home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > The Story Of EXO

The Story Of EXO

Share:
Author : Monie47
Published : 29 Jan 2014, Updated : 29 Nov 2015
Cast : All Member EXO
Tags :
Status : Ongoing
9 Subscribes |1387579 Views |36 Loves
The Story of EXO
CHAPTER 8 : Story 8: Baby Don't Cry [Update!!!]

 

[Chanyeol's Story] The Story of EXO

Title: Baby Don't Cry

Author: Monie Akakuro

Rating: PG - 15

Genre: Romance

Main Cast:

- Park Chanyeol EXO

- Bae Soo Young (OC)

Disclaimer:

Miaaannn ini lama bgt publishnya! hehehe akhirnya selesai juga yah walaupun jadi ganti judul hehehe. Seperti biasa author ngegabungin lirik lagu, kekuatan api nya Chanyeol dan bantuan 2 cameo tambahan jadilah begini hehehe. Semoga suka!

Notes:

Yang italics/ huruf miring berarti itu yang masa lalu ya :D

***

Hembusan angin laut terus menerpa rambut Chanyeol dengan kencang. Hari sudah semakin senja. Di garis horizontal laut sudah tampak menguning menanti sang surya untuk tenggelam masuk kedalam sana. Deburan ombak pun sudah naik menjalar ke arah telapak kaki Chanyeol. Membuat kaki nya yang terjulur duduk disana menjadi kotor oleh butiran-butiran pasir pantai yang terbawa oleh ombak tadi.

Chanyeol tidak memperdulikan itu. Tidak perduli pada langit yang akan menjadi gelap. Tidak perduli dengan angin laut yang semakin kencang yang bisa membuat tubuhnya terkena penyakit. Ia ingin terus berada disini. Tidak ingin beranjak sedikit pun dari tempatnya. Kalaupun bisa, ia ingin waktu berhenti juga sekarang.

Mulut Chanyeol masih terus berbicara. Bicara apa saja yang bisa ia ucapkan. Sesekali ia memaksakan sedikit senyuman di bibirnya saat ia bercerita. Sebisa mungkin otaknya memberi perintah kepada mulutnya agar terus bergerak. Ia tidak ingin menghentikan obrolan ini.

Namun gerakan mulut Chanyeol tiba-tiba terhenti. Mulut nya terkatup dengan rapat. Pandangan nya yang melihat kedepan terlihat kosong. Dadanya menjadi begitu sangat sesak. Jantung nya kian terus berdebar kencang. Ini yang ia takutkan. Yang Chanyeol takutkan akhirnya terjadi.

Ia menarik nafas dengan berat. Ia memejamkan matanya. Chanyeol tahu gigitan dibibirnya membantu ia untuk menahan air yang ada dimatanya agar tidak terjatuh saat merasakan kepala wanita yang bersandar di bahunya sejak tadi perlahan terkulai ke lengan Chanyeol. Dan kedua tangan yang memeluk pinggangnya pun kini sudah terjatuh ke atas paha nya yang semakin terus terjatuh ke atas pasir pantai.

Tidak, ia tidak mau ini terjadi. Chanyeol sudah sengaja mengabaikan dugaannya saat tadi merasa tidak ada yang menyahuti ceritanya lagi dengan suara 'hmm' pelan. Dan mengabaikan suara pelan bisikan terakhir wanita itu untuknya.

"Sa..rang..hae..."

Chanyeol menoleh dan perlahan mengangkat wajah yang kini ada di dadanya dengan kedua tangan. Ia melihat kedua mata wanita itu sudah terpejam. Hembusan angin laut yang menerpa kencang wajah pucatnya pun tidak membuat wanita itu terbangun lagi. Ia sudah tertidur dalam damai.

Tak kuasa Chanyeol menatap wajah itu. Air mata yang ditahannya sejak tadi pun akhirnya mengalir keluar. Dipeluknya tubuh wanita itu erat kedalam dekapannya. Dan merasakan tidak ada lagi hembusan nafas dari hidung wanita itu saat ia membenamkan wajah nya sambil terus menciumi wajah pucat itu berharap agar terbangun.

Laut seolah seperti mengerti perasaan Chanyeol saat ini. Suara deburan ombaknya yang kencang bersahutan dengan erangan tangisan Chanyeol yang pecah menangisi kepergian wanita itu.

Chanyeol's Story: Baby Don't Cry

Kalian percaya dengan istilah cinta selamanya? Atau orang-orang biasa menyebutnya dengan Everlasting Love?

Aku percaya. Walaupun orang lain sudah menganggapku gila karena aku terlalu mencintainya. 

***

Sinar matahari pagi!

Kedua mata Soo Young langsung membuka saat merasakan sinar matahari yang terus menurus menusuk agar matanya segera membuka.

Sudah pagi! Ini yang selalu Soo Young tunggu. Bibir mungil dan merah Soo Young melengkung membentuk senyuman saat melihat wajah yang ada dihadapannya. Wajah pria yang tertidur sangat pulas. 

Wajah tampan pria itu membuat Soo Young terus memandangi wajahnya tanpa ingin membangunkan pria itu. Hanya melihat pria itu tertidur pulas saja sudah membuat Soo Young merasa lega. Ia bahagia bisa berada disamping pria itu selama ini. Pria tampan itu adalah Park Chanyeol. Pria yang selalu berada disamping Soo Young seumur hidupnya.

Kepala Soo Young bergeser dari bantalnya. Senyumannya semakin mengembang saat menyamankan posisi kepalanya tertidur di bantal milik Chanyeol. Berada jarak sedekat ini membuat Soo Young dapat merasakan hembusan nafas Chanyeol di kulit wajahnya. Dan mata Soo Young pun juga semakin bisa melihat beberapa garis bekas luka di wajah putih Chanyeol.

"Youngie-ah..."

Kedua mata Soo Young terpejam saat mendengar igauan pelan dari bibir Chanyeol. Senyuman di bibir Soo Young masih terhias diwajahnya walaupun rasa kesedihan sudah menyelimuti hati Soo Young didalam dadanya.

"Tidurlah.. Aku disini, disampingmu." Bisik Soo Young pelan. Tangan Soo Young akhirnya terangkat memeluk bahu Chanyeol dan menepuk-nepuknya pelan agar pria itu semakin nyaman kedalam tidur pulasnya.

***

"Kau kenapa menangis?"

"Siapa yang menangis? Aku tidak menangis!"

"Tadi kulihat jari mu berdarah dan kau menangis."

"Sudah kubilang aku tidak menangis! Jariku-"

Suara Chanyeol berhenti menyangkal saat tiba-tiba gadis kecil seusianya itu mengambil tangan Chanyeol. Seperti gerakan slow motion saat Chanyeol melihat gadis itu membuka pita hijau dari ikatan rambutnya dan membalutkan pita itu di luka jarinya yang masih terus mengeluarkan darah.

Gadis itu sudah membuat luka di jari Chanyeol tidak sakit lagi. Kedua mata Chanyeol memperhatikan gadis yang ada dihadapannya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Gadis itu manis sekali. Walaupun baju yang dipakainya begitu lusuh namun tidak menghalangi kecantikannya. Siapa dia? Kenapa dia ada di kebun bunga mawar milik keluarganya?

"Chanyeolie kau tidak apa-apa sayang?! Kudengar tadi kau menangis!?"

"Eomma~~!!!" Tubuh kecil Chanyeol langsung menghambur kedalam pelukan ibunya yang sudah datang menghampiri. Kedua tangan ibunya langsung mendekap erat ke satu-satunya anak yang ia miliki.

"Tadi tangan ia terluka. Tapi sudah kuobati.."

"Bae Soo Young? Kau yang mengobati luka Chanyeol?"

Ini pertama kalinya Chanyeol tahu nama anak perempuan itu. Ternyata ibunya mengenal anak itu. Bae Soo Young, anak dari pasangan suami istri Bae tukang kebun keluarga Park. Keluarga nya tinggal di daerah dekat sini. Setiap hari mereka lah yang merawat taman dan bunga-bunga milik ibu Chanyeol.

"Eung.." Jawab anak itu sambil mengangguk. Chanyeol melihat anak itu tersenyum ke arahnya. Tapi entah kenapa ia malah memalingkan muka dan membenamkannya dibahu ibunya. Lagi-lagi dada Chanyeol menjadi tidak enak saat melihat wajahnya yang tersenyum lembut seperti itu. Harus Chanyeol akui, wajahnya yang tersenyum itu sangat terlihat cantik.

Melihat kelakuan Chanyeol  yang seperti ini, ia malah dimarahi ibunya, "Chanyeolie kau jangan seperti ini! Ayo bilang terima kasih kepada Soo Young. Dia sudah baik mengobati lukamu."

Memang dasar Chanyeol anak yang keras kepala dan manja. Ia tidak mengatakan terima kasih kepada anak itu. Terus saja menguatkan tangannya memeluk tubuh ibunya dan membenamkan kepala didadanya. Tidak mau menoleh dan melihat wajah manis itu.

"Youngi-a gomawoyo~ kau sudah membantuku mengobati luka Chanyeol. Bagaimana kalau mulai sekarang kau menemani anak manja ini? Aku takut suatu hari aku tidak bisa mengobati luka Chanyeol seperti yang kau lakukan saat ini. Untung kau datang disaat aku tidak ada disampingnya.."

Chanyeol masih ingat betul ucapan ibunya waktu itu. Meminta anak perempuan itu membantu menjaganya. Apa yang ada dipikiran Eomma? Kenapa ia harus dijaga oleh anak itu? Memangnya Eomma mau kemana?

***

Ting!

Kedua roti yang sudah terpanggang langsung muncul dari lubang mesin toaster berwarna silver mengkilap. Warna yang serasi sekali dengan warna hitam furniture dapur di apartemen mewah milik Chanyeol.

Suara kopi yang sudah menggolak membuat Soo Young menempelkan hidungnya lebih dekat ke arah mesin kopi yang berada di counter dapur. Wanginya semerbak sekali. Chanyeol sangat menyukai kopi ini.

"Park Chanyeol bangunlah~~!!" Panggil Soo Young yang masih menikmati menghirupi aroma wangi kopi.

Didalam kamar yang pintunya sudah terbuka, tangan Chanyeol langsung terangkat keatas sambil meregangkan tubuhnya. Aroma kopi yang masuk ke ruangan kamarnya membuat mata Chanyeol terbuka perlahan. Hidungnya menghirup aroma wangi kopi sambil menhenyakan kepalanya lagi di bantal sebelum ia beranjak bangun.

"Setelah sarapan jangan lupa kau mencoba jas hitam yang ada didepan lemari. Sudah kupilih tadi, tapi aku tidak yakin jas itu masih muat atau tidak. Sudah kusiapkan dari sekarang agar kau tidak lupa menghadiri acara mengenang kematian nyonya Park nanti malam."

Sambil menyeret kakinya dengan malas ke arah dapur, tangan Chanyeol mengambil 1 roti panggang dan diam berdiri didepan mesin kopi.

"Nanti malam? Acara mengenang 10 tahun kematian Eomma?" Gumam Chanyeol seperti sedang berpikir mengingat sesuatu sambil matanya memandang ke arah sofa di ruang tv.

Soo Young yang sedang duduk di sofa itu menganggukan kepalanya, menjawab gumaman pria yang masih setengah nyawa dengan rambut acak-acakan mencuat keatas berdiri di dapur dengan roti yang menggantung di mulutnya. Wanita itu selalu tersenyum geli setiap melihat kelakuan normal Chanyeol di pagi hari. Ia menggeser duduknya di sofa dan memanggil pria itu agar segera mendekat.

Chanyeol menghampiri Soo Young dengan membawa secangkir kopi di tangan kirinya. Ia letakkan cangkir kopi itu diatas meja didepan sofa sebelum menghempaskan tubuhnya di sofa yang nyaman. Leher Chanyeol yang bersandar di sofa perlahan mulai terkulai keatas bahu kiri Soo Young. "Aku sangat merindukannya.." Pria itu menghelakan nafasnya sambil memandang lurus ke arah tv.

Soo Young membetulkan duduknya agar kepala Chanyeol bisa nyaman berada dibahunya. "Ibumu pasti juga sangat merindukanmu. Anaknya yang nakal dan manja ini sekarang sudah berubah." Tangan Soo Young mengelus pipi Chanyeol dengan sayang. "Tapi yang tidak berubah dari anak ini adalah ia masih sangat malas mandi. Cepatlah kau mandi, hari sudah semakin siang."

"Mmhh~ aku masih mengantuk.." Mata Chanyeol malah terpejam dan mengangkat kakinya ke atas meja. Dengan nyamannya Chanyeol tertidur lagi disamping Soo Young. Cepat-cepat Soo Young menggeser tubuhnya semakin mendekat lagi agar kepala pria itu tidak terjatuh saat tertidur dibahu nya.

"Ya Park Chanyeol! Ini sudah siang sampai kapan kau mau tertidur??" Tapi percuma saja, sepertinya Chanyeol tidak mendengar suara omelan Soo Young. Sambil menghelakan nafas, tangan Soo Young meraba sofa dan mengambil sesuatu yang tertindih oleh pahanya. Sebuah figura foto yang terjatuh dari meja disamping sofa saat tadi Soo Young cepat-cepat menggeser tubuhnya.

Senyuman Soo Young kembali merekah saat melihat foto yang ada ditangannya. Foto dirinya bersama Chanyeol yang sedang tersenyum saat mereka masih memakai seragam sekolah SMA. Mata Soo Young tertuju pada wajah Chanyeol di foto itu. Plester dan beberapa luka kering selalu menghiasi wajah Chanyeol. Memori Soo Young langsung teringat pada masa itu. Masa kelam di perubahan hidup Park Chanyeol. Semenjak ibunya meninggal dunia, tidak ada lagi Park Chanyeol anak manja yang Soo Young kenal saat pertama kali bertemu. Melainkan seorang Park Chanyeol yang pemarah dan selalu berkelahi karena tidak bisa mengontrol emosinya yang selalu diliputi api kemarahan.

Perlahan Soo Young mencium dahi Chanyeol yang tertidur pulas dibahunya. Matanya jadi bisa melihat sebuah garis bekas luka yang sudah menipis didekat hidung Chanyeol. "Kuharap sekarang kau tidak pernah mengingat kesakitan hatimu dimasa lalu.." Bisik Soo Young kemudian menempelkan bibirnya didahi Chanyeol. Menciumnya lagi.

***

"Bae.. Bae Soo Young, a-aku sudah menyukai mu sejak lama, ma-maukah kau menjadi pacarku?"

Kepala Soo Young mendongak saat mendengar pria yang ada didepannya menyatakan cinta untuknya. Jadi pria ini menarik dirinya ke hutan dibelakang sekolah yang ditakuti oleh murid-murid hanya untuk mengungkapkan perasaannya?

Soo Young memperhatikan pria yang tengah gugup dihadapannya. Pria itu sangat tampan. Jelas sekali terlihat ia seorang anak yang kaya raya. Kulitnya yang terawat itu pun masih kelihatan sempurna walaupun keringat sudah membanjiri pelipisnya menunggu jawaban dari Soo Young.

Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menerima dia? Dia pria yang baik, aku tidak mau menyakitinya. Atau aku tolak saja? Aku sadar, aku berbeda dengannya yang kaya raya. Apalagi nanti seseorang pasti akan membenciku melihat aku bersama seorang pria selain dirinya. Aku tidak mau itu terjadi. Lebih baik aku kehilangan pria yang menyatakan cintaku sekarang ini daripada Orang itu membenciku. Karena aku sangat say...

"Pffttt!"

Perang batin didalam diri Soo Young langsung lenyap seketika saat telinganya mendengar seseorang menahan tawa dibelakangnya. Ia pikir berada di hutan belakang gedung sekolah tidak akan ada murid yang melihat mereka disini. Apalagi dengan adanya gudang kosong didekat sini. Semua murid takut mendekat karena tahu siapa yang ada di gedung tua itu. Seorang pemimpin geng murid nakal yang kelakuannya hanya berkelahi dengan murid-murid yang dendam dengannya disana. Dan...

Ah, Soo Young baru menyadari sesuatu. Pemimpin geng itu. Siapa lagi orang yang berani menginjakan kakinya disini? Kecuali pria yang ada didepan Soo Young yang begitu bodohnya mengajak dirinya kesini.

"Park Chanyeol!!?" Ujar pria didepan Soo Young terkejut melihat siapa yang sudah berdiri didekat mereka.

Soo Young menarik nafasnya. Tebakannya benar. Si pemimpin geng yang ditakuti oleh murid-murid disekolah. Dan juga Seseorang yang tadi Soo Young maksud. Seseorang yang akan menjadi salah satu alasan menolak pernyataan cinta pria itu.

Sambil menahan tawa Chanyeol berjalan kearah mereka. "Kau Kim Junmyeon kan?" Tanyanya kepada pria didepan Soo Young. Pria tampan itu, Kim Junmyeon, sedikit mundur melihat Chanyeol berjalan mendekat ke arahnya. Sepertinya ia takut berjarak sedekat ini dengan Chanyeol. "Be-benar! Memang kenapa?!" Tanyanya sedikit gemetar.

"Kau menyukai Youngie?" Tanya Chanyeol masih memandang kearahnya. Chanyeol sudah menghentikan langkahnya agar pria itu bisa bernafas lega. Kim Junmyeon mengangguk.

"Kenapa kau suka dengannya?" Tanya Chanyeol lagi.

"Aku sangat menyukainya! Bae Soo Young gadis yang baik selalu merawat murid-murid yang terluka dan juga.. cantik dan.."

Sebelum Junmyeon melanjutkan perkataannya, tangan Chanyeol sudah menarik tangan gadis berpita hijau itu. Entah kenapa ia tidak ingin mendengar perkataan Junmyeon lebih panjang lagi. Ia tidak suka mendengarnya.

"Ya Chanyeol! kau mau bawa aku kemana!??" Ronta Soo Young karena tiba-tiba Chanyeol menarik tangannya menjauhi Junmyeon yang masih menatap mereka tidak percaya karena sudah membawa kabur wanita idamannya.

Tanpa menjawab pertanyaan Soo Young, Chanyeol terus menarik tangan wanita itu sampai ke ruang perawatan didalam gedung sekolah. Melihat didalam ruangan kosong tidak ada orang, Chanyeol langsung menutup pintu ruang perawatan dan berdiri dibelakang pintu sambil membuka kancing kemeja putihnya yang sudah kotor seperti terkena noda tanah dan juga... Darah.

"Wajah dan tubuhku terluka. Sekarang juga kau harus mengerjakan pekerjaanmu." Perintah Chanyeol menatap wanita yang kini sedang memperhatikan dimana saja luka Chanyeol yang harus ia obati. Tanpa perduli Chanyeol sudah setengah telanjang didepannya.

Bae Soo Young. Ia adalah Gadis kecil yang telah mengobati luka Chanyeol karena tertusuk duri bunga mawar 10 tahun yang lalu. Dia benar-benar setia, menepati janji ibunya untuk selalu menemani dan mengobatinya jika Chanyeol terluka.

Bae Soo Young tumbuh menjadi gadis manis dan cantik. Berada dilingkungan sekolah yang selalu sama dengan Chanyeol membuat ia begitu populer. Karena bantuan ibunya, Soo Young jadi bisa sekolah di SMA elite di Korea Selatan. Siapa yang tidak mengenal Bae Soo Young? Gadis cantik yang selalu berada di ruang perawatan untuk mengobati luka-luka murid. Kecantikan dan kelembutan Soo Young membuat para anak lelaki chaebol disini begitu tergila-gila kepadanya. Namun sepertinya Chanyeol yang menjadi penghambat bagi mereka. Soo Young selalu berada disamping Chanyeol jika pria itu membutuhkan dirinya. Seperti saat ini. Dan semua murid sebisa mungkin tidak ingin mempunyai masalah dengan Park Chanyeol.

"Jadi? Siapa lawanmu kali ini?" Tanya Soo Young dengan tenang. Kedua tangannya sudah sibuk memegang kapas yang sudah dibasahi obat antiseptik. Dengan perlahan ia menekan-nekankan kapas itu di beberapa luka di punggung Chanyeol.

Seperti biasa, setelah menunggu lama akhirnya Soo Young mendengar jawaban Chanyeol yang sejak tadi terdiam tidak menceritakan dari mana ia mendapatkan luka-luka ini.

Sikap Chanyeol yang seperti ini sudah sangat biasa bagi Soo Young. Pria itu akan selalu meredamkan emosinya dulu sebelum ia bercerita. "Kau kenal Sandara sunbae kan? Setelah para senior tahu sekarang aku sudah menjadi kekasihnya, mereka tidak terima wanita cantik idaman mereka kini sudah menjadi milikku. Dan begitu pengecutnya mereka ramai-ramai datang menyerangku."

Dengan tenang Soo Young menempelkan perban dihidung Chanyeol yang ia lihat lukanya cukup parah sebelum tadi dibersihkan dengan alkohol. Ia mencoba tersenyum saat mata Chanyeol memperhatikan wajah Soo Young yang sedang sejajar dengan wajahnya. Sebisa mungkin Soo Young memperlihatkan wajah tenangnya setelah mendengar masalah Chanyeol tadi. Walaupun di hatinya sekarang terasa sangat sakit melebihi luka yang ada di tubuh Chanyeol.

"Youngie-ah.." Panggil Chanyeol pelan masih memperhatikan wajah Soo Young. Membuat wanita itu agak sedikit risih.

"Mmh?" Hanya gumaman Soo Young menjawab. Ia menurunkan tangannya karena perban dihidung tadi adalah perban terakhir untuk luka Chanyeol yang sudah ia obati.

"Aku tidak mau kau berdekatan lagi dengan Kim Junmyeon." Ujar Chanyeol masih menatap mata Soo Young.

"Wae? Kenapa aku tidak boleh dekat dengannya?" Tolak Soo Young. Ia mengalihkan pandangannya memutuskan kontak dengan mata Chanyeol. Ia tidak tahan ditatap mata tajam itu terus menerus. 

"Aku tidak suka dengan Kim Junmyeon. Aku takut dia hanya ingin balas dendam karena aku menolak temannya yang manja itu. Kau tahu kan? Choi Se Ra."

"Kenapa dia harus membalas dendamnya kepadaku? Dan lagipula dia tidak akan melakukan seperti yang kau pikirkan. Junmyeon orang baik. Begitu juga dengan Se Ra. Aku sangat mengenalnya." 

"Karena semua orang tahu yang hanya dekat denganku adalah kau. Selalu berada bersamaku dikapanpun aku butuhkan."

Entah harus senang atau merasa sakit hati saat telinga Soo Young mendengar pernyataan Chanyeol. Ia orang terpenting Chanyeol atau ia hanya seorang budak saja bagi Chanyeol.

Soo Young berdiri dari bangku kecil yang berhadapan dengan Chanyeol sambil membawa kotak obat yang sudah ia rapihkan. Tugasnya sudah selesai dengan orang ini.

Baru saja Soo Young ingin melangkahkan kakinya, namun tangan Chanyeol menahan tangan Soo Young untuk beranjak.

"Pokoknya kau tidak boleh dekat-dekat dengan pria selain diriku! Aku tidak mau kau terbawa masalah karena orang-orang dendam denganku!" Perintah Chanyeol yang tidak mungkin bisa Soo Young tolak lagi.

"Gomawo kau sudah mengkhawatirkan diriku. Tapi sepertinya kau yang harus lebih berhati-hati. Sandara sunbae- oh tidak, maksudku kekasihmu sepertinya sangat dekat dengan Seung Hyun sunbae. Kau tahu kan? Choi Seung Hyun, musuh bebuyutanmu." Ucap Soo Young memperingati. Ia berbicara ini bukan karena kecemburuan hatinya mengetahui Chanyeol sudah punya pacar. Melainkan karena ia pernah menjadi saksi apa yang sedang wanita itu lakukan bersama musuh abadi Park Chanyeol.

"Tapi sepertinya kau hiraukan saja ucapanku tadi. Sepertinya kekasihmu sangat mencintaimu. Lihat, dia datang ingin bertemu denganmu."

Wajah Chanyeol yang tadi bingung karena tidak mengerti dengan ucapan Soo Young langsung menengok ke arah pintu yang sudah terbuka. Dilihatnya Sandara sudah berdiri sambil memanggil Chanyeol dengan senyuman termanisnya.

"Pakailah bajumu dan bawa dia pergi dari sini." Soo Young melemparkan kemeja putih yang langsung ditangkap oleh Chanyeol dengan cepat.

"Youngie-ah gomawo! Dan jangan lupa kau harus mematuhi perintahku tadi!" Ujar Chanyeol sambil tersenyum girang beranjak dari bangkunya dan langsung menghampiri Sandara, kekasihnya.

***

Tahun pun telah berlalu. Dunia seperti terbalik setelah ibu Chanyeol tidak ada. Kehidupan Chanyeol menjadi berantakan. Begitu pula dengan kehidupan ayahnya. Mereka berdua adalah laki-laki yang terlalu ketergantungan dari cinta yang diberikan oleh nyonya Park. Dan setelah beliau tidak ada, mereka tidak tahu harus menjalani hidup seperti apa.

Chanyeol tidak pernah berkomunikasi lagi dengan ayahnya. Begitu pula sebaliknya. Sikap ayahnya menjadi dingin dan tertutup kepada orang sekitar. Termasuk ke diri Chanyeol, ke anak satu-satunya. Pernah suatu kali Chanyeol berbicara dengan ayahnya, dan hanya pertengkaran yang akhirnya mereka ciptakan. Maka sekarang dia lebih memilih menenggelamkan hidupnya kepada pekerjaan. Tidak pernah pulang kerumah dan juga tidak pernah menanyakan kabar Chanyeol. Namun hasil dari itu semua membuat perusahaan otomotif ayahnya semakin melejit sukses. Nama keluarga Park terdaftar menjadi keluarga terkaya di Korea Selatan.

Dan akhirnya masalah paling besar pun terjadi. Peristiwa ini adalah peristiwa yang mengubah kehidupan Chanyeol untuk kedua kalinya. Saat semua murid disekolah tahu Sandara sudah menjadi kekasih Park Chanyeol, sunbae-sunbae saingannya dulu mulai berdatangan lagi. Mereka benar-benar ingin menghabisinya. Banyak sekali berandalan-berandalan yang mereka sewa hanya untuk menghajar Chanyeol.

Chanyeol tidak bisa terima diperlakukan seperti itu. Mereka tidak mau menerima kekalahan. Chanyeol menghajar para berandalan itu di gedung kosong seperti biasanya. Para pengikut-pengikutnya juga banyak yang membantu. Namun ternyata itu adalah skenario para sunbae-sunbae itu. Mereka sengaja memanggil para berandalan ketempatnya untuk berkelahi dan pihak sekolah datang disaat tepat Chanyeol sedang melayangkan tendangan dan tinjunya ke wajah berandalan-berandalan itu.

Park Chanyeol yang terkenal brengsek dan tukang berkelahi akhirnya terungkap juga oleh pihak sekolah. Dan parahnya, saat itu ayahnya sedang berada disana. Sedang membahas modal yang akan ia tambahkan untuk sekolah.

Ayahnya tidak menyangka kabar yang sering dia dengar tentang kelakuan anaknya ternyata terbukti benar. Dengan matanya sendiri dia sedang melihat Chanyeol menghajar seseorang hingga babak belur. 

Chanyeol merasa di fitnah. Ia sedang membela diri disini. Tapi yang mereka lihat hanyalah Park Chanyeol si anak berandalan tukang berkelahi. Emosinya benar-benar tidak karuan. Ia marah sekali. Tidak perduli orang yang baru saja ia tinju tadi masih bernafas atau tidak.

Semenjak kejadian itu, ayahnya mengeluarkan Chanyeol dari sekolah. Entah malu atau tidak ingin mempunyai anak sepertinya, ia mengirim Chanyeol sekolah di luar negeri. Di New York, Amerika Serikat.

***

3 tahun pun berlalu. Kini Chanyeol sudah kembali ke Korea Selatan. Ketegangan diantara Chanyeol dan ayahnya masih belum mencair. Terlebih lagi Chanyeol sangat muak saat mengetahui ayahnya sudah menikah lagi dengan wanita berkebangsaan China. Kini ia mempunyai ibu dan seorang adik tiri yang usianya hanya beda 1 tahun.

PLAK!

Mata Chanyeol terpejam menerima tamparan keras di pipinya. Tidak ada perlawanan yang ia lakukan. Chanyeol tetap berdiri tanpa bergeming menerima tamparan yang berikutnya. Luka di sudut bibir yang seharusnya sudah mengering itu kembali basah hingga mengeluarkan darah kembali. Tapi itu tidak membuat Chanyeol merasa sakit. Karena sakit yang ia rasakan bukan berada di wajahnya, melainkan berada di dalam hatinya.

"Aku tidak pernah mempunyai anak yang tidak bermoral!!"

Teriakan amarah Mr. Park menggema di seluruh ruangan rumah yang besar ini. Ruangan yang terlihat bekas adanya sebuah pesta. Tidak ada lagi tamu undangan yang berada disana. Semua sudah pulang setelah adanya insiden perkelahian yang dibuat oleh anak pemilik rumah ini.

Satu persatu pun para pelayan mundur meninggalkan ruangan besar itu dan kedua lelaki yang sedang bersitegang berdiri dibawah lampu gantung besar dan mewah. Hanya terdengar suara cepat deru nafas Mr. Park yang naik turun. Tangan Chanyeol keduanya masih mengepal disamping paha nya menahan segala emosi yang ada didirinya, jangan sampai ia lepas kontrol melawan ayahnya.

"Kau telah membuat ayahmu malu didepan tamu-tamu terhormat! Berkelahi didepan tamu undangan, kau tahu siapa yang kau pukul? Mr. Cho investor terbesar untuk perusahaan ayahmu ini! Dan dia sekarang terkapar dirumah sakit!  Kukira setelah kau kembali dari Amerika sikap berandalanmu hilang! Tapi ternyata.."

Mata Chanyeol terpejam lagi siap menerima tamparan dari ayahnya.

"Yeobo!!"

Tangan Mr. Park yang sudah terangkat langsung di tahan oleh seorang wanita yang tiba-tiba lari mendekat diantara mereka agar tidak menampar Chanyeol lagi.

Tangan wanita itu terus menahan tangan Mr. Park yang ingin mengayun ke arah Chanyeol. Air mata di kedua mata wanita itu pun mengalir di pipinya melihat sang suami yang begitu murka. "Chanyeol tidak salah! ini semua salah Eomma! kalau saja Eomma-"

"Kau bukan Eomma ku!!" Potong Chanyeol menyela perkataan wanita itu yang sedang membelanya sambil terisak menangis. Wanita itu semakin menahan lebih erat tangan Mr. Park yang tiba-tiba ingin mendekat ke arah Chanyeol.

"Jaga mulutmu Park Chanyeol! Sekarang juga kau keluar dari rumah ini!!" Murka Mr. Park mengusir satu-satunya anak yang dia miliki.

Baru kali ini Chanyeol melihat mata ayahnya yang berair saking marahnya terhadap dirinya. Tanpa melawan lagi Chanyeol membungkuk mengambil jaket kulit hitamnya yang terjatuh di lantai karena tamparan tadi. Kakinya pun perlahan berbalik meninggalkan ayahnya. "Jika itu kemauanmu aku akan pergi dari sini.."

"Chanyeol kembalilah! Kau jangan pergi!! Chanyeoliee!!"

Kaki Chanyeol terus melangkah keluar tanpa memperdulikan teriakan wanita itu menahan dirinya agar tidak pergi. Para pelayan pun hanya menatap sedih melihat kepergian tuan muda mereka.

Hanya dengan pakaian yang dikenakannya, Chanyeol pergi dengan motor hitam besar kesayangannya dari rumah yang orang luar lihat seperti kastil, tapi bagi Chanyeol disana hanyalah tempat yang tidak ingin Chanyeol kembali lagi.

Tangan Chanyeol terus menekan gas yang semakin membuat motornya melaju dengan cepat dijalanan tengah malam yang sudah sepi. 

***

3 jam sebelumnya

"Junmyeon lepaskan tanganku! Sakit! Kau kenapa sih!?"

Chanyeol tersenyum geli saat melihat teman sekolahnya dulu ditarik keluar oleh suaminya yang sedang cemburu. Dilihat kedua orang yang ribut sejak tadi sudah meninggalkan ruangan. Ia memang sengaja menggoda temannya itu. Karena sejak tadi ia melihat pasangan yang baru menikah itu selalu bertengkar, tidak ada mesra-mesranya. Dan Chanyeol pun sukses membuat suaminya merasa cemburu karena ia tahu dulu istrinya pernah naksir dirinya saat masih sekolah.

Ternyata menggoda pasangan pengantin muda itu membuat rasa kebosanannya sedikit hilang.

Haa~~ Chanyeol menghela nafas dan matanya melihat ke sekitar. Apalagi yang bisa dia lakukan di pesta yang sangat membosankan ini? Telinganya sudah malas sekali mendengar obrolan para sosialita yang memamerkan harta kekayaan mereka.

Diantara para tamu mungkin hanya Chanyeol seorang yang tidak memakai dress code seperti yang lain. Jaket kulit hitam murah yang dibelinya di sudut jalan kota New York dan dipadu dengan jeans belel yang ia pakai menjadi sangat mencolok diantara kerumunan tamu yang memakai pakaian mewah brand ternama.

Ia tidak perduli dengan dress code yang membuat ayahnya sudah melirik tidak suka saat ia datang tadi. Chanyeol hadir disini pun juga karena terpaksa. Seharusnya ia memundurkan saja kepulangannya dari Amerika. Pesta ini selesai barulah ia pulang ke Korea.

Tangan Chanyeol meraih segelas wine dari nampan seorang pelayan yang lewat didepan. Langsung diteguknya sampai habis dan ia mulai jalan lagi mencari-cari sesuatu yang bisa membuat kebosanannya hilang.

Kakinya melangkah ke taman belakang rumahnya yang besar. Disana juga banyak tamu undangan yang sedang mengobrol sambil menyantap hidangan yang sudah disediakan.

Baru saja Chanyeol menyalakan sebatang rokok dimulutnya, telinga dia mendengar suara orang yang seperti sedang bertengkar dibalik pagar tanaman tidak jauh dari ia berdiri. Ia hisap rokoknya sekali kemudian melangkah mendekati sumber suara. Ia sangat penasaran siapa yang bertengkar di acara pesta ini.

"Lepaskan tanganku!"

"Wae?? Aku akan menambah investasi ku lebih banyak lagi untuk perusahaan suamimu ini."

"Kau gila! Lepaskan tanganku!"

"Wow! Mrs. Huang yang terkenal kecantikannya ini sudah menjadi sombong setelah mengganti nama menjadi Mrs. Park, huh??"

"Lepaskan!"

"Tidak akan! Kenapa kau menikahi Mr. Park yang duda itu dibanding kau memilihku?! Aku lebih kaya dari nya! Dan apa kau mau mengurus anak laki-laki nya yang bermasalah itu?"

Di balik pagar tanaman mata Chanyeol bisa mengintip wanita itu terus mengelak dari wajah pria berambut kelimis culun yang terus ingin mencium pipinya.

Ia hanya mendengus sinis melihat adegan dibalik pagar tanaman itu. Dihisap rokoknya lagi sebelum langkahnya meninggalkan tempatnya berdiri, ia tidak mau memperdulikan permasalahan pribadi ibu tiri baru nya itu. Karena sekarang Chanyeol semakin tahu seperti apa wanita yang sudah dinikahi oleh ayahnya.

"Lepaskan! Itu lah kenapa aku menikahinya! ia lebih mempunyai hati yang baik dibanding kau yang sangat bejat ini!!"

"Baik!? Jika dia pria baik tidak mungkin mempunyai anak yang sangat berandalan itu!"

"Chanyeol anak yang baik! Ia hanya butuh perhatian lebih! Ah!!"

Langkah Chanyeol terhenti mendengar teriakan suara wanita itu. Kepalanya menoleh dan melihat ibu tirinya terus mengelak ingin membebaskan kepalanya dari cengkraman kuat tangan pria itu. Chanyeol pun juga melihat air mata yang mulai mengalir dari kedua mata ibu tirinya.

"Sepertinya kau harus berurusan dengan anak yang bermasalah ini tuan.." Dengan santainya tangan Chanyeol menjambak rambut kelimis pria itu agar bibirnya segera menjauh ingin mencium wajah ibu tirinya dengan sangat bernafsu.

"Ya ya!! Mau apa kau!??" Ronta pria itu kaget rambut rapi sempurnanya ditarik oleh Chanyeol.

Chanyeol terus menjambak kuat rambut pria itu dan menyeretnya keluar dari balik pagar tanaman. Ia tidak perduli orang-orang yang berada di halaman belakang itu langsung terdiam menghentikan aktivitas mereka dan mulai menonton rontaan pria kelimis ini.

Chanyeol berhenti menarik kemudian menjatuhkan tubuh pria itu di rerumputan halaman. "Lebih baik kau pergi, aku tidak mau rumahku menjadi tempat aksi tidak bermoral mu.."

Pria kelimis itu cepat-cepat merapikan kembali rambutnya yang berantakan dan mendongak melihat Chanyeol yang berdiri didepannya. "Dasar anak kurang ajar! Berani-berani nya kau kepada ku! Kau mau membela ibu baru mu yang jalang itu, huh!? Kenapa? Kau butuh kasih sayang karena ibu mu yang penyakitan itu sudah lama mati??"

Kaki panjang Chanyeol langsung mendorong dada pria itu hingga jatuh dan diinjaknya. Pria itu salah karena telah melontarkan perkataan yang sangat dibenci Chanyeol, menghina ibu kandungnya.

"Jangan pernah kau menghina ibu ku!" Geram Chanyeol marah. Badan Chanyeol membungkuk meraih kerah kemeja pria itu dan melayangkan sebuah tinjuan ke wajahnya. Saking kuatnya pukulan Chanyeol mulut pria itu langsung mengeluarkan darah.

"Anak kurang ajar!" Pria itu meludahkan darah dari mulutnya dan tangannya pun menonjok pipi Chanyeol tak kalah kencang.

Perkelahian diantara mereka pun tak terelakan lagi. Chanyeol dan pria itu saling baku hantam saling menonjok wajah sekeras mereka bisa. Para tamu yang menonton pun langsung berteriak dan berlarian saat Chanyeol menghantam tubuh pria itu ke meja yang penuh kue dan minuman.

Tubuh Chanyeol ditarik oleh pria berjas hitam saat tangannya ingin menonjok lagi pria itu yang sudah tidak berdaya. Dan Chanyeol pun tak segan-segan melayangkan pukulannya ke wajah pria berjas itu. Sepertinya mereka adalah para pengawal pria itu. Tapi semakin lama semakin banyak pria berjas hitam yang menahan Chanyeol yang membuat ia terus memberontak.

"Chanyeol hentikan! Aku mohon!" Mrs. Huang, ibu tiri Chanyeol datang memeluk punggung Chanyeol dari belakang agar bisa menghentikan anak itu memukul lagi. Ia terus menahan tubuh Chanyeol dipelukannya tanpa memperdulikan rasa sakit di pipinya terkena elakan sikut Chanyeol.

"Hentikan! aku mohon berhenti.."

Mrs. Huang bisa merasakan nafas Chanyeol yang menderu cepat. Ia terus memeluknya supaya Chanyeol berhenti melakukan aksinya sampai akhirnya mendengar teriakan marah suara sang suami.

"Park Chanyeol!!"

Air mata Mrs. Huang mengalir di punggung Chanyeol yang naik turun dengan cepat. Karena ini bukan kesalahan Chanyeol, ini adalah kesalahannya.

***

"Park Chanyeol! Park Chanyeol! Park Chanyeol!!"

Deruman suara motor dan suara teriakan para supporter terus terdengar di telinga Chanyeol yang sudah tertutup rapat oleh helm. Tapi matanya terfokus oleh wanita sexy berbusana bikini merah dengan high heels hitam yang berdiri ditengah jalan sambil memegang bendera memberinya aba-aba.

"3! 2! 1!"

Tangan kanan Chanyeol langsung memutar gas dengan 1 hentakan sehingga motornya melaju dengan cepat.

Motor sporty mewahnya yang berwarna hitam kini melaju kencang dijalanan kota Seoul. Dengan ahlinya Chanyeol bisa menyalip beberapa kendaraan yang berlalu lalang disana. Suara klakson protes dari beberapa mobil pun langsung terdengar disaat motor Chanyeol menerobos lampu merah dan kendaraan yang hendak berhenti. Bagaimana mereka tidak marah? Jalur yang digunakan Chanyeol untuk balapan adalah jalanan kota Gangnam dan Cheongdamdong yang selalu dipadati penduduk walau sekarang sudah tengah malam. Bukan dijalanan sepi atau sirkuit yang sudah disiapkan untuk balapan, karena menurut Chanyeol itu tidak ada tantangannya dibanding ditengah kota yang ramai.

Melakukan balapan seperti ini membuat beban dikepala Chanyeol cukup berkurang. Deru cepat angin yang menghantam tubuhnya seolah ingin mengikis rasa sakit hati Chanyeol karena tamparan oleh ayahnya tadi. Seandainya ia mengalami kecelakaan pun Chanyeol tidak perduli. Terkadang ia berharap demikian, dengan begitu ia akan cepat bertemu dengan ibu nya di surga dan ayahnya pun tidak punya beban lagi memiliki seorang anak seperti dia. Tapi sayang, keahliannya dalam membawa motor membuat ia selalu selamat dari keinginan gilanya itu.

Para polisi pun seperti juga tidak perduli saat motor Chanyeol lewat didepan mereka dengan kecepatan luar biasa dibanding motor murahan, berusaha menyusul motor merah yang hanya berjarak beberapa meter didepannya. Karena polisi pun tidak berani menghentikan kegiatan balapan ini dimana para pesertanya adalah anak pemilik pengusaha kaya yang perusahaannya selalu menyumbang pajak lebih untuk negara. Termasuk Chanyeol.

Dan selama mereka tidak menyakiti atau menabrak warga, polisi akan selalu menutup mata mereka saat ada 2 motor mewah saling membalap dengan cepat dijalanan.

Punggung Chanyeol semakin membungkuk menambah kecepatan motornya saat melihat motor merah mewah yang menjadi lawannya sedikit lagi akan tersusul olehnya. Benar saja, bukan Park Chanyeol namanya jika ia tidak bisa memenangkan kompetisi ini. Ia membuka kaca helmnya sedikit dan menampakan senyum sinis untuk lawannya saat motor hitamnya menyentuh garis finish dan semakin mendekat ke arah wanita sexy berbikini merah tadi.

"Park Chanyeol menang! Park Chanyeol!!"

Teriakan supporternya pun langsung teriak kegirangan. Girang karena mereka menang taruhan menjagokan Chanyeol dibalapan kali ini.

Chanyeol membuka helm dan menggantungkannya di kaca spion. Ia merapikan rambutnya yang berantakan dan turun dari motornya menghampiri ke kerumunan orang-orang yang sedang merayakan kemenangannya sambil menyembur-nyemburkan beberapa botol samphagne yang sudah terbuka.

Tapi bukan untuk ikut merayakan kemenangan bersama orang-orang itu Chanyeol datang kesana, ia tidak perduli dengan uang taruhan yang pasti nominalnya bisa membeli motor mewah sepertinya, melainkan ke arah wanita yang sedang duduk membelakanginya didekat kerumunan yang sedang euforia itu.

"Bisa ikut aku sebentar?" Chanyeol menarik tangan wanita itu menyuruhnya agar berdiri.

"Park Chanyeol!?" Wanita itu terkejut saat melihat tangannya dipegang oleh Chanyeol. Mau tidak mau wanita itu berdiri dan mengikuti langkah Chanyeol yang sudah menariknya menjauhi kerumunan. "Chanyeol kau mau bawa aku kemana!??"

Chanyeol tidak menjawab pertanyaannya dan terus membawa wanita cantik berambut panjang itu ke jalanan kecil yang tidak ada orang. Chanyeol berhenti dan kedua tangannya memegang bahu wanita itu. Bibirnya tersenyum menatap wajah cantik yang agak sedikit bingung itu karena Chanyeol membawanya ke tempat sepi dan hanya berdua saja. "Dara-ya, aku kembali..." Senyuman Chanyeol masih terhias dibibirnya.

Wanita yang bernama lengkap Sandara itu sedikit menghela nafasnya membalas tatapan Chanyeol. Tidak ada raut kebingungan lagi diwajahnya. Dan tidak juga menampakan senyumnya disana. "Kau berkelahi lagi?" Tanya Dara dengan tenang menyentuh luka yang ada di wajah Chanyeol.

Tangan Chanyeol menggenggam tangan Dara yang sedang menjelajahi lukanya. Ia menutup kedua matanya sambil menempelkan tangan wanita itu dipipinya seolah ia ingin merasakan tangan Dara lebih lama lagi dipipinya. "Aku sangat merindukan mu Dara... Betapa aku ingin bertemu denganmu saat aku di Amerika kemarin." Dara tidak bergeming saat Chanyeol mulai memeluknya.

"Aku sangat mencintaimu.. Apa kau tidak merindukanku?" Chanyeol melepaskan pelukannya dan kedua tangannya merengkuh wajah Dara meminta wanita itu menjawab pertanyannya.

"Chanyeol lepaskan aku.." Tangan Dara mendorong dada Chanyeol agar menjauh tapi tangan Chanyeol semakin menguat merengkuh wajah Dara.

"Chanyeol hentikan!" Dara semakin memberontak dipelukan Chanyeol. Ia mencoba menjauhi wajah Chanyeol yang ingin mencium bibirnya.

Akhirnya Chanyeol menyerah. Ia melepas tangannya memeluk Dara karena tidak mau menyakiti wanita itu. "Wae? Aku adalah kekasih mu.." Tanya Chanyeol menatap nanar ke wajah Dara yang kini sedang menunduk. Entah ia sedang menangis karena sikap Chanyeol tadi atau ia merasa bersalah.

"Kau pikir sudah merebut kemenangan dariku sekarang kau juga akan merebut wanitaku??!!"

Telinga Chanyeol mendengar suara berat seorang pria teriak ke arahnya. Ia menoleh dan melihat Choi Seung Hyun -musuh dan lawan balapannya tadi- berjalan mendekat ke arahnya. Pria itu tidak sendirian. Dibelakangnya diikuti beberapa pria berbadan besar berjas hitam berusaha mengawalnya.

"Apa kau bilang? Wanita mu? Semua orang juga tahu kalau sejak dulu Sandara adalah kekasih Park Chanyeol!"

Choi Seung Hyun tertawa meremehkan omongan Chanyeol tadi. "Tapi kau tidak tahu, sejak 3 tahun lalu kau sudah bukan kekasihnya lagi. Sandara adalah wanitaku.." Balas Seung Hyun, anak pemilik perusahaan otomotif terkaya juga di Korea Selatan.

"Mwo!?? Dara.. Ini tidak benar kan? Kau bilang kau akan menunggu ku sampai aku pulang. Kau selalu membalas emailku kalau kau selalu merindukanku.. Dara kau masih mencintaiku kan!??" Desak Chanyeol mengguncang bahu Dara yang masih terdiam sambil menunduk.

Tidak pernah Chanyeol merasakan perih dihatinya saat tangan Dara mengusir tangan Chanyeol dari bahunya dan wanita itu mendekat ke arah Choi Seung Hyun kemudian memeluk lengan pria itu. "Chanyeol maafkan aku..."

Inikah rasanya dikhianati? Wanita yang Chanyeol kira sangat merindukannya saat di Amerika ternyata juga sedang menjalin asmara dengan musuh bebuyutannya. Tamparan ayahnya tadi sudah tidak terasa sakit lagi dipipinya dibanding rasa sakit yang menusuk di hati nya saat ini.

"Jadi selama ini kau menipuku? Kau mengkhianatiku demi si brengsek ini!!??" Emosi Chanyeol sudah tak tertahan lagi. Ia meraih jaket merah Seung Hyun dan langsung meninjunya.

"Choi Seung Hyun!!" Pekik Dara menolong Seung Hyun yang terjatuh ke tanah. "Lebih baik kita pergi dari sini!" Ujar wanita itu membela kekasih barunya dan tidak memperdulikan pria yang tadi berharap setelah kemenangan dapat bertemu lagi dengan kekasihnya dan menumpahkan semua masalahnya untuk mendapatkan nasihat dari wanita yang sangat dicintainya sejak lama. Namun ia haris menumpahkan segala emosinya kepada pria brengsek yang sudah merebut Dara darinya.

"Kalian.. Bereskan dia!" Perintah Seung Hyun kepada para pengawalnya untuk menghabisi Chanyeol.

"Dara!! Sandara!! Kembalilah!!" Teriak Chanyeol melihat wanita itu pergi meninggalkan dirinya sambil memapah tubuh Seung Hyun yang kesakitan karena tonjokan kuat Chanyeol tadi diperutnya.

"Dar- aak!" Tubuh Chanyeol tersungkur ke tanah setelah mendapat tendangan dibahu oleh pengawal berjas yang sudah mengitarinya.

Hampir sepuluh pria berjas mengitari Chanyeol sendirian didalam lingkaran yang mereka buat. Chanyeol berdiri lagi sambil memegangi bahu nya yang berdenyut. Ia harus melawan mereka walaupun perkelahian ini begitu curang karena 10 melawan 1. Betapa pengecutnya Choi Seung Hyun itu. Wajah dan tubuhnya yang keren tidak sebanding dengan nyali kecilnya. Dan Chanyeol begitu sangat muak sekarang karena Dara lebih memilih pria pengecut itu dibanding dirinya. Chanyeol berlari dan mengarahkan kakinya yang panjang menendang salah satu pria berjas itu. Kemudian tangannya mendorong pria berjas lain yang hendak meninju ke arahnya. Chanyeol sudah memulai perkelahiannya lagi.

3 orang sekaligus Chanyeol meninju pria berjas itu. Ia tersenyum menang melihat 3 orang itu tersungkur ke tanah. Keseringannya ia berkelahi membuat tubuhnya merespon dengan cepat untuk menghindar dari beberapa pukulan. Punggung tangannya mengelap darah yang mengalir dimulutnya karena terkena tonjokan yang tadi tidak dapat ia hindari. Namun sekarang tangannya sudah bersiap lagi melawan satu persatu para pengawal si brengsek ini.

Chanyeol melayangkan tendangan ahlinya kepada pria yang baru saja ingin meninjunya. Dan kedua tangannya dengan cepat meraih 2 kepala pria yang sedang mendekat lalu dibenturkan kepala-kepala itu ke tembok. 3 orang lagi langsung dihabisi oleh Chanyeol.

Saat Chanyeol memfokuskan kepada pria yang sedang berlari didepan kearahnya, Chanyeol tidak menyadari pria berjas yang sudah tersungkur di tanah kembali berdiri lagi dibelakangnya. Tanpa Chanyeol ketahui pria itu langsung memukul kepala Chanyeol dengan kencang membuat tubuh Chanyeol terhuyung dan jatuh ke depan.

Melihat Chanyeol yang sudah jatuh pun tidak disia-siakan oleh sisa pria berjas itu. Mereka langsung mengeroyok Chanyeol tanpa ampun.

Chanyeol meringkuk di tanah sambil memegangi kepalanya memberi perlindungan. Ia meringis kesakitan saat sepatu pria-pria itu menginjak kuat bahu, pinggang dan kaki Chanyeol dengan wajah bengis. Chanyeol ingin melawan tapi ia tidak sanggup berdiri karena banyaknya pria yang terus menerus menginjak dirinya.

Saat ia berusaha ingin melawan lagi, Chanyeol melihat salah satu pria berjas itu tersungkur disamping tubuhnya. Bukan hanya 1 tapi 3 pria yang menginjak Chanyeol berjatuhan ke tanah. Chanyeol melihat ada kaki panjang yang sedang menendang satu persatu pria-pria berjas itu melawan mereka. Ada seseorang yang datang membantunya.

Kepala Chanyeol mendongak mencoba bangun dan melihat orang yang membantunya sedang melayangkan tongkat besi ke arah pria berjas itu dengan gaya wushu yang sangat Chanyeol kenal.

"Zitao..." Panggil Chanyeol sambil meringis memegangi perutnya yang kesakitan. Ia mencoba berdiri namun tidak bisa, ia hanya bisa menyeret tubuhnya bersandar ke tembok jalanan sambil menyaksikan pria bernama Zitao itu menghabisi sisa lawannya tadi sampai benar-benar tidak berdaya akibat pukulan wushu dan tendangan Zitao yang sangat profesional.

Setelah selesai dan tidak ada lagi sisa musuhnya, Zitao membuang tongkat besi yang menjadi senjatanya dan membersihkan kedua tangannya sebelum merapihkan setelan jas abu-abu merk ternama.

"Kenapa kau datang kesini..." Tanya Chanyeol dengan suara lemah menatap pria itu yang sudah berbalik menatap dirinya yang kini sudah tidak berdaya.

"Hyung, pulanglah..." Ucap Zitao datar tanpa perduli kakak tirinya itu tidak mengucapkan terima kasih karena sudah ditolong.

"Untuk apa? Bukannya Appa lebih menyukaimu sebagai anaknya?" Cibir Chanyeol sambil tersenyum kecut kepada pria tinggi bernama Huang Zitao itu, yang sudah menjadi adik tirinya selama 3 tahun.

"Aku datang kesini untuk ibuku. Aku sudah muak melihat ibu selalu menangis karena kepergianmu. Dan memintaku untuk mencarimu.." Jawab Zitao menatap Chanyeol tanpa ekspresi.

Mendengar jawaban Zitao membuat Chanyeol terdiam. Ia mengingat lagi kejadian yang menyebabkan ia datang ke arena balapan ini. Karena ibu tirinya membela Chanyeol, ayahnya sudah salah paham dan menampar Chanyeol. Dan kini hatinya lebih sakit lagi karena mengetahui dirinya dikhianati oleh kekasihnya.

"Sampaikan kepada ibumu aku baik-baik saja.. Bilang kepadanya jangan menangis lagi."

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Zitao berjalan ke arah mobil hitam mewah dengan beberapa pengawal berjas hitam yang sudah membukakan pintu untuknya. Para pengawal yang tadinya siap membantu pun hanya menyaksikan Zitao sanggup melawan musuh Chanyeol sendirian. Mereka merasa tidak berguna dalam bekerja karena mempunyai 2 tuan muda yang jago dalam membela diri.

Chanyeol menghela nafas dan meringis kesakitan merasakan nyeri disemua tubuhnya. Ia menatap mobil keluarganya yang sudah menjauh. Ia belum tahu kapan ia dapat menerima Huang Zitao sebagai adiknya. Ia tahu Mrs. Huang dan Zitao adalah orang yang baik. Entah darimana Zitao mengetahui tempat ini dan datang membantunya. Pasti anak itu melacak dari berbagai informasi. Karena Chanyeol tidak pernah memberitahukan kepada siapapun kemana saja dia pergi. Dari seorang teman? Chanyeol tidak pernah mempunyai teman. Mungkin pengikut banyak, orang-orang yang hanya ingin mengharapkan cipratan kekayaan Chanyeol. Disekitarnya selalu dipenuhi orang-orang palsu. Termasuk Sandara, si wanita pengkhianat itu.

***

"Aakk! Kenapa airnya dingin sekali?! Apa pemanasnya mati!?"

Mata Soo Young membulat sempurna saat melihat tubuh Chanyeol yang tidak ditutupi sehelai pakaian keluar dari kamar mandi. Ia mengecek tombol-tombol didepan kamar mandi apakah ada yang rusak atau tidak sehingga ia tidak bisa mandi dengan air panas.

"Ya! Chanyeol! Pakai handukmu!" Teriak Soo Young dari ruang tv melihat Chanyeol berkeliaran didepan kamar mandi sambil telanjang.

Chanyeol hanya terkekeh menengok kearah ruang tv. Ini adalah rumahnya jadi normal-normal saja jika kelakuan ia seperti ini.

Semburat merah di pipi Soo Young masih belum hilang walaupun Chanyeol sudah masuk kedalam kamar mandi lagi. Apa-apaan pria itu!? Soo Young jadi bisa melihat tubuh Chanyeol seutuhnya. Beberapa bekas luka di kulit tubuh Chanyeol pun masih bisa terlihat oleh mata Soo Young.

Tubuh tinggi itu. Soo Young selalu merasakan kehangatan ketika tubuh itu memeluk tubuhnya. Semburat di wajah Soo Young semakin merah dan ia menggidikan kepalanya sambil tersenyum-senyum. Hangat disaat Chanyeol memeluknya masih menggunakan baju lengkap atau disaat ia sudah melepaskan semuanya.

***

Hanya ada 1 tempat yang Chanyeol bisa datangi. Apartemen kecil yang tidak jauh dari makam ibunya, apartemen milik Bae Soo Young.

Sambil memegangi perutnya yang terluka, dengan susah payah tangan Chanyeol memencet bel pintu. Akhirnya pintu itu terbuka. Wajah Bae Soo Young terkejut sekali melihat siapa yang ada didepan pintunya malam-malam seperti ini. "Park Chanyeol!!?" Pekiknya pelan.

Tubuh Chanyeol yang sudah merosot didepan pintu langsung cepat-cepat diangkat oleh Soo Young. Ia menarik tangan kanan Chanyeol dan ditaruh dibahunya. Dengan susah payah Soo Young memapah tubuh tinggi Chanyeol masuk kedalam apatemennya.

Dengan hati-hati Soo Young mendudukan Chanyeol di sofa empuk miliknya. Sepertinya pria itu terluka parah diperutnya. Sejak tadi Chanyeol meringis kesakitan dibagian itu. "Youngie-ah..." Panggil Chanyeol dengan sangat pelan. Ke satu-satu nya orang dimana Chanyeol bisa bergantung.

Panggilan itu. Akhirnya ia mendengar lagi sebutan itu setelah 3 tahun mereka tidak bertemu. "Diamlah, aku akan mengobati luka-lukamu.."

Dan setelah 3 tahun itupun ucapan yang Soo Young lontarkan kepada Chanyeol masih sama.

**

Langkah Soo Young terhenti didepan pintu saat telinganya mendengar suara keributan dari dalam. Cepat-cepat ia menekan password dan membuka kenop pintu agar segera terbuka. Ia pikir setelah meninggalkan Chanyeol yang tertidur sehabis diobati ia bisa keluar dengan tenang membeli beberapa makanan di supermarket 24 jam. Tapi ternyata pria itu terbangun dan sekarang seperti sedang mengamuk melempar-lemparkan barang yang ada didekatnya.

"Chanyeol! Kau kenapa!? tenanglah! Park Chanyeol!" Ucap Soo Young membuang plastik belanjaannya kemudian berlari mendekati Chanyeol yang sedang melemparkan beberapa majalah ke dinding dengan kencang.

"Aku sudah muak semuanya! Aku benci keluargaku! Aku benci wanita itu! Bangsat kau Sandara! Aku benci hidupku seperti ini!!" Kini tangan kosong Chanyeol menonjok kedinding melampiaskan kekesalannya karena tidak ada barang lagi yang ada didekatnya.

Soo Young memeluk tubuh Chanyeol dari belakang agar ia bisa menghentikan pria itu sebelum ia melukai tangannya sendiri. "Chanyeol aku mohon hentikan!" Soo Young menarik kedua tangan Chanyeol dan menggenggamnya dengan kuat didepan didadanya.

Hampir seluruh tenaga yang Soo Young kerahkan untuk menahan tangan Chanyeol berada digenggamannya. Karena Pria itu terus memberontak agar tangannya bisa terlepas dari tangan Soo Young. Ia bisa merasakan deru cepat nafas Chanyeol didepannya. Tanpa takut terkena elakan dari tangan pria itu, satu tangan Soo Young melepaskan genggamannya dan menarik bahu Chanyeol mendekat kearahnya. "Aku mohon tenanglah. Ada aku disini. Kau bersamaku sekarang." Ucap Soo Young pelan menenangkan. Dan memeluk tubuh Chanyeol dengan erat.

Tangan Soo Young terus mengelus punggung Chanyeol menenangkan tanpa melepaskan pelukannya. Kini ia bisa merasakan emosi kemarahan Chanyeol pelan-pelan menghilang. Kedua tangan Chanyeol tidak memberontak lagi seperti tadi. Perlahan terkulai jatuh didepan tubuh Soo Young.

Pelukan Soo Young sudah membuat api emosi didalam tubuh Chanyeol padam. Wanita itu memeluk tubuh Chanyeol dengan kedua tangannya sebelum ia menarik membawa Chanyeol agar bisa duduk tenang disofa.

Chanyeol menghempaskan tubuhnya diatas sofa sambil memejamkan kedua matanya. Masih mencoba menstabilkan emosi didalam dirinya. "Yonguie-ah maafkan aku.." Ucap Chanyeol pelan meminta maaf. Menyesal telah membuat keributan di tempat Soo Young.

Mata Soo Young memperhatikan Chanyeol yang berada disampingnya. Ia bisa melihat air mata yang mengalir dari mata Chanyeol yang terpejam. Ternyata lebih baik melihat Chanyeol marah-marah seperti tadi daripada harus merasa sesak didadanya melihat Chanyeol sesedih ini.

Tangan Soo Young terangkat menghapus air mata yang mengalir dipipi Chanyeol. Ia tidak tahan lagi merasakan kesedihan pria itu. Soo Young mengambil bahu Chanyeol agar terbangun dan memeluk leher pria itu kedalam dekapannya. Ia bisa merasakan kepala Chanyeol terkulai dibahunya. Tidak ada lagi elakan seperti yang tadi Chanyeol lakukan. Tidak ada amarah yang Chanyeol keluarkan. Tapi hanya sebuah isakan terdengar di telinga Soo Young yang tengah duduk disampingnya masih terus memeluk Chanyeol.

"Youngie-ah maafkan aku! Maafkan aku... Seharusnya aku dulu mendengarkanmu. Sekarang apa yang harus aku lakukan?? Aku tidak tahu. Youngie-ah tolong aku.. Bantu aku." Isak Chanyeol dengan kencang di bahu Soo Young.

Tangan Soo Young mengelus kepala Chanyeol yang masih dibahunya saat pria itu mengeratkan pelukannya ke tubuh Soo Young. Chanyeol menangis sambil terus terisak kencang. Tangisannya mengingatkan Soo Young kepada Chanyeol saat berumur 5 tahun. Menangis tersedu-sedu dibahu ibunya. Sama seperti yang Chanyeol lakukan sekarang. Park Chanyeol yang dulu Soo Young kenal kini sudah kembali. "Tenanglah.. Sekarang aku sudah berada disampingmu." Suara pelan Soo Young sambil mengelus-elus kepala Chanyeol membuat pria itu mengeratkan pelukannya. Tidak perduli seorang Park Chanyeol menangis seperti anak kecil di pelukan Soo Young. Karena perasaan kenyamanan ini sama seperti waktu dulu eomma memeluknya. Ini yang Chanyeol butuhkan. Chanyeol sangat membutuhkan Bae Soo Young.

Soo Young sudah tidak merasakan isakan dibahunya lagi. Perlahan kedua tangan Soo Young merengkuh pipi Chanyeol agar ia bisa melihat wajahnya. Pria itu tidak tertidur seperti yang Soo Young kira. Matanya terbuka menatap kedalam bola mata Soo Young. Mereka saling menatap lama sekali. Gerakan kedua ibu jari Soo Young di pipi untuk menghapus sisa air mata Chanyeol membuat pria itu tidak ingin melepaskan kontak mata dengannya.

Wajah manis itu. Setelah 20 tahun Chanyeol bertemu dengan wajah itu, ini untuk pertama kalinya Chanyeol ingin wajah itu terus berada dihadapannya. Dan senyuman yang Soo Young bentuk dibibirnya sekarang adalah kunci pembuka hati Chanyeol bahwa ternyata ia sangat menyukai Bae Soo Young. Ia sangat mencintai Youngie nya.

Tangan Chanyeol mengambil tangan Soo Young ada dikedua pipinya. Gantian kini tangan Chanyeol yang berada di pipi Soo Young. Merengkuhnya dengan pelan pipi itu seolah seperti sedang memegang benda yang sangat berharga. Dan detik kemudian bibir Chanyeol lah yang menyentuh bibir merah Soo Young.

Terkejut dan ingin lebih yang Soo Young rasakan saat bibir Chanyeol dengan pelan mengulum bibir atas Soo Young. Bukan ciuman depresi yang ia rasakan. Dan bukan juga ciuman main-main yang Chanyeol berikan. Melainkan ciuman yang ingin memberitahukan bahwa pria ini bukan hanya menginginkan bibir ini saja, tapi membutuhkan bibir ini untuk nafas hidupnya.

Soo Young bisa merasakan hembusan nafas Chanyeol disaat ia membuka mulutnya. Hembusan nafas lega mengetahui Soo Young menerima ciumannya. Kedua bibir Chanyeol semakin mendorong bibir atas Soo Young masuk kedalam mulutnya. Membuat bibir bawah Soo Young ikut merasakan lembutnya dorongan bibir Chanyeol mencium bibirnya. Terus menerus tanpa ingin menghentikan ciuman ini.

Tidak ada kata cinta yang Chanyeol ucapkan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Soo Young. Merasakan ciuman tulus Chanyeol dibibirnya sudah membuat Soo Young tahu bahwa perasaan mereka saling mencintai.

***

Air mata Soo Young mengalir jatuh. Ia merasakan basah dipipinya dan juga didada Chanyeol akibat air mata yang terus menerus keluar. Ini semua bukan air mata kesedihan. Terbangun diatas tubuh Chanyeol yang hanya diselimuti selembar selimut putih tanpa balutan pakaian membuat Soo Young teringat. Betapa Soo Young juga sangat membutuhkan Chanyeol. Ia sangat mencintai pria yang sejak dulu ia jaga. Kesetiaannya terhadap kebaikan ibu Chanyeol membuat ia tanpa sadar mencintai anak yang seharusnya ia lindungi. Melindunginya dari perasaan kesendirian. Dan sekarang Soo Young benar-benar melakukan apa yang dulu ibu Chanyeol inginkan. Berada disamping Chanyeol disaat pria itu membutuhkan seseorang untuk menjaganya. Menjaga hati Chanyeol dari segala api emosi kemarahan.

"Youngie-ah, kau menangis?" Soo Young merasakan dada Chanyeol terbangun. Ia menurunkan kepalanya dari dada Chanyeol ke bantal yang tadi Chanyeol tiduri. Berdua diatas tempat tidur kecil Soo Young membuat Chanyeol pelan-pelan bergeser memposisikan dirinya menunduk untuk melihat wajah Soo Young yang kini tiduran disampingnya. "Maafkan aku.." Sambil menatap mata Soo Young dan kedua ibu jari Chanyeol mengelus pelan pipi wanita itu membersihkan air mata yang terus mengalir.

Kepala Soo Young menggeleng diatas bantal dan ia tersenyum menatap Chanyeol diatas wajahnya. Namun moment yang seharusnya menjadi kebahagiaan Soo Young berubah menjadi ketakutan terbesar untuknya. Ada aliran yang berbeda keluar dari hidung Soo Young. Dan mata Chanyeol melebar melihat sesuatu yang mengalir itu.

"Youngie-ah hidung mu berdarah!? Youngie kau kenapa? Apa aku yang membuatmu terluka? Youngie-ah maafkan aku! Maafkan aku sudah-"

Soo Young langsung memeluk leher Chanyeol membuat tubuh pria itu terjatuh keatas tubuhnya. Ia menangis dibahu Chanyeol sambil terus memeluk pria itu erat. "Bukan kau yang seharusnya meminta maaf, tapi aku! Chanyeol maafkan aku. Aku janji tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan."

***

Mata Soo Young melirik kearah jam dinding. Pukul 6 sore. Sedikit lagi malam akan datang. Kemudian matanya menatap ke arah Chanyeol yang sedang mencoba beberapa pakaian. "Sepertinya jas hitam ini pas sekali untukku." Ujar Chanyeol sambil berdiri menatap dirinya didalam cermin. "Bagaimana? Aku terlihat tampan kan?" Chanyeol tersenyum ke arah tempat tidurnya dimana Soo Young tengah duduk disana sambil memberikan senyuman dan menganggukan kepalanya memberi jawaban.

***

Kanker darah?

Chanyeol meremas lembaran hasil tes dokter yang ada digenggamannya. Ini bohong kan? Soo Young tidak mungkin mengidap penyakit ini.

Blak!

"Gimana? Apa kau sudah membersihkan kamarnya?"

Cepat-cepat Chanyeol memasukan tangannya kedalam kantong celana training menyembunyikan lembaran kertas tadi. Ia mengangkat tangan satunya yang sedang memegang gagang vacum cleaner ke arah Soo Young yang ada didepan pintu. "Sedikit lagi! Tenang saja, kamarmu-ah bukan maksudku kamar kita pasti bersih jika aku yang membersihkan!"

Soo Young menatap sangsi pria yang terlahir menjadi anak orang kaya bisa membersihkan kamar apartemennya yang kecil ini. Sepertinya Chanyeol bisa membaca tatapan Soo Young itu. Ia menyengir lebar dan mengangkat tangannya lagi. "Percayalah padaku!"

Soo Young tertawa. Sebelum ia membalikan badannya meninggalkan kamar, tangan Chanyeol dengan cepat menahan tangan Soo Young agar ia tidak beranjak. "Ya! sudah kubilang, jika kau lelah cepatlah istirahat." Tangan Chanyeol mengusap darah yang ada dihidung Soo Young menggunakan lengan baju yang ia pakai. Soo Young sedikit mundur tapi tangan Chanyeol tetap menahannya agar tetap dekat dengannya. Soo Young tidak sadar mimisannya keluar lagi dan Chanyeol yang melihat.

"Tunggu akan kubersihkan hidungku dulu." Soo Young melepaskan tangan Chanyeol dan segera pergi ke kamar mandi secepat ia bisa.

Chanyeol menatap punggung Soo Young yang sudah menghilang dibalik pintu. Didadanya Chanyeol tidak bisa merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Tapi sebisa mungkin ia berusaha meyakinkan dirinya jika Soo Young baik-baik saja. Soo Young tidak sakit. Soo Young akan selalu bersamanya.

***

*huaaaa kepanjangan! Gak muat halamannya! Mianhae terpaksa dibagi jadi 2 part! Bisa langsung pencet next! :D

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK