CHAPTER 7 : Story 7: The Star
[Chen's Story] The Story of EXO
Title: The Star
Author: Monie Akakuro
Rating: WARNING! NC-21
Genre: Romance
Length: One Shot
Main Cast:
- Kim Jongdae/ Chen EXO
- Aku/ Suri (OC)
Disclaimer:
Heheheehe mianheee story nya Chen gw buat yadong! Kepikiran gara-gara si Chen itu suka rada pervert! Hahaha
Dan cerita ini gw remake dari cerita ff gw yang lain kkkkk
Note:
Yang masih dibawah umur jangan baca yaaaa... :P
Ngebuat ini cuman untuk variasi cerita The Story of EXO ajah kkkk
***
Laki-laki itu... Kim Jongdae.
Ah, aku tidak bisa berpaling menatap kau didepan ku seperti ini.
God! Lagi-lagi kau membuat wajah seperti itu! Tidak bisakah kau membuat wajah menggodamu disaat kau menyanyi bersama member yang lain di atas panggung?
Atur nafasmu baik-baik Suri! Aku memerintahkan diriku sendiri untuk menahan nafsu ku ini.
Kuhirup nafas panjang-panjang dan kuhembuskan lagi lewat hidung sambil kukatupkan kedua bibirku.
"Ouch!"
Kaki ku di injak oleh wanita yang berdiri disampingku, lagi. Sudah hampir 8 kali dia menginjak kaki ku.
Kulempar pandangan kesal kearahnya. Tapi percuma saja, pandangannya hanya terpaku pada obyek yang sama dengan pandanganku sebelumnya dan sambil berteriak "Chen oppa! Chen oppa! Chen!!!!" Tangannya bergerak kencang mengayunkan light stick nya yang berwarna silver terang.
Aku menghela nafas dan mengangkat sebelah kakiku yang terinjak. Sakit sekali, keluhku.
Wanita disebelahku menjerit semakin kencang. Ternyata pria di panggung itu berjalan mendekat.
Masih dengan mengerucutkan bibir dan mengangkat sebelah kaki aku mendongak ke arah panggung. Pria itu melihat ke arah ku sambil tersenyum mengejek.
Awas kau Kim Jongdae!!
Kulempar tatapan geram padanya. Senyumannya semakin geli terlukis di wajahnya yang tidak tersorot lampu panggung. Tapi aku masih bisa melihat jelas lidahnya yang sedikit menjulur keluar dan mengedipkan sebelah matanya pada ku.
Ya!!
Jongdae langsung berlari-lari kecil kedepan menjauh. Aksinya semakin menjadi-jadi lebih bersemangat diatas sana.
Kulihat sekelilingku yang dipenuhi sinar light stick berwarna silver memenuhi stadium yang besar ini.
Suara-suara wanita yang meneriakan nama berbeda. Seperti nama Wu Yifan yang diteriakkan oleh wanita disebelah kiriku dan Chen yang kudengar dari sebelah kananku.
Tanpa perintah bibirku membentuk sebuah senyuman. Banyak sekali yang menyukai mu.
Tapi pria itu seperti benar-benar ingin mengujiku. Kulihat ada daerah dimana para fans menonton sambil duduk nyaman bernyanyi bersama member EXO diatas panggung didepan mereka.
Tidak seperti ku yang berdesakan berdiri disini dengan kaki ku yang terinjak-injak.
Jadi ini tempat yang cocok untukku? Wanita yang pernah dinyatakan cintanya 3 tahun lalu oleh pria bersuara emas yang sedang berada di panggung itu.
Ya, aku adalah kekasihnya. Kekasih pria itu. Kekasih dari pria yang bernama Kim Jongdae atau juga yang mereka kenal dengan nama Chen EXO.
Chen's Story: The Star
Bibir manis ini. Bibir yang mengejekku tadi diatas panggung terus mendominasi melumat bibirku tanpa henti.
Aku merasakan lidah yang menjulur keluar diatas panggung tadi pun sudah berada di didalam mulutku menggelitik untuk disambut oleh lidahku.
Tubuhku membentur dinding saat Jongdae menutup pintu kamar aparetemenku dan mengunci ku diantara dinding dan tubuhnya.
Aku tidak bisa pergi kemanapun. Tubuhku sudah terperangkap olehnya.
Aku ingin merasakanmu Kim Jongdae. Betapa aku merananya menahan rindu ku ini selama di konser tadi. Awas kau..
Kucoba meraih bibir atasnya dan kugigit saat bibir itu sedikit menghentikan aksinya.
"Aakkhh ya!" Jongdae mengerang dan melepaskan ciumannya.
Dia menatap ke bawah ke arah mataku.
"Wae?"
Aku balas menantang menatap matanya.
Tapi mulutku tidak sedang berpihak pada otakku. Bibir ku membentuk senyuman dan sedikit menggigit bibir bawahku.
"Kau mau menggodaku?" Aku merasakan tangan kiri Jongdae menempel didinding tepat disebelah telingaku dan ia tertawa kecil menatap bibir dan kemudian mataku.
Tubuhnya sudah tidak menekan tubuhku lagi sehingga aku bisa menatap wajahnya.
"Berikan aku waktu sebentar untuk mengucapkan 'aku kembali..'" Tanganku mulai membelai pipi porselen nya.
Tapi kedua tanganku langsung meraih cepat keatas dan sedikit menjambak rambutnya untuk menghentikan bibirnya yang mendekat ingin menciumku lagi.
Aku bisa merasakan hembusan nafas Jongdae dari hidungnya yang hanya berjarak beberapa senti saja dari hidungku. Wajahnya begitu dekat sekali.
Aku terkekeh pelan. Kuraih lagi sejumput rambutnya di kedua tanganku. Rambutnya sangat halus dan lembut sekali. "Style rambut mu berubah lagi..." Kataku mencoba mengalihkan pikiran ku dari bibir merah yang masih basah dari mulutku yang ada di hadapanku sekarang.
"Kau suka?" Jawab Jongdae sambil memejamkan matanya. Sepertinya ia menyukai kedua tanganku sedang berada diatas kepalanya.
"Aku tidak perduli dengan style rambutmu. Tapi ini... Aku sangat menyukainya kau terlihat semakin tampan".
Aku merasakan Jongdae menarik bibirnya membentuk senyuman lebar sekali setelah aku mengatakannya.
"Biarkan aku menerima sedikit hadiah karena memuji mu Mr. Chen EXO.."
Masih dengan memejamkan matanya, Jongdae menarik kepalanya kebelakang memperlihatkan leher putihnya. Sepertinya dia sudah memberikan sinyal 'selamat datang' padaku.
Aku sedikit menekuk lututku dan menempelkan hidungku di kelenjar tiroid lehernya. Kuhirup bersamaan menempelnya lidah ku pada kelenjar itu.
Terdengar suara desahan pelan Jongdae dari mulutnya di atas kepalaku. Membuat birahi dalam tubuhku semakin besar.
Kupegang erat belakang kepalanya dan mulai menciumi lehernya dengan segala nafsuku.
Keringatnya yang sejak konser tadi bercampur dengan wangi cologne yang begitu maskulin masih menempel dikulit lehernya membentuk wangi Jongdae yang sangat ku suka sekali.
Aku tidak perduli pada tanda merah di leher Jongdae yang sudah kubuat dari setiap isapan ciumanku. Biarkan ini menjadi hadiah mu karena kau sudah menjebakku untuk menonton konser mu.
Kutangkup kedua pipinya agar aku bisa nyaman menyusuri bibirku disetiap sudut rahang dan dagunya. Sensasi didaerah ini berbeda saat menciumnya. Terasa geli di bibirku karena janggut yang dicukur Jongdae mulai tumbuh. Dan ini sangat menyenangkan.
Jongdae tidak bergerak sama sekali dari sikapnya semenjak tadi selama aku menikmati leher dan wajahnya. Aku benar-benar diberinya hadiah. Yaitu dirinya.
Aku bebas menciumi wajahnya. Dan tidak akan melewati kesempatan ini.
Mungkin dari luar Jongdae terlihat sangat lembut yang suka mengalah. Tapi tidak dalam hal ini, dia tipe laki-laki yang bersifat dominan. Dia yang harus mengontrol permainan bercinta kami. Dan aku sangat menyukainya.
Mungkin ini hadiah yang diberikannya karena sudah 1 tahun kita tidak bertemu. Secara fisik.
Seperti yang sudah kuduga. Jongdae memang tipe yang sangat dominan. Ketika aku mulai menciumi sudut bibirnya dia langsung meletakkan kedua tangannya dibahuku dan mendorong tubuhku sedikit menjauh dari wajahnya.
Aku mengerucutkan bibirku dan menatapnya kecewa. Tapi dia hanya membalasnya dengan senyuman dan mengatakan "waktumu telah habis.."
Ibu jarinya menarik sudut bibir ku yang sedang cemberut agar rata kembali. "Ini lebih baik.." Tanpa aba-aba mulut Jongdae sudah melumat bibirku dengan cepat.
Dasar egois. Aku mengalah dan menerima lidahnya di dalam mulutku.
Jongdae melumatku lama sekali tanpa memberiku kesempatan untuk menghirup udara.
Dan sekalinya ia mengalihkan bibirnya, "aaakkhh.." Aku mengerang pelan saat tangan Jongdae sudah menyusup kedalam blus ku dan meraih sebelah payudaraku. Aku tidak menyadari kapan ia membuka kancing blus ku? Cepat sekali.
Kim Jongdae kau sudah membuatku gila. Erangan nikmatku semakin terdengar saat jemari Jongdae dengan cekatan mengelus dan meremas payudaraku.
"Jondae-ah.." Hanya namanya yang bisa kusebut.
"Hmm?" Jawabnya tanpa melepaskan ciumannya di bahuku.
Aku tidak bisa berpikir normal lagi. Kutarik kepala Jongdae mengarah kedadaku dan kuremas rambutnya. Nikmatilah aku Jongdae.
Jongdae sudah bisa membaca pikiranku. Ia langsung mengecup dibelahan dadaku yang sudah terbuka.
"Ouuhh~"
Hanya beberapa detik saja blus dan bra sudah terlepas dari tubuhku. Bagian atasku sudah telanjang.
Jongdae menatap hasil pekerjaannya yang cepat itu. "It's time.." Dengan senyumannya yang begitu menggoda.
Jongdae melepaskan tshirt nya dengan cepat dan langsung mengangkatku ke tubuhnya.
Aku tertawa dengan ulahnya ini. Kulingkarkan kaki ku dipinggangnya dan memeluknya erat.
Jongdae membawaku kearah ranjang sambil terus melumat bibirku dengan nafsu yang semakin besar dari sebelumnya.
Dia meletakkanku di ranjang sangat begitu hati-hati. Aku tahu gairahnya sudah sangat memuncak sekarang. Tapi dia masih bisa mengontrol sikapnya terhadapku.
Aku meraih lagi kepala Jongdae yang ada diatas wajahku untuk menciumku kembali. Ciuman Jongdae adalah segalanya bagiku.
Tubuh Jongdae sudah berada diatas tubuhku sekarang. Dalam keadaan telanjang. entah sejak kapan semua pakaian sudah terlepas dari tubuh kami. Ciuman dan sentuhan Jongdae sudah membiusku.
Telunjuk Jongdae membelai mesra sisi payudaraku. Membuat badanku menggeliat dibawah tubuhnya.
"Kau tahu? Aku sangat merindukan mu Suri.." Bisik Jongdae diatas wajahku. Suaranya lembut sekali.
Aku bisa melihat kilatan matanya saat membuka mata untuk menjawabnya. "Aku juga sangat merindukanmu "Jongdae-ah.." Jawabku pada pria tampan diatasku. Jongdae ku sudah sedikit berubah. Lebih dewasa dan semakin tampan. Sangat tampan.
Jongdae tersenyum sangat menggoda sekali saat dia mendengar jawabanku.
"Kalau begitu, bisa kubayar kerinduan ku sekarang?" Tanyanya sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jemarinya.
Lagi-lagi sebelum ku jawab pertanyaannya dia sudah membuatku teriak kaget. "Aah!"
Jongdae sudah menggigit pelan puncak payudaraku.
Kuremas rambut Jongdae menikmati isapan bibirnya di dada dan payudaraku. Kurasakan dadaku yang sudah basah oleh lidahnya yang terus menjilati kedua payudaraku.
Tubuhku menggeliat setiap Jongdae menghisap kencang puncak payudaraku. Menggelikan dan sungguh nikmat sekali.
Jangan kau hentikan Jongdae-ah... Teruslah kau berada disana. Batinku sambil terus menekan kepala Jongdae untuk tetap berada didadaku.
Aku tidak bisa bernafas secara normal lagi. Mulutku terus terbuka agar udara bisa masuk ke dalam tubuhku. Dan sesekali mengernyit hidungku karena Jongdae suka sekali menggigit kulit tubuhku.
Tangan Jongdae masih terus mengelus sisi tubuhku dengan lihai. Halus sekali sentuhannya agar aku selalu terbuai.
Sentuhan tangannya disisi perut bersamaan dengan kurasakan kecupan bibirnya diperutku. Kepalanya sudah meluncur kebawah merasakan setiap bagian tubuhku.
Jongdae kau selalu pintar sekali membuatku bahagia.
"No no no Jongdae-ah hentikan.." Kataku gugup saat merasakan mulut Jongdae sudah berada didaerah kewanitaanku. Aku tidak sanggup membiarkan ini. Ini memalukan. Batinku.
Tapi Jongdae tidak mendengarkan ucapanku. Ya dia memang tidak pernah mendengarkan apapun dariku setiap melakukan sex denganku.
Jongdae mengangkat kaki kanan ku dan bibirnya menghisap sisi kewanitaanku dengan sangat menggoda sekali.
"Jongdae-ah~~~" aku mengerang nikmat sekali.
Cukup Jongdae jangan siksa aku lebih lama lagi dengan ciuman-ciuman mu ini. Aku menginginkanmu. sekarang.
Sebetulnya Jongdae sudah mengenal tubuhku dengan baik. Disaat dia tidak berhasil dengan payudaraku, daerah kewanitaanku lah menjadi target terakhirnya.
Aku memejamkan kedua mataku saat merasakan cairan keluar dari kewanitaanku. Aku malu sekali karena Jongdae sedang berada disana.
"Kau sudah siap Suri.. Aku menginginkanmu sekarang"
Aku melihat wajah Jongdae saat mengatakan itu. Wajahnya keras sekali dengan rambut yang sudah acak-acakan sampai menutupi matanya.
"Please.." Aku memohon menatap matanya. Aku sudah tidak tahan lagi menahan nafsu ini yang semakin membesar. Dan di matamu juga terlihat sama apa yang aku inginkan.
Jongdae mengangkat kedua kaki ku dan menyusupkan tubuhnya diantara keduanya. Akhirnya ia menyatukan tubuh kami kedalam gelombang nikmat yang begitu membakar tubuhku hebat sekali.
Jongdae masih berada dibahuku dengan nafas yang tersengal-sengal. Tubuhnya masih berada di dalam tubuhku. Ku turunkan kakiku dan memeluknya erat.
**
"Bagaimana kabarmu Jongdae-ah?" Tanyaku sambil mengelus punggung Jongdae yang basah oleh keringat diatas tubuhku.
Aku mendengar Jongdae mendenguskan tawanya di telingaku. Aku menarik sudut bibirku.
Jongdae mengecup bahuku sebelum ia mengangkat kepalanya dan menahan badannya dengan kedua sikunya agar wajah nya tetap berada diatas wajahku.
Tanganku merapikan rambutnya yang acak-acakan agar aku bisa memandang matanya.
"Rambutmu sudah sangat panjang" ujar ku menggenggam sejumput poninya.
Jongdae mengatur nafasnya dan berkata sambil tersenyum menatapku "selamat datang di Korea lagi, Suri-chan.."
Aku memberikan senyuman terlebarku padanya.
Kami berdua saling menatap dan tersenyum lama sekali. Sampai suara ponsel Jongdae mengganggu kami.
"Aakh~" aku mengerang pelan saat Jongdae mengeluarkan miliknya dari tubuhku.
Tangannya segera meraih ponselnya yang berada di bawah ranjang.
"Ya Xiumin hyung ada apa?" Jawabnya.
Ternyata Xiumin oppa yang mengganggu kami.
Aku menarik selimut dan membenarkan tidurku sambil tetap mendengarkan Jongdae menjawab telepon.
"Aku tidak bisa ikut after party EXO bersama kalian, maafkan aku.." Ucapnya meminta maaf pada Xiumin Hyung.
"Ya?" Jongdae berbalik menatapku tersenyum masih sambil menempelkan ponselnya di telinga.
"Iya, Suri-chan sedang bersamaku.. Tadi pagi ia berangkat dari Jepang. Iya Hyung.. Akan kusampaikan salam mu padanya" Jongdae menutup telepon nya.
Jongdae membalikkan badannya dan menatap wajahku.
"Tidurlah sayang.. Kau pasti sangat lelah" Jongdae mencium keningku dan membenarkan selimutku sebelum aku dipeluknya.
***
Kubuka mataku perlahan mendengar suara bel pintu apartemenku berbunyi. Rasanya malas sekali aku bangun dari tempat tidur ini.
Kuraba-raba tangan kiriku. Sudah tidak ada tubuh Jongdae disana. Apa ini sudah pagi? Sepertinya dia sudah pergi syuting lagi.
Ting Tong... Ting Tong..
Orang diluar tidak sabar sekali. Keluhku sambil membangunkan tubuhku dari tempat tidur.
Kubalutkan saja selimut putih ini untuk menutupi tubuhku yang tidak mengenakan apa-apa, toh orang diluar tidak akan melihatku.
"Siapa?" Tanya ku pada intercome tanpa menyalakan layarnya.
"Suri noona!!"
Terdenger suara teriakan yang kukenal memanggil namaku. Langsung kunyalakan layar dan terlihat disana wajah Kyungsoo sedang menyengir lebar.
"Kyungsoo-yaa!!!" Pekikku girang pada adik tiri ku yang tinggal di Seoul.
"Tunggu sebentar! Aku ganti pakaian dulu! Jamkkanmanyo!" Perintahku pada Kyungsoo. Tidak mungkin kan aku membiarkan adik tiriku melihat aku yang hanya dibalut oleh selimut saja.
Buru-buru aku ke kamar lagi untuk berganti pakaian. Tapi langkah kakiku terhenti saat mendengar nama EXO dari televisi yang sepertinya tadi dinyalakan oleh Jongdae.
Aku melihat wajah Jongdae yang tersenyum saat pembawa acara itu bertanya kepadanya.
"Apa kau saat ini mempunyai kekasih? Bukannya agensi kalian tidak melarang untuk mempunyai kekasih kan?"
Jongdae masih tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak punya kekasih. Aku masih fokus dengan karirku.."
Aku mendenguskan tawaku. Dasar penipu.. Bintang terkenal memang ahli sekali dalam menipu kehidupan pribadinya.
Aku melangkahkan kakiku lagi kedalam kamar. Kasihan diluar Kyungsoo menunggu lama.
Setelah berganti pakaian, terdengar suara ponsel ku berbunyi. Kulihat dilayar ponsel tertera nama penipu tadi meneleponku.
"Yeoboseyo~" Jawabku tersenyum girang sambil membukakan pintu untuk Kyungsoo.
"Apa kekasihku sudah bangun dari tidur nyenyaknya?"
"Ne.." Jawabku mengangguk. Sepertinya Jongdae sudah selesai syuting acara interviewnya.
The End.
Hehehhehe Chen's story selesai!
Udah part 7 semua cast udah muncul semua kaaann?? Jadi next story udah tau clue ceritanya bakalan kayak mana! Kkkkk
Next: Chanyeol's Story