“oppa.. Aku ingin kau menikah…”
***
Lorong koridor panjang rumah sakit yang begitu tenang sekejap saja berubah menjadi rasa kekhawatiran buat Yonghwa dan Minhyuk. Sebuah kereta sorong yang didampingi beberapa dokter spesialis dan beberapa suster melaju dengan cepat menuju ruang ICU. Ruang yang menjadi sumber ketakukan buat Yonghwa dan Minhyuk. Rasa takut Yonghwa karena takut tidak bisa lagi melihat senyum dan tawa adik yang sangat disayanginya serta rasa takut Minhyuk melihat perempuan yang dicintainya harus melawan rasa sakit yang dideritanya. Yonghwa dan Minhyuk sangat takut kehilangannya. Kehilangan Soojung, Jung Soojung.
“Kalian tunggu diuar” perintah dokter yang tidak mengizinkan Yonghwa dan Minhyuk yang ingin masuk keruang ICU.
Didalam ruangan dengan situasi yang menegangkan bagi para dokter dan beberapa suster yang berusaha semaksimal mungkin untuk menolong Soojung. Berusaha sebisa mungkin untuk menolong pasiennya yang sedang melawan rasa sakit yang dideritanya. Menolong sebisa mungkin untuk pasiennya sembuh dari penyakit yang dideritanya. Kekhawatiran dokter semakin bertambah ketika seorang suster memberitahukan bahwa denyut jantung Soojung melemah. Dokter yang memeriksa Soojung dengan cepat bertindak selanjutnya menyuruh suster untuk memompa jantung Soojung dengan alat pemompa Jantung. Setelah jantung Soojung kembali normal para dokter dan suster kembali memeriksa penyakit Soojung.
Sedangkan diluar tidak kalah khawatirnya dengan keadaan Soojung. Yonghwa yang awalnya duduk di bangku tunggu kini berganti dengan berdiri dengan gelisah. Berjalan kesana kemari dengan gelisah. Yang dipikirannya saat ini adalah keadaan adiknya yang sedang melawan rasa sakit didalam, rasa sakit yang kapan saja bisa merenggut nyawa adiknya, berdoa agar adiknya bisa bertahan. Yonghwa kembali merubah posisinya menghadap dinding dengan satu tangan sebagai tumpuan penopangnya. Memukul dinding sebagai pelampiasan penyesalannya. Menyesal karena menurutnya selama ini ia tidak menjaga adiknya dengan baik.
Sama halnya dengan Minhyuk yang sedari tadi hanya diam tidak tahu harus berbuat apa. Minhyuk merubah posisinya yang berdiri bersandar didinding merubah menjadi jongkok membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Raut wajah takut tampak jelas diwajahnya, tapi ia berusaha tenang untuk tidak berpikiran macam – macam disaat seperti ini. Ia melihat Yonghwa yang tidak kalah khawatir dengannya. Minhyuk berdiri menghampiri Yonghwa yang memukul dinding dengan kuat hingga tangannya berdarah.
“Hyung, sudahlah ini bukan salahmu, jangan menyiksa diri seperti ini” Minhyuk menghentikan tangan Yonghwa yang memukul dinding yang sekian kalinya.
“Soojung pasti baik – baik saja, Kau harus percaya Soojung adalah yeoja yang kuat” tambah Minhyuk meyakinkan Yonghwa agar lebih tenang.
Yonghwa menatap Minhyuk dengan tatapan nanar. Mencerna perkataan Minhyuk barusan. Benar yang dikatakan Minhyuk, ia yakin adiknya adalah orang yang kuat. Ia yakin bahwa Soojung pasti bisa melewati rasa sakit yang dideritanya saat ini. Ia yakin Soojung pasti bisa melakukannya.
“Kau harus kuat hyung, kalau kau lemah Soojung akan sedih melihatmu seperti ini” Minhyuk memberi pukulan kecil dibahu sebelah kanan Yonghwa memberi semangat kecil padanya.
“Kau benar Soojung pasti bisa melewati ini, dia orang yang kuat” Yonghwa membenarkan posisinya kini bersandar didinding membuatnya menjadi sedikit tenang walaupun kekhawatiran masih meliputinya.
Sekali lagi Yonghwa meyakinkan dirinya bahwa adiknya Soojung pasti bisa melewatinya. Dia bisa lihat dari semangat Soojung belakangan ini yang berusaha untuk sembuh dari sakitnya. Melihat Soojung yang bertahan melawan rasa sakitnya dan melihat Soojung yang tidak pernah mengeluh dan menunjukkan rasa sakitnya meski harus bolak balik kerumah sakit.
“Jangan buat oppa takut, kau harus bertahan Soojung-ah” Setetes dua tetes cairan bening yang tanpa diperintah keluar dari kedua ujung mata Yonghwa.
“Bertahanlah Soojung-ah, demi Oppa dan semuanya”
Yonghwa memegangi dadanya yang mulai terasa sesak, mengepalkan tangannya dan memukul dadanya pelan. Sementara Minhyuk hanya melihat apa yang Yonghwa lakukan. Ia tidak tahu harus berbuat apa melihat Yonghwa terpukul seperti itu.
***
Pemandangan indah yang dilihat Soojung saat ini membuatnya tidak percaya. Pemandangan yang menakjubkan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Apakah yang dilihatnya saat ini adalah mimpi atau bukan, atau dia merasakan sesuatu hal berbeda darinya. Dia bertanya – tanya pada dirinya sendiri apakah dia sudah mati? Apakah ini yang dinamakan surga?. Soojung tidak tahu, yang dia tahu saat ini dia sedang berada ditengah taman bunga yang berwarna – warni dengan aliran sungai yang memiliki air sangat jernih didepannya. Sungai dengan jembatan kecil yang menghubungkan sisi yang satu dan sisi yang satunya lagi.
Soojung melihat dirinya sendiri dari pantulan air sungai didepannya. Ia melihat wajahnya yang tidak ada kepucatan sedikitpun karena sakit yang dideritanya. Ia merasa senang dengan melihat wajahnya sendiri. Setelah puas melihat dirinya dipantulan air, Soojung beralih kebunga yang ada dihadapannya. Ia memetik salah satu bunga dan mencium aroma khas yang dikeluarkan dari bunga tersebut. Soojung tersadar dari kegiatan yang dilakukannya. Ia merasakan ada seseorang yang memerhatikannya. Ia melihat sekeliling dan menemukan seseorang laki – laki paruh baya berdiri tersenyum di seberang sungai dihadapan Soojung.
Soojung berjalan melewati jembatan kecil dan mendekati laki – laki paruh baya tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang dihadapannya adalah orang sangat ia rindukan selama ini. Orang yang telah meninggalkan ia saat ia berumur dua tahun. Orang yang selama ini hanya bisa ia lihat dari selembar foto usang yang diberikan Yonghwa padanya. Yang tidak lain adalah appanya sendiri.
“Appa? Benarkah kau Appa?”
Soojung melihat setiap lekuk wajah yang dihadapannya, kerutan yang terdapat dibawah matanya menunjukkan betapa tua usianya. Soojung melihat sorotan matanya yang teduh yang membuatnya tenang mencari jawaban atas pertanyaannya. Dan ketika Soojung mendapat jawaban dengan anggukan kecil serta senyum yang diberikan, Soojung langsung memeluknya dengan erat.
“Aku sangat merindukan appa, appa jangan tinggalkan Soojung lagi ya” Soojung menangis tersedu dipundak appanya.
“Maafkan appa yang membuatmu dan Yonghwa kesepian, apa kau mau berjalan – jalan dengan appa?”
Soojung merasakan pukulan kecil dipunggungnya yang diberikan oleh appanya untuk menenangkannya. Soojung mengangguk mengiyakan ajakan appanya.
Mereka berjalan mengitari taman bunga dan aliran sungai ditempat tersebut. Bercanda yang menciptakan tawa dari mereka berdua. Soojung sangat menginginkan hal – hal seperti ini dari dulu. Betapa senangnya bahwa ia bisa merasakan hal yang ia inginkan selama ini, merasakan apa yang dirasakan oleh teman – temannya saat mereka bersama appanya. Bercanda, tertawa dan mengobrol banyak hal dengan appanya. Tidak terasa mereka telah sampai saat dimana Soojung kembali ke tempat semula.
“oh, kita kembali kesini” Soojung heran dan menatap appanya.
“Sudah saatnya Soojung harus kembali” Appa melepaskan pegangan tangan Soojung dan beralih memegang kedua pundak Soojung dengan tangannya.
“Tapi Soojung ingin bersama appa, Soojung ingin ikut appa” Soojung menunduk dan cairan bening mulai keluar dari kedua ujung mata Soojung.
“Dengarkan appa, Belum saatnya Soojung ikut bersama appa. Yonghwa oppa akan sangat sedih jika Soojung ikut dengan appa. Yonghwa oppa akan kesepian kalau Soojung tidak ada, Soojung juga harus menjaga Yonghwa oppa dan tidak boleh membuatnya marah berjanjilah pada appa, hmm?”
Soojung menatap appanya dan menghapus cairan bening yang mengalir dipipinya. Soojung mengangguk mengerti apa yang dibilang appanya. Dia teringat Yonghwa oppa yang selama ini menjaganya dan mengkhawatirkannya, memberinya semangat untuk melawan rasa sakit yang dideritanya. Ia berjanji pada appanya untuk membuat Yonghwa oppa selalu tersenyum dan menemaninya sampai Yonghwa oppa menemukan seseorang yang bisa menggantikan posisinya. Pandangan Soojung tiba – tiba mengabur dan melihat appanya yang lama kelamaan menghilang dari kejauhan.
***
Dua jam telah berlalu, para dokter dan beberapa suster keluar dari ruangan ICU. Yonghwa yang melihat dokter keluar dari ruangan dengan cepat menghampirinya.
“Bagaimana keadaan adik saya dok?” tanya Yonghwa cemas
“Keadaannya semakin memburuk, Yonghwa-shi ikut keruangan saya sebentar ada yang ingin saya bicarakan”
“ne” sebelum pergi Yonghwa melihat Minhyuk yang sedang menatapnya juga. “Kau masuklah dulu temani Soojung, aku akan menemui dokter sebentar”
Diruangan dokter yang penuh dengan peralatan medis yang biasa digunakan seorang dokter. Dinding yang dipenuhi dengan gambar tentang sel – sel yang ada pada manusia, rangka manusia serta banyak lagi gambar – gambar tentang keadaan dalam tubuh manusia.
Meja dokter yang penuh dengan berkas – berkas data pasien, dan serta papan nama yang terletak diatasnya tertera nama Choi Minho Dokter Spesialis Kanker. Dokter muda yang telah mendapat banyak prestasi diumurnya yang masih sangat muda. Dokter yang diberikan kepercayaan untuk menangani penyakit kanker dirumah sakit yang besar ini.
Dokter Minho yang sedang memeriksa data Soojung tentang keadaannya yang akhir – akhir ini terus menurun hanya bisa menghela nafas. Yonghwa yang melihat ekspresi dokter Minho semakin khawatir tentang keadaan adiknya.
“Yonghwa-shi, leukemia yang diderita Soojung semakin parah, kita harus segera melakukan operasi sumsum tulang belakang untuknya kita tidak bisa menundanya lagi”
“Apa setelah operasi Soojung akan sembuh?”
“Kita tidak bisa menebak apa yang terjadi setelah operasi. Leukemia yang diderita Soojung sudah memasuki stadium akhir, aku tidak yakin apakah setelah operasi ini dia akan sembuh total atau tidak. Setidaknya ini akan mengurangi rasa sakit yang ia tanggung. Sebagai dokter dirumah sakit ini kami akan melakukan yang terbaik buat pasien yang ada disini. Aku harap kau bisa mengerti Yonghwa-shi” Jelas dokter panjang.
Yonghwa yang mendengarkan penjelasan dokter hanya bisa mematung ditempatnya. Ia bingung. Dadanya terasa sesak mendengarkan perkataan dokter barusan. Tenggorokannya tiba – tiba terasa sakit seakan sedang menelan seonggok daging yang masuk ke mulutnya. Dia menunduk, ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan dokter saat cairan bening keluar dari ujung matanya.
“Kau harus kuat Yonghwa-shi”
Yonghwa yang keluar dari ruangan dokter terlihat lesu. Rasanya ia tidak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya untuk berdiri. Kakinya terasa lemas hingga sulit untuk berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Ia berjalan dengan satu tangan menyangga kedinding sebagai sandaran agar ia tidak terjatuh, ia berhenti saat ia benar – benar tidak kuat lagi. Yonghwa duduk lemas di salah satu tempat duduk yang ada disetiap lorong rumah sakit.
Ia membungkukkan badannya 70 derajat membenamkan wajahnya diantara kedua telapak tangannya. Ia memikirkan perkataan yang dikatakan dokter barusan. Bukan hanya masalah operasi yang harus cepat dilakukan. Bukannya ia tidak ingin Soojung cepat dioperasi. Tapi ia memikirkan masalah biaya yang harus diperlukan untuk melakukan operasi. Biaya operasi yang akan dilakukan pasti akan memerlukan uang yang banyak. Ia tidak tahu harus mendapatkan darimana uang yang banyak untuk operasi Soojung.
Tentu saja Yonghwa akan memikirkan masalah ini. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ia hanya tinggal berdua dengan adiknya. Biaya kehidupan sehari – hari ia dan Soojung saja masih belum tercukupi, apalagi dengan operasi Soojung. Yonghwa semakin menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa memberikan apa yang dibutuhkan Soojung saat ini.
“HYUNGG” panggil Minhyuk yang berlari tergesa – gesa dengan nafas yang tidak beraturan. “Soojung..Soojung” Minhyuk mencoba mengatur nafasnya yang berlomba – lomba.
“Kenapa Soojung?” tanya Yonghwa khawatir
“Dia sudah sadar, dia mencarimu hyung ”
Yonghwa langsung berlari yang diikuti Minhyuk dari belakang. Berlari secepat yang ia bisa. Ketika didepan pintu Yonghwa tidak langsung masuk, ia menghirup udara dan menghembuskannya dengan perlahan, ia membenarkan pakaiannya yang sedikit kusam dan berusaha membuat ekspresi tenang. Yonghwa memutar knop pintu dan mendapati Soojung yang terbaring lemas diatas tempat tidur.
“Oppa” panggil Soojung lirih
“Soojung-ah..” Yonghwa menggenggam tangan Soojung.
“Oppa.. Kau terlihat kusam, apa aku banyak membuatmu banyak khawatir”
“Tentu saja, kalau kau tidak ingin melihat oppa seperti ini kau harus mendengarkan kata – kata oppa” Yonghwa mencubit gemas pipi Soojung dan tersenyum.
“Arraseo.. Oppa, aku tadi bermimpi indah. Aku melihat pemandangan yang sangat indah, pemandangan yang sama sekali belum pernah aku lihat. Oppa.. didalam mimpi aku bertemu appa”
Mendengarkan perkataan Soojung, raut wajah Yonghwa seketika berubah lesu kembali. Ia takut hal – hal seperti ini akan terjadi.
“Seperti yang oppa katakan dia terlihat dermawan dan tampan, appa bilang aku harus menjaga oppa, appa juga bilang tidak boleh membuatmu sedih dan harus mendengarkan kata – katamu..” Soojung terbatuk saat ingin melanjutkan ceritanya.
“Soojung-ah kau tidak apa – apa? Ceritanya kita lanjutkan nanti, hmm? Sekarang kau harus istirahat” Yonghwa bangkit dan menarik selimut sampai sejajar diatas dada Soojung.
“Oppa..” Soojung memegang tangan Yonghwa yang lagi menjajarkan selimut ditubuhnya, Yonghwa menoleh.
“Ada yang ingin aku sampaikan padamu. Oppa tahu kalau waktuku tidak banyak lagi. Aku ingin menjaga oppa seperti oppa menjagaku, aku juga selalu ingin bersamamu setiap hari dan aku juga ingin mendengarkanmu menyanyi dengan gitarmu setiap hari. Tapi karena kondisiku yang seperti ini semua itu rasanya sulit untuk aku lakukan sampai aku tua”
“Oppa..” Soojung menggenggam tangan Yonghwa erat. “Apa kau mau memenuhi permintaan terakhirku?” kata Soojung lirih yang mengeluarkan cairan bening.
Yonghwa terpaku mendengarkan kata – kata Soojung. Dadanya semakin terasa sesak saat Soojung bilang bahwa ini adalah permintaan terakhirnya. Minhyuk yang sedari tadi berdiri di samping sisi lain tempat tidur Soojung hanya bisa diam dan bergumam pelan menyebutkan nama Soojung.
“Kau bicara apa? Jangan bicara sembarangan, tidak ada permintaan terakhir kau akan baik – baik saja, kau harus istirahat” Yonghwa menahan cairan bening yang ingin keluar dengan mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia tidak bisa menatap mata langsung mata Soojung karena akan menambah sesak didadanya. Tangan Soojung kembali menggenggam tangan Yonghwa yang sempat dilepas Yonghwa akibat dari kata – katanya, Yonghwa menoleh.
“Oppa.. Aku ingin kau menikah, Aku tidak ingin kau kesepian jika tidak ada aku dikemudian hari nanti”
Yonghwa tidak bisa lagi menahan cairan bening yang ingin keluar dari ujung matanya. Tapi dengan cepat diseka oleh tangan Yonghwa. Ia tidak ingin Soojung melihatnya menangis.
“Aku ingin melihatmu berjalan di altar menggandeng wanita yang kau cintai dan aku juga ingin melihat eomma menemaniku duduk disampingku hadir di acara pernikahanmu memberikan restunya, aku mohon oppa penuhilah permintaanku ini sebelum aku pergi, hmm?” Soojung memohon dengan sangat pada Yonghwa dengan air mata yang berurai.
“SUDAH KU KATAKAN KAU AKAN BAIK – BAIK SAJA DAN JUGA JANGAN PERNAH LAGI MENYEBUTKAN WANITA ITU DIDEPANKU !!” teriak Yonghwa pelan.
Soojung kaget, dia tidak tahu kalau Yonghwa akan semarah ini saat menyebutkan wanita yang dipanggilnya eomma. Yonghwa melepaskan tangan Soojung menghempaskannya pelan diatas tubuh Soojung dan pergi keluar dari ruangan tanpa menoleh dengan pikiran yang kacau dan air mata yang berurai.
“Hyung” Minhyuk memanggil Yonghwa mencoba untuk mencegahnya pergi.
“Minhyuk Oppa” panggil Soojung dengan tatapan dingin.
“Oh?”
“Yonghwa oppa pasti sangat marah padaku karena permintaanku ini, oppa.. apa kau ingin membantuku membujuknya? Dan juga kau juga harus menjaganya ya, kau harus berjanji padaku,oh?” Soojung menawarkan kelingkingnya pada Minhyuk yang langsung diterima Minhyuk dengan menautkan kelingkingnya dengan kelingking Soojung.
“Oppa Janji” Minhyuk tersenyum pada Soojung.
***
Langit yang semakin gelap dan angin malam yang masuk melalui cela – cela jendela menyelimuti tubuh Soojung yang sedang tertidur pulas membuatnya menjadi gelisah. Minhyuk yang melihatnya bangkit dari tempat duduknya menutup jendela yang sedikit terbuka dan mendekati Soojung memasangkan selimut menutupi tubuhnya sampai bahunya. Minhyuk mengelus rambut Soojung untuk membuatnya tenang. Kegiatannya berhenti saat pintu terbuka.
“Hyung kau dari mana saja?”
“oh, kau masih disini” Yonghwa masuk yang langsung mendekati lemari kecil untuk meletakkan bawaan yang ia bawa setelah itu ia duduk di sofa panjang yang ada didekat jendela “aku hanya keluar sebentar dan singgah kerumah ambil keperluan Soojung”
“Soojung menunggumu dari tadi” Minhyuk duduk disebelah Yonghwa, wajahnya menatap Soojung yang tertidur pulas.
“Kau pasti sangat mengkhawatirkan Soojung. Minhyuk-ah, aku minta maaf atas perlakuan kasar yang dilakukan Soojung padamu, kau sangat menyukainya tapi dia berbuat begitu padamu. Aku yakin dia juga menyukaimu walaupun dia tidak pernah mengatakannya. Aku tahu adikku sendiri. Dia pasti punya alasan melakukan itu padamu”
“Aniya.. gwenchana Hyung, aku justru senang dia seperti itu karena dengan begitu dia tidak menunjukkan sisi lemahnya padaku”
Yonghwa tersenyum “Gomawo Minhyuk-ah”
Beberapa saat hening sampai Minhyuk memulai berbicara duluan “Hyung apa kau akan memikirkan permintaan Soojung?”
Yonghwa menoleh “apa kau juga akan memohon padaku untuk Soojung?” Minhyuk mengangguk.
“jangan pernah memohon itu padaku aku tidak akan memikirkannya, yang aku pikirkan hanyalah operasi Soojung. Minhyuk-ah, apa perusahaan ayahmu menerima pekerja part time?”
Minhyuk mengerutkan alisnya “Sepertinya tidak. Hyung biaya operasi Soojung aku akan membantumu?” seakan tahu permasalahan Yonghwa, Minhyuk menawarkan bantuan sebagai temannya.
“tidak usah, kau menjaga Soojung saja sudah sangat membantuku, aku tidak ingin membebanimu”
“hmm hyung, apa kau bisa memainkan piano?” Minhyuk tiba - tiba teringat sesuatu dengan sepupunya yang ingin mencari guru piano.
“pi-a-no?” Yonghwa berpikir lalu mengangguk “Wae?” Yonghwa menegakkan duduknya yang sebelumnya duduk bersandar.
“Sepupuku ingin belajar main piano, apa kau mau menjadi guru privatenya? Tenang saja aku akan bilang pada sepupuku untuk tidak lama – lama belajarnya jadi hyung bisa cepat menemani Soojung disini”
“Aku akan mencobanya” Yonghwa tersenyum
“Kalau begitu besok malam hyung bisa memulainya, aku akan tunjukan tempatnya”
***
Matahari yang mulai terbenam yang bertanda bahwa hari akan mulai gelap dan bulan yang akan muncul menggantikan matahari memberi sinar terangnya di malam hari. Minhyuk yang sudah berjanji pada sepupunya untuk mengenalkan Yonghwa sebagai guru pianonya menuju rumah sepupunya bersama Yonghwa.
“Minhyuk-ah, kau datang. Aku sudah tidak sabar ingin belajar piano” Sambut seorang yeoja berumuran 20 tahunan saat Minhyuk masuk kerumahnya.
“aku bawa temanku yang aku ceritakan padamu tadi siang dia akan mengajarimu main piano. Hyung kemarilah” panggil Minhyuk.
Yonghwa yang sedang melihat – lihat sekeliling rumah mendekati Minhyuk dan melihat seorang yeoja cantik didepannya.
“Hyung kenalkan isi sepupuku yang aku ceritakan tadi malam padamu”
“Annyeonghaseyeo aku Jung Yonghwa” Yonghwa sedikit membungkuk badannya memberi salam perkenalan.
“Annyeonghaseyeo aku Seo Joohyun, mohon bantuannya” Joohyun juga sedikit membungkukan badannya sebagai tanda perkenalan.
“Hyung kalau begitu aku pergi dulu ya. Joohyun-ah aku pergi dulu” Minhyuk pamit
“Cepat sekali. Baiklah hati – hati dijalan”
“Minhyuk-ah gomawo” Panggil Yonghwa sebelum Minhyuk keluar dari rumah Joohyun yang dibalas Minhyuk dengan senyuman dan lambaian tangan Minhyuk.
“Joohyun-shi apa kita bisa memulainya sekarang?” tanya Yonghwa yang dijawab Joohyun dengan anggukan.
Yonghwa yang berjalan dibelakang Joohyun mengikutinya kearah tempat pianonya berada. Kepalanya masih memutar – mutar kekanan dan kekiri melihat sekeliling rumah dengan takjub. Melihat rumah yang begitu mewah dengan interior klasik dan barang – barang mahal didalamnya. Dia baru menyadari bahwa keluarga Minhyuk begitu kaya.
“Yonghwa-shi ini pianonya, sangat kunokan? Appa memberikanku saat aku berumur 10 tahun. Saat itu aku tidak ingin sama sekali belajar main piano dan tiba – tiba saja aku ingin memainkannya sekarang” Cerita Joohyun singkat.
Yonghwa duduk ditempat duduk yang telah disediakan didepan piano yang diikuti Joohyun duduk disebalahnya. Yonghwa melihat – lihat piano tersebut. Ia memulai mengajarkan Joohyun dari dasar sekali mengenal sebuah piano. Ia memberitahukan posisi – posisi tombol yang ada mulai dari tombol putih yang memiliki 8 abjad yang berulang setiap kali tombol putih dan tombol - tombol hitam yang masing – masing mempunyai dua nama salah satunya adalah kruis dan mol. Dimana Kruis jika kita menggeserkan kesebelah kanan maka akan secara langsung menaikkan nada, dan mol merupakan lawan dari kruis jika bergeser kesebelah kiri akan menurunkan nada tersebut. Yonghwa juga mengajarkan kord dan skala piano pada Joohyun.
Joohyun mengangguk mengerti apa yang diajarkan Yonghwa. Awalnya ia sangat serius untuk memerhatikan Yonghwa yang mengajarkan piano. Ia melihat Yonghwa dengan tatapan kagum bukan dengan apa yang diajarkan Yonghwa, tapi dia kagum dengan ketampanan yang dimiliki Yonghwa. Joohyun memerhatikan setiap lekuk wajah Yonghwa. Dari matanya, hidungnya bahkan dia tersenyum saat memperhatikan gigi gingsul Yonghwa. Jantungnya berdebar saat ia melihat Yonghwa. Ia bergumam ‘apakah ini yang disebut jatuh cinta pada pandangan pertama’.
“Sangat manis” gumam Joohyun pelan tapi masih bisa didengar Yonghwa.
“ne?”
“Aniya” Joohyun tersenyum kikuk. “Yonghwa-shi, selain piano kau bisa memainkan apa lagi?” tanya Joohyun
“gitar” jawab Yonghwa singkat.
“eiiyy.. Tidak usah terlalu canggung begitu anggap saja kau sedang mengajarkan adikmu atau temanmu. Aneh ini adalah pertama kalinya aku bertemu denganmu tapi aku sudah merasa nyaman duduk disampingmu seperti aku sudah mengenalmu lama. Yonghwa-shi bisakah kau juga mengajariku bermain gitar?”
“bisakah kita fokus pada piano saja?” Yonghwa menatap Joohyun dengan tatapan tajam.
“kau dingin sekali akukan hanya bertanya santai saja”
Tidak ada jawaban dari Yonghwa. Yang ada hanyalah tatapan serius Yonghwa pada Joohyun. Joohyun seketika berubah menjadi salah tingkah. Ia mengalihkan wajahnya ke piano. Yonghwa mulai mengajarkan Joohyun kembali. Joohyun tidak focus apa yang diajarkan Yonghwa. Dia masih tetap salah tingkah pada Yonghwa. Ia bahkan tidak berani menatap langsung wajah Yonghwa. Ia hanya melihat jari – jari Yonghwa yang menari dia atas tombol piano. saat ia memberanikan diri untuk mencuri – curi pandang melihat Yonghwa yang seketika Yonghwa juga melihatnya, Joohyun tambah salah tingkah ia cepat – cepat memalingkan wajahnya keseliling tempat untuk menghindar tatapan Yonghwa. Yonghwa yang melihatnya tersenyum lucu melihat tingkah Joohyun yang seperti itu.
***
“Minhyuk oppa.. mianhe” Soojung menunduk.
Minhyuk mengajak Soojung untuk berjalan – jalan mengirup udara segar di taman belakang rumah sakit. Soojung yang duduk dikursi roda yang didorong Minhyuk akhirnya memulai pembicaraan. Sedari tadi mereka berjalan tidak ada satu pun kata yang keluar baik Minhyuk ataupun Soojung. Mereka hanya berbicara sendiri dalam hati mereka masing – masing sampai Soojung memberanikan diri untuk memulainya.
“buat apa?” Minhyuk berhenti mendorong kursi roda Soojung dan beralih menghadap didepan Soojung.
“untuk semuanya” Soojung masih menunduk dengan mata yang mulai memanas.
Minhyuk merubah posisi menjadi berlutut menyamakan tinggi badannya dengan Soojung yang di duduk si kursi roda. Minhyuk mengangkat dagu Soojung agar dia bisa melihat wajah Soojung.
“tidak perlu minta maaf, kau tidak salah apa – apa Soojungie”
“Oppa..” Soojung menatap Minhyuk nanar. “aku telah membuat oppa kecewa, aku telah berbuat kasar pada oppa bahkan aku membuang semua hadiah pemberian oppa aku sangat jahat pada oppa. Setelah apa yang aku lakukan pada oppa, aku sangat menyesal. Kenapa oppa begitu baik padaku. Aku..”
Ucapan Soojung terhenti saat Minhyuk tiba – tiba mencium kening Soojung. Soojung terjekut apa yang dilakukan Minhyuk. Matanya melebar tidak berkedip sedikitpun sampai Minhyuk melepaskan ciumannya.
“Saranghae.. Saranghanikka”
Mata Soojung yang memanas tidak lagi bisa menahan air mata yang ingin keluar. Air matanya mengalir dipipinya yang lalu diusap oleh ibu jari Minhyuk.
“Soojung-ah dengarkan oppa, kau tidak perlu meminta maaf ataupun menyesal. Oppa bahagia walaupun hanya melihatmu, semua yang oppa lakukan belum sebanding dengan apa yang dilakukan Yonghwa hyung. Oppa tidak memerlukan imbalan apapun darimu oppa hanya ingin melihatmu tersenyum dan bahagia dan walaupun kau melarang oppa untuk menemuimu oppa akan tetap menemuimu, selalu disampingmu menjagamu seperti Yonghwa hyung menjagamu dan membuatmu tertawa karena oppa menyukaimu. Jadi jangan pikirkan apapun selain kesehatanmu” Jelas Minhyuk panjang lebar yang membuat Soojung terdiam membisu tidak bisa berbicara apa – apa hanya air mata yang keluar dari mata Soojung sebagai ekspresi apa yang dirasakan Soojung.
Minhyuk menarik Soojung dalam pelukannya. Tangis Soojung tumpah dalam pelukan Minhyuk. Soojung menangis terisak – isak dalam pelukan Minhyuk sambil mengucapkan berulang - ulang pelan kata maaf pada Minhyuk. Minhyuk memeluk Soojung erat dan menepuk – nepuk punggung Soojung “jangan menangis” mata Minhyuk yang lama kelamaan memulai memanas dan mengeluarkan setetes dua tetes air mata yang keluar dan mengalir dipipinya “berhentilah menangis, kau sangat jelek kalau menangis” ledek Minhyuk dalam kesedihan Soojung.
Soojung menarik tubuhnya dari Minhyuk, mengusap sisa air matanya dengan telapak tangannya.
“Dalam situasi seperti ini oppa masih sempat meledekku” Soojung cemberut
“kau sangat lucu” Minhyuk mengacak rambut Soojung yang diikuti tawa kecilnya, Minhyuk berhenti tertawa saat melihat tangannya yang penuh dengan rambut rontok Soojung.
Soojung yang juga melihatnya berusaha menenangkan dirinya dan menghibur Minhyuk “wahh,, akhir – akhir ini rambutku banyak sekali rontoknya. Oppa kalau aku botak apa kau masih menyukaiku?” Tanya Soojung bergurau paksa.
“tentu saja, menurutku kau bahkan tambah cantik kalau tidak memiliki rambut” ledek Minhyuk yang membuat Soojung cemberut yang membuat Minhyuk kembali tertawa.
Minhyuk berdiri berpindah posisi dan kembali mendorong kursi roda Soojung. Minhyuk senang karena ini adalah pertama kalinya Soojung bisa tertawa bersamanya saat sebelumnya Soojung tidak pernah mau kehadiran Minhyuk. Minhyuk mendorong kursi roda Soojung pelan sambil bergurau yang membuat Soojung tertawa.
***
Pukul masih menunjukkan jam 4 sore tapi Joohyun sudah menyibukkan dirinya didepan kaca memilih – milih baju yang cocok untuk ia kenakan malam ini. Bukan ia mau pergi ke pesta, tapi ia ingin terlihat cantik saat bertemu dengan guru pianonya Jung Yonghwa. Dia menyukai Yonghwa saat ia pertama kali melihatnya. Ia jatuh cinta pada Yonghwa saat ia melihat Yonghwa bermain gitar didepannya.
Sudah sebulan Yonghwa mengajari Joohyun bermain piano. Selama sebulan itu pula jantung Joohyun berdebar saat ia bersama Yonghwa. Tapi selama sebulan itu pula ia juga merasa kecewa karena selama sebulan itu pula Yonghwa tidak pernah merespon dengan apa yang dilakukan Joohyun, Yonghwa bersikap dingin pada Joohyun. Joohyun tidak menyerah, dia tetap berusaha agar Yonghwa berhenti sikap dingin padanya karena ia yakin dibalik sikap dingin Yonghwa ia yakin kalau Yonghwa juga menyukainya.
“Joohyunie, pacarmu sudah datang” seorang yeoja paruh bayah masuk kekamar Joohyun membuat Joohyun berpaling dari kacanya.
“pacar?” Joohyun mengerutkan alisnya berfikir. “siapa eomma, aku tidak punya pacar”
“Yonghwa, Jung Yonghwa. Bukankah dia pacarmu?” ledek eomma
“eomma.. dia guruku bukan pacarku” jawab Joohyun malu.
“tapi kau menginginkan lebih dari gurukan , kau menyukainya kan?” goda eomma yang membuat pipi Joohyun makin memerah.
“eomma.. kau membuatku malu” Joohyun menunduk sambil memegangi kedua pipinya dengan telapak tangannya membuat eommanya tertawa kecil.
“sudah temui dia, jangan membuatnya menunggu lama”
Sebelum Joohyun keluar dari kamarnya dia melihat sekali lagi bayangannya di kaca memastikan kalau ia sudah terlihat cantik. Joohyun keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan hati – hati. Yonghwa yang menunggunya dibawah memandang takjub dengan kecantikan Joohyun membuat jantungnya berdegub kencang. Jantungnya semakin berdegub kencang saat Joohyun semakin mendekatinya. Ia memalingkan wajahnya ketempat lain untuk mentralkan jantungnya yang berdegub tak menentu.
“Yonghwa-shi kenapa cepat sekali. Ini bukan jadwal yang biasa ditentukan?” Tanya Joohyun heran karena hari ini Yonghwa datang lebih cepat dari jadwal biasa.
“aku sudah berjanji dengan seseorang nanti malam” Jawab Yonghwa sambil berjalan menuju piano yang diikuti Joohyun.
Mereka duduk bersampingan seperti biasa didepan piano. Seperti biasa Yonghwa mengajarkan Joohyun bermain piano. Seperti biasa pula Joohyun tidak pernah fokus memerhatikan Yonghwa yang sedang mengajarkannya. kali ini dengan alasan yang berbeda, kalau yang biasanya Joohyun tidak fokus karena melihat Yonghwa tapi sekarang Joohyun tidak fokus saat Yonghwa mengatakan ingin menemui seseorang. Ia bertanya – tanya dalam hatinya siapa yang akan ditemuinya. Joohyun memberanikan dirinya bertanya pada Yonghwa.
“Yonghwa-shi” Yonghwa berhenti memainkan piano dan melihat Joohyun. “siapa yang akan kau temui nanti malam?” Yonghwa diam tidak menjawab.
“apa orang yang akan kau temui orang yang sangat spesial buatmu?” Joohyun menelan salivanya menunggu jawaban Yonghwa.
“oh, sangat special” jawab Yonghwa tanpa ragu.
Joohyun menelan salivanya kembali. Ia seperti masuk kedalam jurang yang sangat dalam saat mendengarkan jawaban Yonghwa. Hatinya sakit saat Yonghwa mengucapkannya begitu tegas.
“Wae?”
“Aniya” Jawab Joohyun dengan senyum paksa.
Yonghwa kembali memainkan piano mengajarkan Joohyun. Joohyun melihat permainan Yonghwa dengan pikiran kosong. Ia seperti tidak punya semangat lagi untuk belajar piano.
Hari yang memulai gelap menunjukan sore hari berubah menjadi malam hari. Yonghwa sudah bersiap – siap untuk pulang, dia memasukkan partitur yang ada diatas piano kedalam tasnya.
“Kau tidak ingin makan malam disini dulu?” tawar Joohyun untuk sedikit menahan kepergian Yonghwa.
“tidak usah aku makan diluar saja” tolak Yonghwa sopan
“baiklah kalau begitu aku akan mengantarmu sampai depan” Joohyun tersenyum canggung.
Joohyun mengantar Yonghwa dengan hati yang kecewa. Ia tidak ingin Yonghwa pergi menemui orang yang disebut Yonghwa spesial. Selama Joohyun mengantarkan Yonghwa kedepan ia berfikir bagaimana caranya agar Yonghwa untuk mengulur waktunya.
“Yonghwa-shi apa kau mau jalan – jalan sebentar ditaman depan?” tawar Joohyun ragu – ragu. Yonghwa terlihat berfikir sampai akhirnya ia mengangguk setuju.
Sesampainya ditaman mereka hanya berjalan - jalan mengelilingi taman. Mereka jalan bersampingan. Tidak ada kata satu pun yang keluar dari mulut mereka. Sesekali Joohyun melirik tersenyum melihat Yonghwa. ia merasa senang karena akhirnya ia bisa jalan berdua seperti ini dengan Yonghwa walaupun hanya sebentar.
Disamping itu Joohyun juga merasa tidak tenang dengan hatinya. Ia ingin mengungkapkan kalau ia menyukai Yonghwa tapi ia juga berfikir keras dengan keadaannya bahwa ia seorang yeoja. Tidak seharusnya ia yang bilang duluan bahwa ia menyukai Yonghwa. Tapi ia juga berfikir kalau ia tidak mengatakannya sekarang mau kapan lagi. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ia terus bertanya – tanya sendiri dalam hatinya ‘apa yang harus katakan, ini pasti sangat memalukan’ . Yonghwa melihat Joohyun yang terlihat gelisah mengajak Joohyun untuk duduk di tempat duduk panjang yang terbuat dari kayu pohon tepat di sebelah ayunan.
“apa ada yang ingin kau bicarakan?” tanya Yonghwa mendadak yang membuat Joohyun tersadar dari lamunannya.
“ne?” jawab Joohyun bingung.
“apa kau ingin diam seperti ini terus?”
“apa kau tidak ada yang ingin ditanyakan padaku?” tanya Joohyun balik
“tidak ada”
“kau orang yang dingin. Aku selalu berusaha membuat suasana menjadi nyaman tapi kau tetap saja bersikap dingin. Apa kau tidak menyukai seorang yeoja?” tanya Joohyun dengan nada mengejek
“apa menurutmu aku menyukai sesama jenis?” tanya Yonghwa sedikit tertawa.
“ohh, kau tertawa. Baru kali ini aku melihatmu tertawa. Kau sangat tampan saat tertawa seperti itu” kata – kata Joohyun membuat Yonghwa terdiam. “wae? Kenapa kau diam? Kau tidak suka aku bilang tampan?”
Yonghwa diam ia kembali menunjukkan sikap dinginnya pada Joohyun. Yonghwa melirik jam tangannya, ia teringat untuk menemui Soojung lebih cepat dari biasanya hari ini.
“Joohyun-shi, aku…”
“Op-pa..” Joohyun yang tahu bahwa Yonghwa ingin pamitan dengan cepat Joohyun memotong ucapan Yonghwa. “Boleh aku memanggilmu dengan sebutan itu?” tanya Joohyun gugup yang berhasil membuat Yonghwa terkejut.
“Yonghwa oppa” sebut Joohyun sekali lagi.
Yonghwa masih diam saat Joohyun memanggil namanya dengan sebutan itu. Joohyun merasa gugup saat ia ingin bilang kata – kata selanjutnya.
“aku..” Joohyun menelan salivanya “..menyukaimu” Joohyun akhirnya mengatakan perasaannya yang ia pendam selama ini.
Sesaat hening “jangan menyukaiku Joohyun-shi” Yonghwa bangkit dari duduknya tidak berani menatap Joohyun. “dan jangan memanggilku seperti itu” Yonghwa memunggungi Joohyun hendak pergi.
“wae?” Joohyun berdiri . “kenapa aku tidak boleh menyukaimu? Apa kau sudah mempunyai seorang pacar? Apa aku tidak pantas untukmu?” Joohyun melihat Yonghwa yang memunggunginya dengan mata yang memulai memanas.
“kenapa kau diam?”
“Oppa… Yonghwa Oppa..” panggil Joohyun lirih.
“JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU!!!” bentak Yonghwa membuat Joohyun kaget dan air mata yang ditahannya akhirnya keluar.
Yonghwa berbalik “Kau.. Kalau kau menyukaiku.. apa kau bisa meninggalkan semuanya dan menikah denganku?” tanya Yonghwa dingin dengan tatapan tajam.
“Mwo?”
-TBC-
Annyeong.. ini ff pertamaku pasti gejekan dan kurang bagus maaf yaa. Aku udah buat semaksimal mungkin tapi ini lah hasilnya be-ran-ta-kan. ff ini awalnya pengen aku buat oneshoot ajaa tapi sepertinya kepanjangan jadi aku buat series. Karena ini adalah ff pertamaku aku mohon komentarnya. Jangan lupa di like ya.. Gomawo .. ^_^