeruput kopinya tersedak mendengar perkataan Jonghyun dan menoleh kearah Jonghyun dengan muka kaku.
“Jadi benar, Jadi kau sering uring – uringan akhir ini karena yeoja itu. Kau jatuh cinta padanya?” tanya Jonghyun serius.
“yahh !! kau berisik sekali” Yonghwa menoleh kebelakang membungkukkan kepalanya meminta maaf pada karyawan yang lain merasa tertanggu atas perkataan Jonghyun yang lumayan keras.
“kecilkan suaramu, semua karyawan jadi memperhatikanku” Jonghyun yang melihatnya juga hanya menyengir dan meminta maaf seperti yang Yonghwa lakukan.
“terus bagaimana selanjutnya? Apa kau menyatakan perasaanmu padanya? Apa dia menerima cintamu?” tanya Jonghyun terus – terusan yang membuat Yonghwa semakin pusing hanya bisa menghela nafasnya.
“ahh jadi kau ditolak olehnya” Jonghyun manggut – manggut sok tahu.
“aku bahkan belum cerita apapun padamu, kenapa kau bisa menyimpulkan bahwa aku ditolak?”
“aku bisa tebak dari wajahmu yang kusam itu. Wajahmu tertulis jelas kalau kau sedang pada patah hati”
Yonghwa kembali menghela nafasnya heran dengan sikap sok tahu temannya yang satu ini. Yonghwa hanya melempar tatapan tidak tertarik apa yang dibilang Jonghyun. Menurutnya sekarang ini Jonghyun benar – benar menyebalkan dengan sikap sok tahunya itu.
“heyy.. sudahlah Yonghwa tidak usah kau pikirkan, itu sudah menjadi resiko kalau kau menyatakan cinta pada seseorang Kau harus terima kalau kau itu ditolak. Kau memang lebih tampan dari aku tapi kalau masalah yeoja aku lebih unggul darimu” Jonghyun tersenyum membanggakan dirinya.
Yonghwa benar – benar ingin muntah mendengarkan perkataan Jonghyun. Benar – benar saat ini ia ingin menarik mulut Jonghyun hingga dower seperti bebek, tapi karena moodnya hari ini kurang bagus ia hanya bisa menahan emosinya melihat Jonghyun seperti itu.
“Kau sok tahu”
“Sudahlah jangan dipikirkan lagi masih banyak yeoja yang lain” Jonghyun memukul – mukul pundak Yonghwa sebagai pemberi semangat menurutnya dan berlalu kembali kemeja kerjanya. Yonghwa hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya melihat temannya yang satu itu.
Yonghwa kembali melihat keluar jendela. Matanya tertuju pada sepasang kekasih yang berada diluar kantornya terlihat seperti bertengkar. Dia melihat namja itu sedang berusaha menenangkan kekasihnya yang sedang menangis. Walaupun Yonghwa tidak tahu apa yang dibicarakan oleh sepasang kekasih itu tapi ia tahu kalau namja itu pasti telah berbuat salah pada kekasihnya yang sangat jelas dari gerak gerik namja itu. Yonghwa melihat namja itu yang menghapuskan air mata kekasihnya dan meminta maaf pada kekasihnya membuat Yonghwa lagi – lagi teringat pada Joohyun yang menangis. ‘seharusnya aku melakukan itu padanya bukan berteriak kasar padanya’ gumam Yonghwa.
Flashback
“Oppa… Yonghwa Oppa..” panggil Joohyun lirih.
“JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU!!!” bentak Yonghwa membuat Joohyun kaget dan air mata yang ditahannya akhirnya keluar.
Yonghwa berbalik, dia tiba – tiba teringat akan permintaan adiknya untuk menikah “Kau.. Kalau kau menyukaiku.. apa kau bisa meninggalkan semuanya dan menikah denganku?” tanya Yonghwa dingin dengan tatapan tajam.
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Kau tidak mengerti, Kau yeoja manja yang hidup penuh dengan segalanya, hanya karena kau menyukaiku semudah itu kau mengatakannya. Kalau kau menyukaiku apa kau siap hidup sederhana denganku? Hidup yang penuh dengan kekurangan dan kepedihan, apa kau bisa terima?” Yonghwa menarik nafas. “kau berasal dari keluarga yang harmonis dan keluargamu juga sangat kaya kau bisa memiliki semua apa yang kau inginkan sedangkan aku, aku hanyalah seorang namja biasa yang hidup penuh penderitaan, keluargaku tidak seharmonis seperti keluargamu. Ibuku meninggalkan aku dan adikku saat aku berusia 10 tahun, dia pergi meninggalkan kami hanya untuk kepentingannya yang tidak bisa hidup susah dengan seorang seniman yang tidak dipandang oleh orang – orang sekitar” Yonghwa tidak bisa meneruskan kata – katanya, sangat sakit mengingat ketegaan eommanya yang meninggalkan ia dan Soojung yang masih berumur 4 tahun saat itu.
Joohyun hanya diam mendengarkan kata – kata Yonghwa yang sangat begitu sakit. Dia menangis terisak – isak dihadapan Yonghwa. Ia tidak peduli lagi pada penampilan yang sudah mulai jelek menurutnya.
“kau tega sekali Yonghwa, apa kau berpikiran seperti itu padaku? Apa kau memandangku dengan kekayaan yang keluargaku miliki? Apa menurutmu semua orang kaya itu sama? Kau bahkan memandang aku dan eommamu sama?”
“Jangan menyebutkan dia sebagai eommaku, aku tidak mempunyai eomma seperti dia”
“bahkan kau menganggap eommamu sudah tidak ada, kau benar – benar kejam Yonghwa”
“Benar, aku memang kejam. Apa setelah ini kau masih menyukaiku?”
“Ani, aku telah salah menilaimu aku kira kau orang yang baik tapi apa? Kau bahkan menunjukan sikap yang bertolak belakang pada apa yang aku inginkan selama ini. Aku benci padamu. Aku tidak akan menyukaimu dan anggap saja kejadian ini tidak pernah ada” Joohyun pergi meninggalkan Yonghwa yang masih berdiri ditempat. Dia pergi dengan air mata yang mengalir deras dipipinya.
Yonghwa menatap kepergian Joohyun dengan penuh sesal “Maafkan aku Seo Joohyun..” akan lebih baik jika kau membenciku dari pada harus hidup menderita denganku. “Mianhe”
Sehari setelah kejadian itu Yonghwa masih datang kerumah Joohyun seperti biasa untuk mengajarkan private piano pada Joohyun. Namun yang ia yang harapkan nihil. Joohyun sama sekali tidak mau bertemu dengannya. Bahkan Joohyun memutuskan untuk tidak mau belajar piano lagi dengan Yonghwa. Perkataan Yonghwa kemarin malam benar – benar membuatnya sakit hati dan membenci Yonghwa.
“Maaf nak Yonghwa sepertinya Joohyun tidak ingin belajar piano lagi dengan nak Yonghwa” Seorang wanita paruh bayah yang tidak lain adalah eommanya Joohyun menghampiri Yonghwa yang sedang menunggu diruang tamu.
“dia benar – benar benci padaku” kata Yonghwa pelan namun masih bisa didengar dan tersenyum pahit.
“apa ada masalah nak Yonghwa? Apa terjadi sesuatu?” tanya eomma Joohyun penasaran.
“tidak terjadi apa – apa, baiklah kalau begitu aku pergi pamit dulu tolong sampaikan aku minta maaf padanya, selamat malam” Yonghwa pamit membungkukkan badannya pada eommanya Joohyun, sebelum keluar dia sekilas menatap pintu kamar Joohyun yang terlihat dari lantai bawah dia berada.
Yonghwa berjalan keluar menuju pagar pintu gerbang rumah Joohyun. Ia tidak tahu sepasang mata indah yang tidak lain adalah Joohyun sedang melihatnya dari balik jendela kamarnya “setelah apa yang telah kau katakan padaku, kau masih datang kerumahku tanpa salah dan meminta maaf padaku” gumam Joohyun meneteskan air matanya.
Flashback End
Yonghwa tersadar dari lamunannya saat salah seorang rekan kerjanya memanggilnya. Dia melihat kearah sepasang kekasih itu lagi yang sudah berbaikan dan mau beranjak pergi. Yonghwa tersenyum melihatnya. Ia begitu iri pada namja itu yang begitu sangat mencintainya kekasihnya. Andai saja ia bisa seperti itu.
Yonghwa berjalan mendekati meja kantornya meletakkan cup kopi yang sudah diminumnya setengah dan beralih ke rekan kerjanya yang memanggilnya.
“Hyung memanggilku?” Tanya Yonghwa memastikan.
“kau dipanggil keruang presdir untuk menemuinya, katanya ada yang ingin dibicarakan padamu” Choi Seunghyun yang bekerja sebagai asisten presdir melakukan tugasnya untuk menyampaikan perintah presdir memanggil Yonghwa menghadapnya yang tidak lain adalah appanya Joohyun. Seo Donghyun.
“hey menurutmu kenapa Yonghwa dipanggil presdir?”
“dengar – dengar presdir ingin menambah karyawan untuk membantu pekerjaan Yonghwa”
“benarkah? Ahh aku jadi iri”
“kalian tahu siapa yang ditunjuk presdir? Aku dengar – dengar presdir menunjukkan anak semata wayangnya yang cantik itu membantu Yonghwa katanya sih sekalian menagajari anaknya mengenal perusahaan appanya”
“ahh betapa beruntungnya Yonghwa”
Suara – suara bisik dari rekan kerja Yonghwa lainnya saat tahu Yonghwa dipanggil oleh presdir. Mereka menerka – nerka apa yang akan dibicarakan presdir mereka pada Yonghwa. Termasuk Jonghyun.
***
“Joohyunie, aku dengar dari eommamu kau berhenti belajar piano dari Yonghwa hyung kenapa?” Minhyuk yang tidak tahu apa – apa langsung menanyakan pada Joohyun kenapa Yonghwa berhenti mengajarinya piano.
“kau menjagakku kekantin hanya untuk menanyakan itu?” Jawab Joohyun tidak tertarik pada pertanyaan Minhyuk.
Saat ini Minhyuk dan Joohyun sedang berada dikampus. Ya, mereka satu kampus dan satu angkatan juga. Walaupun mereka satu kampus tapi mereka jarang ketemu. Minhyuk sibuk dengan kesibukan yang lain begitu juga dengan Joohyun.
“tidak seperti itu juga, aku hanya ingin bertanya kenapa kau jawabnya sewot sekali?” Minhyuk meminum minuman yang dipesannya. “aku juga dengar dari ibumu kalau kau sering menangis dikamar?”
“Bukan urusanmu”
“kau jutek sekali, pantas saja Yonghwa hyung menolakmu” sindir Minhyuk
“Mwo? Dia cerita padamu?” tanya Joohyun panik. Tentu saja karena ini sangat memalukan karena pernyataan cintanya yang ditolak oleh Yonghwa diketahui orang lain terutama sepupunya ini.
“Ani” Minhyuk menggeleng.
“terus kenapa kau bisa tahu?”
“aku hanya menebak dan ternyata benar” Minhyuk tersenyum mengejek.
“kau…” Joohyun merampas minuman yang sedang diminum Minhyuk karena telah mengejeknya.
“yaa !! kenapa kau ambil”
“ini balasan karena kau telah mengejekku”
“Joohyunnie, aku mengerti perasaanmu saat ini. Aku juga merasakan hal sama saat aku menyatakan cintaku pada Soojung, dia menolakku bahkan dia tidak pernah menganggap aku ada. Tapi aku tidak menyerah sampai disitu, aku terus berusaha sampai dia bisa melihat keberadaanku” Minhyuk menceritakan saat ia mengejar Soojung yang juga diketahui Joohyun tapi Joohyun tidak tahu kalau ternyata Soojung adalah adiknya Yonghwa.
“Tapi ini situasinya berbeda Minhyukie, kau tahu apa yang dia bilang padaku? Dia mengatakan kalau aku itu cewek manja yang tidak bisa hidup susah dan dia melihatku hanya dari kekayaan. Kalau dia memang tidak suka kenapa dia harus bicara seperti itu, ini sangat menyakitkan. Kenapa dia tidak bilang saja kalau dia sudah punya kekasih kenapa harus berkata kasar padaku” Joohyun akhirnya lega mengeluarkan amarahnya pada Minhyuk, karena saat ini hanya Minhyuklah yang bisa mendengarkan curhatannya.
“Yonghwa hyung punya kekasih?” tanya Minhyuk heran dengan alis yang menyatu tampak berfikir.
“iya, dia bilang padaku kalau malam itu dia akan menemui seseorang yang special buatnya”
“setahuku Yonghwa hyung tidak mempunyai seorang kekasih, bahkan teman yeoja pun dia tidak punya. Yang aku tahu adiknya Soojung yang sangat special dan sangat berarti buatnya” jawab Minhyuk menggeleng tidak yakin dengan jawabannya.
“MWO!! kau bilang Soojung adiknya Yonghwa?” tanya Joohyun kaget. Minhyuk mengangguk santai. “jadi selama ini kau mencintai Soojung adiknya Yonghwa?” Minhyuk mengangguk mantap.
“kau tahu, mereka dari kecil hanya hidup berdua. Saat Yonghwa hyung berumur 10 tahun dan Soojung berumur 5 tahun mereka ditinggalkan oleh eommanya dan tidak lama setelah itu appanya meninggal karena penyakit yang dideritanya yang sekarang ini diderita Soojung” Minhyuk merasa sedih menceritakan hidup yang dijalani Yonghwa dan Soojung. Ia meminum minumannya yang ia ambil kembali dari Joohyun.
“Maksudmu?”
“Saat ini Soojung sedang dirawat dirumah sakit karena leukemia yang dideritanya. Saat itu Yonghwa hyung menanyakan pekerjaan tambahan padaku dan aku berpikir karena kau ingin belajar piano maka aku tawarkan padanya. Yonghwa hyung sangat menyayangi adiknya. Dia melakukan apapun untuk kesembuhan Soojung” Minhyuk menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. “tapi pada saat Soojung meminta dia untuk menikah sebagai permintaan terakhirnya Yonghwa hyung sangat marah. Dia tidak ingin melakukannya. Karena menurutnya kalau dia sudah menuruti permintaan Soojung, Soojung akan pergi meninggalkannya. Dia bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan Soojung, dia rela berhenti kuliah hanya untuk mencari uang untuk biaya perawatan Soojung. Dia benar – benar takut kalau Soojung akan pergi meninggalkannya, dia takut kalau dia harus hidup sendiri” Cerita Minhyuk panjang yang membuat Joohyun terharu sedih hingga meneteskan air matanya.
“begitu sulitkah hidupnya?” Joohyun menyeka air matanya. Ia juga merasa bersalah karena telah berkata kasar pada Yonghwa.
“Mungkin Yonghwa hyung berkata seperti itu padamu karena ia tidak ingin kau merasakan penderitaan yang dialaminya. Aku harap kau tidak memandang Yonghwa hyung sebagai seorang yang jahat” Minhyuk melirik jam tangannya. “aku harus pergi, aku ingin menemui Soojung dirumah sakit apa kau mau ikut?” Ajak Minhyuk sambil berdiri dari bangkunya. “Tenang saja Yonghwa hyung sedang tidak ada, dia sedang bekerja. Dia akan menjaga Soojung seharian kalau hari libur saja” Minhyuk meyakinkan Joohyun yang nampak ragu untuk ikut karena ia belum siap untuk bertemu dengan Yonghwa.
***
Minhyuk dan Joohyun sampai di depan rumah sakit. Dia memakirkan mobilnya ditempat biasa ia memakirkan mobilnya. Memakirkan mobilnya dibawah pohon yang rindang agar mobil kesayangannya tidak terkena panas.
“kenapa harus parkirnya disini? Disana masih banyak tempat kosong” Joohyun heran dengan keanehan Minhyuk yang memakirkan mobilnya lain dari yang lain.
“aku tidak ingin Betty terkena panas” jawab Minhyuk santai menunjukan cengirannya. Joohyun yang mendengarnya merasa geli saat Minhyuk bilang mobil kesayangannya dengan sebutan Betty.
Mereka turun dari mobil dan memasuki rumah sakit tempat dimana Soojung dirawat. Saat didepan pintu lift Minhyuk memeriksa saku celana seperti ada yang tertinggal.
“Joohyun-ah, sepertinya handphoneku tertinggal, kau naiklah dulu ruangannya ada dilantai 5 ruangan 392 atas nama Jung Soojung” Minhyuk berlari kecil sambil memberitahukan ruangan Soojung berada.
Joohyun yang pergi duluan merasa ragu – ragu untuk masuk duluan kedalam ruangan Soojung. Ya, saat ini ia sedang berada didepan pintu kamar Soojung namun ia tidak berani untuk membukannya. Joohyun menarik nafas dan melepaskannya perlahan, setelah itu ia memutar knop pintu mencoba masuk kedalam.
“Minhyuk Oppa, kau sudah datang” Soojung menyapa tidak melihat siapa yang membuka pintunya. Dia masih serius dengan lukisan yang dibuatnya duduk di depan jendela kamar. Merasa aneh yang biasanya Minhyuk datang langsung berbicara dengannya tapi ini tidak. Soojung menoleh melihat siapa yang datang. Dia melihat Joohyun heran, ini pertama kalinya ia melihat Joohyun.
“kau siapa?” tanya Soojung lembut.
“Annyeonghaseyeo.. namaku Seo Joohyun” Joohyun tersenyum melihat Soojung yang begitu cantik walaupun kepalanya ditutupi oleh topi karena rambutnya yang mulai habis karena rontok. Soojung yang duduk diatas kursi roda memberi salam membungkukkan badannya.
“aku sepupunya Minhyuk, dia datang bersamaku dia sedang mengambil barangnya yang tertinggal dimobil” Soojung mengangguk.
Joohyun mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan, matanya berhenti saat ia melihat sebuah gitar yang pernah ia lihat sebelumnya. Gitar yang dibawa oleh Yonghwa kerumahnya saat Joohyun merengek meminta ingin melihat Yonghwa bermain gitar dan mengajarinya juga.
“itu gitar Oppaku, apa kau mengenal Yonghwa oppa?” Soojung yang mengikuti arah tatapan Joohyun pada gitar Yonghwa memberitahukannya.
Joohyun mengangguk “aku kenal dengannya, dia mengajariku bermain piano”
“benarkah?” Soojung berusaha berdiri dari kursi rodanya, ia ingin mendekati Joohyun dan bercerita banyak tentang oppanya. Walaupun sulit untuk berdiri dan berjalan Soojung tetap berusaha untuk tidak terlalu sering menggunakan kursi roda. Joohyun membantu Soojung berdiri dan memapahnya ketempat tidur dan membantu membaringkan Soojung ketempat tidur.
“Mianhe Unni aku merepotkanmu”
“tidak apa – apa” Joohyun duduk disamping tempat tidur Soojung.
“Unni, bagaimana bisa Yonghwa oppa mengajarimu piano? oppa tidak pernah cerita padaku, bagaimana kau mengenalnya?
“Minhyuk mengenalkannya padaku dia bilang Yonghwa ingin mencari tambahan untuk biaya operasimu makanya Minhyuk membawa Yonghwa kerumahku untuk mengajarkanku bermain piano” Soojung mengganguk mendengarkan penjelasan Joohyun.
“dasar Yonghwa oppa tidak pernah mendengarkan kata – kataku, kenapa dia bekerja keras sampai harus mencari tambahan, sudahku bilang untuk menjaga kesehatannya kenapa ia tidak mendengarkan aku” omel Soojung pada boneka beruang yang dipegangnya. Boneka pemberian Yonghwa agar Soojung tidak merasa bosan saat sendiria. Joohyun tertawa kecil melihat kekhawatiran Soojung. “Mianhe unni, aku tidak bermaksud untuk marah – marah didepanmu”
“tidak apa – apa, dia melakukan itu agar kau cepat bisa dioperasi dan pulang kerumah” kata Joohyun menyemangati Soojung.
“tapi walaupun begitu dia juga harus memperhatikan kesehatannya, aku tidak ingin dia sakit karena kelelahan” Joohyun terharu melihat Soojung yang begitu peduli pada Yonghwa, disaat sakit seperti ini ia masih memikirkan keadaan oppanya.
“ahh unni, apa Yonghwa oppa mengarjarkanmu piano malam hari?” Joohyun mengangguk. “apa sekitar seminggu yang lalu dia menemui lebih awal dari jadwal biasanya?” Joohyun mengangguk lagi. “saat itu apa terjadi sesuatu pada Yonghwa oppa? Dia berjanji untuk menemuiku lebih awal dari biasanya, tapi dia malah datang telat bahkan lebih lama dari hari - hari biasa. Dia datang dengan wajah yang kusut dan matanya juga memerah seperti habis menangis, ketika aku tanya dia dari mana dan marah padanya karena mengingkari janjinya tapi dia tidak menghiraukanku dia langsung tertidur dan tidak memperdulikan aku, Sejak saat itu Yonghwa oppa sering diam dan uring – uringan tidak jelas seperti orang yang sedang patah hati padahal dia tidak mempunyai pacar seorangpun, apa unni tahu penyebabnya?” tanya Soojung polos yang tidak tahu apa – apa yang terjadi antara Yonghwa dan Joohyun.
Joohyun diam tidak menjawab pertanyaan Soojung. Ia tidak menyangka orang yang akan ditemui Yonghwa malam itu adalah Soojung yang tidak lain adalah adiknya. Joohyun merasa sangat jahat telah menuduh Yonghwa yang bukan – bukan. Terlebih lagi ia mengetahui sifat Yonghwa yang berubah menjadi pendiam karena kejadian malam itu dan Joohyun mengetahui saat Yonghwa pulang dengan mata yang memerah seperti habis menangis. ‘apa dia benar menangis kemarin malam’
“itu… itu.. kar..”
“oh! Itu suara Minhyuk oppa” Soojung memotong perkataan Joohyun saat mendengar suara Minhyuk sedang berbicara dengan seseorang didepan kamar Soojung.
“heii !! ahjumma,, kenapa kau berdiri didepan pintu? Apa kau mengenal Soojung?” Minhyuk bertanya pada seorang yeoja yang tampak sudah berumur 40 tahunan itu. Namun yeoja paruh bayah itu tidak menghiraukan pertanyaan Minhyuk dan pergi begitu saja.
“kenapa ahjumma itu, ini sudah sekian kalinya aku melihat dia didepan pintu Soojung siapa dia, apa mungkin dia..?” Minhyuk mengejar ahjumma yang pergi tadi. Minhyuk mengejarnya sampai ke lobi rumah sakit, namun ia tidak juga berhasil menemukan yeoja paruh bayah itu. Minhyuk memustuskan kembali kekamar Soojung.
“Minhyuk oppa kau bicara dengan siapa tadi diluar?” tanya Soojung penasaran.
“Soojungie apa selama kau dirumah sakit ada seorang yeoja berumur 40 tahunan menjengukmu?”
Soojung menggeleng “tidak ada, wae?”
“Aniya, bukan apa – apa tidak usah dipikirkan”
“kau dari mana saja kenapa lama sekali?” tanya Joohyun
“aku singgah membeli ini tadi” Minhyuk menunjukkan 2 botol kaleng minuman untuk Joohyun. “kalian sudah berkenalan?” tanya Minhyuk memandang Soojung.
“sudah, bahkan kami sudah terlihat dekat. Benarkan unni?” Soojung tersenyum kearah Joohyun yang dibalas senyuman juga oleh Joohyun.
“Soojung-ah kau sedang melukis apa?” Minhyuk mendekati kanvas yang berada didekat jendela.
“ahh, aku hanya ingin membuat lukisan bagaimana suasana pernikahan Yonghwa oppa nanti” Jawab Soojung semangat. Ya, lukisan yang berisikan tentang pernikahan bahwa nampak didalamnya Yonghwa sedang mencium kening yang sudah sah menjadi istrinya dan dihadiri oleh banyak para tamu yang bertepuk tangan melihat keserasian pasangan tersebut. Suasana pernikahan yang berada ditempat terbuka dengan nuansa yang begitu romantis sesuai imajinasi Soojung.
“kenapa acaranya ditempat terbuka? Bukankah awalnya kau bilang padaku ingin diadakan di Gereja saja” Minhyuk memperhatikan detail lukisan yang dibuat Soojung. Sangat cantik dan sempurna menurutnya walaupun lukisannya belum sepenuhnya jadi. Minhyuk mengelus dasar kanvas yang begitu terasa halus ditelapak tangannya.
“setelah aku pikir kembali, suasana romantisnya akan lebih dapat jika resepsi pernikahannya dilangsungkan ditempat taman yang terbuka saja” tambah Soojung semangat.
“Tapi kenapa wajahnya yeojanya belum terlihat jelas?” Minhyuk berbicara sambil melihat kearah Joohyun. Tatapan mengejek.
“itu karena Yonghwa oppa tidak pernah membawa seorang yeoja dan mengenalkannya padaku” Jawab Soojung kesal karena selama ini Yonghwa tidak pernah membawa teman yeojanya pada Soojung, ia juga merasa bersalah mungkin karena dirinyalah Yonghwa sibuk mengurusinya dan tidak pernah sempat untuk mencari seorang yeoja.
“ahh, aku baru sadar kalau Joohyun unni adalah orang yang pertama datang padaku sebagai teman Yonghwa oppa” Soojung menatap Joohyun penuh semangat senangnya, Joohyun tersenyum kaku.
“bagaimana kalau wajah yeoja dilukisanmu ini adalah Joohyun?” Minhyuk memberi ide pada Soojung. Soojung tampak berpikir menggerak - gerakan mulutnya sedangkan Joohyun yang mendengarnya hampir tersedak saat sedang meminum minuman yang diberikan Minhyuk tadi.
“Unni Kau tidak apa – apa ?”
“Tidak apa – apa” Joohyun melihat Minhyuk yang sedang melihatnya tertawa kecil mengejek.
“apa Yonghwa hyung tahu tentang lukisanmu ini?” Tanya Minhyuk
“Ani, aku belum memberitahunya. Ia pasti akan marah kalau aku membuat lukisan seperti ini” Soojung melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 Sore. “Kenapa Yonghwa oppa belum pulang? Ini sudah waktunya jam ia pulang dari kantor” Joohyun yang mendengarnya melihat kearah jam tanganya yang terletak manis ditangan kirinya.
Joohyun tidak sadar kalau mereka mengobrol sudah begitu lama sampai sore. Joohyun merasa tidak enak kalau dia masih disini saat Yonghwa datang. Dia masih belum siap bertatapan langsung dengan Yonghwa. Maka dari itu sebelum Yonghwa datang ia duluan pamit pulang pada Soojung.
“Sepertinya hari sudah semakin gelap, aku pamit pulang dulu ya Soojung” Joohyun bangun dari bangkunya dan menepuk pundak Soojung pelan sambil tersenyum.
“Kau sudah mau pulang?” timpal Minhyuk.
“Unni tidak mau bertemu dengan Yonghwa oppa dulu?”
“Lain kali saja” jawab Joohyun seadanya
“padahal aku masih ingin bercerita banyak sam unni” kecewa Soojung.
“Unni janji akan datang lagi” Joohyun melihat Minhyuk. “kau tidak usah mengantarku, kau temani saja Soojung”
“Baiklah kalau begitu hati – hati dijalan”
“Unni pulang dulu ya Soojung, kau harus cepat sembuh” Joohyun melambaikan tangannya kearah Soojung menuju pintu keluar.
Joohyun berjalan di lorong rumah sakit. Dia berjalan dengan perasaan lega karena akhirnya kesalah pahamannya pada Yonghwa yang mempunyai kekasih terjawab sudah. Ia tak tahu harus merasa senang atau sedih. Dilain sisi ia merasa senang karena ia bisa dekat orang yang sangat berarti buat Yonghwa. Disisi lain juga ia merasa sedih karena ia dengan Yonghwa tidak begitu dekat bahkan sampai tidak mengenal satu sama lain.
Joohyun sampai dilobi rumah sakit. Ia cepat – cepat berlari ke samping tembok untuk bersembunyi . Dia melihat Yonghwa masuk berjalan kearah lift dimana ia baru saja menurunin lift tersebut. Yonghwa tahu kalau seseorang sedang memperhatikannya dari balik tembok tapi ia berpura – pura untuk tidak tahu. Joohyun tidak mengalihkan pandangannya pada Yonghwa, ia tetap melihat Yonghwa sampai Yonghwa masuk kedalam lift dan menghilang karena pintu lift yang tertutup.
Joohyun keluar dari persembunyiannya. Dia masih melihat pintu lift yang tertutup sebentar setelah itu ia berjalan kearah pintu keluar rumah sakit. Joohyun tidak tahu kalau pintu liftnya terbuka kembali. Yonghwa keluar dari lift tersebut. Yonghwa hanya melihat punggung Joohyun yang berjalan kearah luar pintu rumah sakit “kau datang, Seo Joohyun”
***
“Yonghwa, kemarin kau dipanggil presdir ada apa?” tanya Jonghyun pura – pura tidak tahu.
“bukankah kau sudah tahu kenapa harus bertanya lagi” jawab Yonghwa yang sibuk memeriksa file – file yang ada diatas dimejanya.
Jonghyun tertawa. Ia sangat tahu kalau temannya yang satu ini tidak suka dengan basa – basi. Makanya sengaja Jonghyun untuk membuat Yonghwa kesal.
“apa kau tidak ada kerjaan?” tanya Yonghwa menyindir Jonghyun karena Jonghyun dari tadi hanya duduk santai sambil memainkan handphone smartphonenya.
“kerjaanku sangat banyak, apa kau mau membantu?” tanya Jonghyun memelas.
“kerjakan kerjaanmu sendiri”
“Ya! Yonghwa kenapa kau tidak mau membantuku” Jonghyun merengek.
“berhentilah merengek seperti itu, kau seperti anak kecil saja”
“aku kan lebih muda darimu tidak ada salahnya kalau aku ingin bermanja denganmu” Jonghyun menggoda Yonghwa dan tentu saja Jonghyun mendapatkan tatapan yang mematikan dari Yonghwa.
“Arraseo..” Jonghyun memanyunkan bibirnya mengetahui Yonghwa akan meledak emosi karena tingkah Jonghyun. “ahh Yonghwa, apa kau pernah bertemu dengan anaknya presdir yang akan membantu”
“tidak” Jawab Yonghwa seadanya yang masih sibuk berkutat dengan filenya.
“kau tidak penasaran dengannya?” tanya Jonghyun lagi
“tidak”
“aku dengar dia sangat cantik” Jonghyun membayangkan bagaimana wajah anak presdirnya itu. Wajahnya terangkat keatas memejamkan matanya dan tersenyum – senyum sendiri membayangkan wajah anak presdir yang menurutnya mengalahakan Miss Korea. Namun ekspresi wajahnya berubah saat ia melihat Yonghwa yang tidak sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dia ceritakan. “Ya !!! kenapa kau terlihat seperti tidak terjadi apa – apa” Jonghyun kesal karena Yonghwa yang sedari tadi tidak serius mendengarkannya.
Yonghwa menarik nafas dan menghempaskan file yang dipegangnya ke meja. Ia merasa ternggangu dengan Jonghyun yang sedari tadi sibuk membicarakan anak presdir yang ia sendiri juga tidak tahu.
“Jadi aku harus bagaimana? Apa aku harus bilang ‘apakah dia cantik? Apa wajahnya cantik seperti anggota Gilrs’ Generation?’ seperti itu” Yonghwa melihat Jonghyun kesal.
Jonghyun menepuk kedua tangannya “ahh kau benar pasti wajahnya seperti anggota Gilrs’ Generation, kenapa tidak terpikirkan olehku ya” Jonghyun menggaruk pelipisnya yang tidak gatal tanda berpikir. Ia benar – benar tidak sadar kalau temannya Yonghwa yang melihatnya kesal ingin memakannya sekarang juga.
“Yonghwa, kapan Soojung keluar dari rumah sakit?” tanya Jonghyun serius.
“Besok”
“Besok?” Jonghyun mengulang kata Yonghwa dengan ekspresi kecewa.
“Wae?”
“Aku ingin sekali melihat Soojung. Sudah lama tidak bertemu dengan Soojung, pasti sekarang dia semakin manis”
“Jangan coba – coba berbicara seperti itu lagi. Soojung sudah mempunyai kekasih” Yonghwa melanjutkan pekerjaannya.
“benarkah? Aku telat satu langkah dong kalau begitu. Ahh… aku patah hati” Jonghyun pergi meninggalkan Yonghwa yang masih sibuk dengan pekerjaanya. Yonghwa yang melihat Jonghyun hanya bisa geleng – geleng kepala melihat tingkah temannya yang satu itu.
Yonghwa melihat kelender yang berada disebelah komputernya. Ia melihat tanggal 24 yang ia sudah tandai dengan tinta berwarna merah dengan catatan ‘Soojung Birthday’s’. Ya, tiga hari lagi adiknya Soojung akan berulang tahun. Yonghwa tampak berpikir hadiah apa yang akan diberikan pada Soojung.
***
Tepat setelah seminggu Joohyun mengunjungi Soojung dirumah sakit. Ia kembali ingin menemui Soojung. Ia ingin memenuhi janjinya untuk bertemu lagi dengan Soojung. Ia juga tahu dari Minhyuk kalau hari ini Soojung akan keluar dari rumah sakit. Joohyun datang untuk memberi Soojung semangat. Ia berjalan riang dengan membawa sekeranjang buah ditanganya.
Walaupun hari ini adalah Soojung keluar dari rumah sakit. Ia yakin kalau Yonghwa tidak ada dirumah sakit sekarang ini karena ia tidak akan meninggalkan pekerjaan kantor sebagai tanggung jawabnya. Lagi pula Soojung akan pulang nanti malam setelah hasil beberapa check up dari dokter keluar.
Namun diluar dugaannya, langkahnya terhenti tepat selangkah lagi ia memasuki kamar Soojung. Ia tidak tahu kalau Yonghwa akan mengambil cuti. Ia mendengar suara Yonghwa yang sedang berbicara dengan Soojung. Ia bisa mendengar secara jelas apa yang dibicarakan Yonghwa dengan adiknya karena pintu kamar Soojung saat itu sedang terbuka lebar. Joohyun berdiri tepat disamping pintu itu. Ia berfikir untuk pulang dan akan menjenguk Soojung saat ia sudah dirumah dan tidak ada Yonghwa. Tapi niatnnya kembali musnah ketika Joohyun menanyakan tentang masalah yang membuat Yonghwa berubah menjadi tidak semangat akhir – akhir ini.
“Oppa.. Ceritalah padaku kalau kau sedang ada masalah, tidak biasanya kau seperti ini” Soojung yang berada di dekat jendela menghampiri Yonghwa yang sibuk membereskan pakaian – pakaian Soojung diatas tempat tidur Soojung dengan kursi rodanya.
“apa yang harus oppa ceritakan, tidak ada yang terjadi dengan oppa” jawab Yonghwa santai.
“kau bohong oppa, aku bisa melihat dari wajahmu dan sikapmu yang berubah akhir – akhir ini. Pasti terjadi apa – apa denganmu. Apa ini ada hubungannya dengan yeoja?”
Yonghwa menoleh kesamping melihat Soojung yang berada tepat disampingnya. “Ceritakanlah padaku oppa. Jika kau ceritakan padaku itu akan membuatnya merasa lebih tenang” pinta Soojung.
Yonghwa mengalah akhirnya ia mau bercerita dengan Soojung. Ia mendorong kursi roda Soojung membawanya ke dekat tempat duduk yang berada disudut ruangan tersebut. Ia memberitahukan semuanya. Ia memberitahukan dari awal ia bertemu dengan Joohyun. Saat pertemuan pertama Yonghwa melihat Joohyun yang begitu cantik dan anggun dia terpesona. Ia jatuh cinta pada Joohyun untuk pertama kalinya. Namun pada saat pertemuan itu ia menahan reaksinya dengan berpura = pura menjadi dingin didepan Joohyun.
Ia juga menceritakan betapa ia sangat senang kalau ia bisa mengajarkan Joohyun bermain piano setiap malam. Ia senang untuk bisa berada disamping Joohyun. Tapi ia tetap berusaha untuk menjadi dingin didepan Joohyun. Ia juga merasa bersalah dengan sikapnya itu pada Joohyun yang begitu perhatian padanya saat itu. Untuk pertama kalinya ia merasa diperhatikan oleh seorang yeoja selain adiknya Soojung. Sampai tiba pda kejadian dimana Joohyun menyatakan cintanya pada Yonghwa. Yonghwa menarik nafas memberi jeda pada ceritanya.
“dia menangis didepan oppa, saat itu oppa ingin sekali menghapuskan air matanya dan bilang padanya untuk tidak menangis. Tapi apa yang oppa katakan, oppa malah berbicara kasar padanya. Saat itu oppa merasa tidak sanggup untuk melihatnya, oppa merasa sangat jahat padanya” Soojung hanya diam mendengarkan cerita Yonghwa.
“setelah apa yang dia telah lakukan pada oppa, tapi oppa membalasnya dengan membuatnya jadi membenci oppa. Saat dia menyatakan kalau dia menyukai oppa, oppa ingin sekali bilang padanya kalau oppa juga menyukainya. Dan saat ia pergi dengan menangis, oppa sangat ingin mencegahnya dan memeluknya dan berkata untuk tetap disamping oppa. Tapi lagi – lagi oppa hanya melakukan hal yang bodoh dengan membiarkannya pergi begitu saja dengan rasa bencinya pada oppa. Hingga sampai dia memutuskan untuk tidak mau bertemu dengan oppa lagi. Soojung-ah, apa yang harus oppa lakukan?” Yonghwa menunduk tidak tahan dengan matanya yang memulai memanas. Air matanya menetes yang sedari tadi ditahannya.
Soojung yang berada didepan Yonghwa juga merasakan kesedihan yang dialami oleh Yonghwa. Soojung menghapus air mata yang menetes di pipi Yonghwa dengan kedua ibu jarinya.
“apa orang itu bernama Seo Joohyun” tebak Soojung.
“oh” Yonghwa mengganguk pelan dan berkata lirih yang masih bisa didengar oleh Joohyun dari luar. Joohyun yang mendengarkan penuturan Yonghwa tidak bisa menahan tangisnya. Ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya yang bebas agar tangisannya tidak terdengar oleh Soojung dan Yonghwa.
“Soojung mengerti dengan apa yang oppa rasakan. Semua akan baik – baik saja oppa. Kau harus percaya bahwa kalian akan bersatu” Soojung menarik Yonghwa kedalam pelukannya, ia berusaha menenangkan Yonghwa dengan memukul – mukul pelan punggung Yonghwa.
Sedangkan Joohyun yang berada diluar sudah tidak tahan dengan apa yang dia dengarkan. Ia bingung harus senang atau sedih. Disatu sisi dia senang kalau ia tahu bahwa Yonghwa juga menyukainya tapi ia juga merasakan sesak didadanya karena Yonghwa juga sangat menderita dengan itu semua. Joohyun akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit dengan wajah berlinang air mata.
***
Joohyun duduk menunggu di salah satu bangku taman. Malam itu ia di telp Minhyuk karena ada sesuatu yang Minhyuk ingin sampaikan padanya. Mereka membuat kesepakatan bertemu disini. Tapi setelah Joohyun menunggu selama setengah jam, Minhyuk juga tak kunjung datang.
Dua pasang mata yang dari kejauhan sedang memperhatikan Joohyun melihat tidak sabar apa yang akan terjadi selanjutnya.
“apa ini akan berhasil oppa?”Tanya Soojung tidak yakin.
“tenang saja, ini akan berjalan sesuai dengan rencana” Minhyuk menunjukkan senyum angkuhnya.
Flashback
Satu hari Soojung pulang kerumah dari rumah sakit, selesai kuliah dia datang kerumah Soojung seperti biasa. Yonghwa juga sedang ada dirumah. Mereka membuat acara kecil untuk penyambutan Soojung pulang kerumah hanya sekedar makan malam biasa. Hanya mereka bertiga.
Yonghwa yang sedang sibuk menyiapkan makanan didapur. Tidak ingin diganggu. Ia ingin membuatkan makanan yang ia masak sendiri buat Soojung ia tidak ingin ada yang membantunya. Menurutnya itu akan menggangunya saja. Sedangkan Minhyuk yang tahu Yonghwa tidak ingin diganggu dia sedang asyik bercanda berdua dengan Soojung.
“Lihat Yonghwa hyung, dai begitu semangat memasak untuk kita” Minhyuk menolehkan kepalanya kebelakang melihat Yonghwa yang sibuk berkutat dengan alat masak. Ia hanya memerhatikan Yonghwa dengan Soojung dari ruang tamu.
“Untuk kita? Dia memasak hanya untukku bukan untuk oppa” ledek Soojung.
“tapi dia memasak untuk penyambutanmu pulang kerumah, karena aku disini itu berarti Yonghwa hyung juga memasaknya untukku” Minhyuk mencubit pipi Soojung gemas. “Soojung-ah, kalau aku lihat seperti sekarang ini Yonghwa hyung terlihat sangat membutuhkan seseorang, tidak seharusnnya namja yang berada di dapur” Minhyuk masih melihat Yonghwa.
“apa maksud oppa aku telah menyusahkan Yonghwa oppa” Soojung melihat Minhyuk dengan wajah lesu.
“Bukan maksudku begitu, tapi Yonghwa membutuhkan seorang pendamping untuk mengurusnya dan menyiapkan semua keperluannya. Seperti aku dan kamu” Minhyuk menunjuk dirinya dan Soojung tersenyum yang membuat matanya menjadi sipit.
Soojung tampak berpikir “itulah mengapa aku menyuruhnya untuk menikah” Soojung menepuk kedua tangannya karena mengingat sesuatu “aku puny aide oppa. Bagaimana kalau kita pertemukan Yonghwa oppa dengan Joohyun unni” Soojung memegang lengan Minhyuk semangat.
“kau benar, kita harus bertindak kalau melihat seperti itu mereka akan menyakiti diri mereka sendiri”
“aku merasa kasihan melihat Yonghwa oppa setelah mendengarkan ceritanya kemarin” tambah Soojung. “Baiklah aku setuju oppa” Soojung tersenyum.
“kau sangat manis” Minhyuk mencubit pipi Soojung lagi.
“oppa” Soojung mengelus pipinya yang memerah.”Tapi bagaimana kita mempertemukan mereka?”
“Pertama aku akan menelpon Joohyun untuk menemuiku besok malam, besok malam aku akan minta izin pada Yonghwa hyung untuk membawamu keluar. Dan disaat yang tepat aku akan membuat alasan kalau aku tidak bisa mengantarmu pulang disitulah kau harus menelpon Yonghwa hyung untuk menjemputmu. Tempatnya akan aku tentukan besok”
“okeh” Soojung menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf O tanda setuju.
“kalian sedang membicarakan apa? Ayo makan” Yonghwa memanggil Soojung dan Minhyuk untuk makan malam setelah ia selesai masak.
“ini akan menjadi rahasia kita” Minhyuk meletakkan jari telunjuknya kedepan bibirnya.
Flashback End
“Minhyuk-ah kau dimana?” Joohyun yang menunggu Minhyuk tidak sabar akhirnya memutuskan untuk menghubunginya.
“tunggu sebentar lagi, aku lagi dijalan” jawab Minhyuk dari sebrang. Minhyuk mengkhari panggilan.
“eobseo? Minhyuk?” Joohyun melihat layar Handphone. Dia sangat kesal untuk menunggu lama. Dia sangat tidak suka. “baiklah, kalau kau tidak datang dalam 10 menit lagi aku akan pergi” Joohyun berbicara sendiri kesal.
Joohyun melihat sekeliling taman yang ia kunjungi. Tidak ramai pengunjung yang ada ditaman itu. Ia melihat beberapa pasangan kekasih yang sedang berjalan – jalan dan bercanda gurau. Wajahnya seketika berubah menjadi lesu ketika ia melihat Yonghwa berjalan kearahnya.
“Yong..hwa..” Suara Joohyun lirih.
“Joohyun? Sedang apa kau di..” Yonghwa berdiri beberapa langkah dari Joohyun duduk. Ia tahu ini pasti ulahnya Soojung. Yonghwa mengeluarkan Handphonenya dari saku celananya menekan tombol cepat nomor 1 dan panggilan tersambung ke Soojung.
“kau dimana? Kau membohongi oppa?” tidak ada jawaban dari Soojung dari sebrang sana “Cepatlah pulang ini sudah malam” Yonghwa memutuskan sambungan telepon ia melihat joohyun sebentar berpamitan dan berbalik untuk kembali.
“Tunggu” Joohyun berdiri dari duduknya memanggil Yonghwa. Yonghwa berbalik.
“aku minta maaf” suara Joohyun lirih menatap Yonghwa.
“tidak ada yang perlu dimaafkan, kau tidak salah apa – apa, aku yang salah” saat Yonghwa ingin berbalik lagi lanjut untuk pergi, Joohyun mencegahnya lagi.
“apa kau akan pergi? Tidak bisakah kau tinggal sebentar?” pinta Joohyun
“aku harus pergi”
“kalau kau merasa bersalah kenapa kau tidak meminta maaf padaku? Kau sangat kejam Yonghwa? kenapa kau tidak jujur pada perasaanmu sendiri. Aku mengetahui semuanya. Kau membuatku merasakan sakit. Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau juga menyukaiku. WAE!!” teriak Joohyun dan cairan bening keluar dari kedua ujung matanya. Yonghwa yang melihat Joohyun seperti itu hanya bisa menatap Joohyun diam penuh arti.
“kau.. kau pintar sekali menyembunyikan perasaanmu. Bagaimana bisa kau menahan rasa sakit dihatimu. Kau hanya memikirkan dirimu saja. Kau tahu, aku sangat merindukanmu tapi apa yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk bertemu denganmu. Aku membencimu Yonghwa. Aku benar – benar membencimu. Aku mem…” kata – kata Joohyun terhenti saat Yonghwa menarik pinggangnya dan mencium bibir Joohyun. Ia terkejut matanya membesar tidak berkedip.
Yonghwa menarik tubuh Joohyun dalam pelukannya. Yonghwa tidak tahan lagi melihat Joohyun terluka seperti ini. Melihat Joohyun menagis seperti itu menambah rasa sakit dihatinya. Yonghwa mengelus rambut Joohyun yang terurai panjang dan sesekali berkata lirih meminta maaf pada Joohyun.
“Mianhe.. Mianhe Joohyun-ah” Joohyun yang mendengarkan Yonghwa tangisnya tumpah dalam pelukan Yonghwa. Ia melingkarkan tangannnya ke punggung Yonghwa membalas pelukan Yonghwa.
Sedangkan dari jauh Minhyuk dan Soojung terharu melihat kedua pasangan itu. Mereka juga merasa senang karena mereka berhasil.
“Soojung-ah, bolehkah aku menciummu seperti Yonghwa hyung?” Goda Minhyuk mengedipkan matanya.
“kau mau mencari mati” Soojung menyikut perut MInhyuk pelan yang membuat Minhyuk pura – pura meringis kesakitan dan tertawa melihat Soojung tertipu olehnya.
-TBC-
Aku kembali.. terima kasih sebelumnya karena telah membaca fanficku yang geje ini. Oh yaa .. Happy 4th Anniversary Yongseo.. aku benar – benar menyukai couple ini. Yongseo Forever (^_^)