home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802171 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 9 : CRY IN YOUR ARM

Ji Yoon tiba di flatnya sedikit terlambat dari jam kepulangannya yang biasa. Setelah menutup pintu flat dan melepas baju hangatnya, ia segera masuk ke kamar dan menggantungkan dua pakaian yang dibawanya dari tempat kerja didalam lemari. Ji Yoon meraih handuk putihnya dan masuk ke kamar mandi. Mandi adalah solusi untuk menghilangkan rasa lelahnya saat ini.

Setelah berganti pakaian dengan piyama biru, ia menyeduh coklat panas untuk dinikmati sendiri. Udara dingin diluar membuatnya sedikit menggigil karena ia membiarkan pintu menuju balkon terbuka. Ia duduk meringkuk dengan kaki diangkat keatas bangku dan kepalanya disandarkan ke lengannya yang bertumpu pada sandaran tempat duduk itu. Pandangannya menerawang jauh menembus kegelapan malam. Mencoba menebak, sedang apa orang-orang yang dikenalnya di Seoul. Apa mereka sedang makan malam dengan keluarga? Atau sedang berbincang hangat di ruang tamu?

Perlahan airmata Ji Yoon menetes. Hatinya perih mengingat ia tidak pernah merasakan hangatnya dekapan keluarga. Makan malam bersama? Kapan terakhir kali ia makanmalam di meja makan? Hal itu bahkan tidak pernah terjadi sejak ayahnya pergi. Ibunya tidak pernah makan malam dirumah. Berbicara hangat dengan keluarga? Kapan terakhir kali ia ngobrol dengan ibunya tanpa harus mengungkit soal pekerjaan? Sepertinya ibunya tidak pernah menanyakan tentang kehidupannya diluar. Terakhir kali ibunya membicarakan hal lain selain butik adalah saat ia mendengar tentang pertunangan itu.

Ji Yoon menyeka airmatanya yang semakin membanjiri pipinya. Ia melangkah menuju balkon dan berdiri disana. Rambutnya yang tergerai ditiup angin malam. Hidung dan telinganya terasa beku. Tetapi air matanya masih terus mengalir. Dadanya sesak karna harus menahan isak tangisnya supaya tidak keluar dari mulutnya.

“Appa... kau senang melihatku menderita seperti ini kan? Kau bahagia kan sekarang melihatku menangis seperti ini?”

Isaknya lirih. Tangisnya pecah dan tak tertahankan lagi.

“Eomma... kau juga senangkan karna telah menghancurkan hatiku? Apa kalian menyesal telah membuatku terlahir ke dunia yang menyakitkan ini? Aku juga tidak minta dilahirkan dan mendapati keadaan seperti ini.”

Ji Yoon menumpahkan semua sakit dan amarah dihatinya untuk pertama kalinya malam ini. Ia tidak pernah terlihat serapuh ini sebelumnya. Ia bahkan harus berpegangan pada terali besi pembatas balkon untuk menahan berat tubuhnya. Ia menangis dalam kesendiriannya lagi. Selalu seperti ini.

~~~~~*~~~~~

Taemin sedang bersiap-siap untuk berangkat rapat saat pelayang datang mengantarkan sarapannya. Ia segera duduk dan menikmati sarapan paginya. Kemudian ia menyempatkan diri untuk melihat berita di koran yang terbit hari ini. Ia hanya membolak-balik halaman koran karena tidak menemukan hal yang menarik disana. Kemudian ia melipat kembali koran itu dan meletakkannya asal diatas meja. Saat ia meraih gelas tehnya, pandangannya tertuju pada halaman paling belakang koran.

Ia meraih kembali koran itu dan membaca judulnya, ‘Desainer Muda Berbakat yang Mencuri Perhatian Haru Kagami’. Tidak, ia tidak tertarik pada judulnya itu. Ia hanya tertarik pada gambar desainer muda yang diberitakan. Matanya langsung bergerak mencari nama desainer muda itu. Im Ji Yoon. Tak salah lagi. Yeoja itu ada disini. Sebuah senyuman langsung terkembang di wajah Taemin. Ia segera menghubungi sekretarisnya dan memintanya mencari tahu alamat Ji yoon. Tentu saja dengan alasan, gadis itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di masa lalu padanya. Sekretarisnya langsung menyanggupi permintaannya.

“Gotcha....” ujarnya sambil menopangkan dagunya pada ke dua tangannya yang terjalin.

~~~~~*~~~~~~

“Ini... kita perlu menunjukkan detail bordiran yang ada disini...”

Ji Yoon menjuntaikan gaun yang sedang dipakai model dan memperbaiki letaknya. Kemudian iya mengangguk kepada photografer sambil menyingkir dari tempat pemotretan itu. Dieratkannya baju hangatnya dan meneguk coklat hangat yang disediakan oleh staff lainnya.

Hari ini Ji Yoon hanya perlu membantu proses pemotretan dan memastikan semua gambar baju yang akan di muat di majalah selesai di potret hari ini juga. Sudah 3 jam berlalu dan masih ada beberapa baju lagi yang harus di foto. Sesekali Ji Yoon duduk dan meregangkan kakinya yang terasa pegal.

“Ohayoouu...”

Semua orang diruangan itu menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang wanita dengan dandanan nyentrik masuk ke dalam ruangan dengan begitu bersemangat sambil melambai-lambaikan tangan. Kemudian disusul dengan pria yang memiliki ekspresi yang sangat jauh berbeda dengan wanita itu. Pria itu berjalan dengan begitu coolnya dengan tangan disakukan ke kantong celananya.

Ji Yoon menghembuskan nafas.

 ‘Pria ini lagi...’ keluhnya.

“Mana bajuku?”

Pria itu langsung berhenti dihadapan Ji Yoon.

“Apa?” Ji yoon harus mendongak untuk melihat wajah pemilik badan tinggi menjulang itu.

“Baju yang akan ku pakai untuk pemotretan ini...” jelasnya lagi.

“Anda ikut pemotretan? Bukannya hanya ada 6 model? Dan mereka sudah mulai pemotretan dari tadi.”

“Aku ini model khusus. Mana bajunya?”

“Tidak tahu.”

“Apa gunanya kau disini?” ucap pria itu sambil berkacak pinggang.

“Saya hanya mengawasii pemotretan ini berjalan dengan lancar.”

“Oh, begitu. Berarti kalau hari ini aku kacaukan, kau yang harus bertanggung jawab kan? Oke...” pria itu berbalik.

“Yak! Apa yang mau anda lakukan?” Ji Yoon mencekal tangan pria itu.

“Tidak ada, aku hanya sedang menggodamu. Mana bajuku? Cepat.... Aku masih ada jadwal lain.”

“Saya benar-benar tidak tahu...” geleng Ji Yoon.

“Kalau begitu berikan aku baju yang kau ambil kemarin.”

“Sudah saya bawa pulang. Lagipula saya kan sudah bilang, itu bukan baju yang bisa anda pakai.”

“Sombong sekali kau... Kau tidak tahu dia ini siapa? Artis papan atas Jepang. Bahkan banyak sekali desainer yang ingin menjadikannya model mereka.”

Tiba-tiba wanita berpakaian nyentrik itu sudah berdiri disamping pria itu dan memandang remeh padanya. Ji Yoon hanya bisa mengernyitkan keningnya, tidak paham dengan apa yang dikatakan wanita itu.

“Dia ini Hasegawa Rio...” jelas wanita itu lagi. “Dan aku manajernya..”

Ji Yoon yang tertawa sambil menggelengkan kepalanya membuat wanita itu mendelik kesal.

“Kenapa kau tertawa?” bentaknya.

“Gomen.. Tapi saya sama sekali tidak tahu kalau di sini ada artis yang bernama Hasegawa Rio.” ujarnya sambil berlalu.

“Sombong sekali. Aishhh...” Wanita itu menatap sinis Ji Yoon yang kembali sibuk dengan kegiatannya.

“Sudahlah. Dia kan bukan orang Jepang. Lagipula, untuk apa kau mengatakan itu padanya? Kau menjatuhkan pasaranku karna membongkar identitasku pada orang yang tidak mengenalku. Ahh...”

Rio mengibaskan tangannya dan segera menemui hair stylist untuk memperbaiki rambutnya.

~~~~~*~~~~~

“Maaf... apa anda mengenal orang ini?”

Gi Kwang yang berdiri di depan meja resepsionis menunjukkan foto Ji Yoon di ponselnya. Si resepsionis yang tidak mengerti kalimat Gi Kwang hanya menatapnya bingung.

“Biar aku saja.” Min Hee menggeser sedikit badan Gi Kwang untuk memberinya ruang.

“Sumimasen... gadis di foto ini, apa anda mengenalnya?”

Gi Kwang langsung menoleh pada Minho saat mendengar Min Hee berbicara bahasa jepang dengan lancar. Minho langsung berakting memperbaik kerah kemejanya, seperti menyombongkan kebolehan adiknya.

“Makanya aku rela mengajaknya kesini. Karena dia ada gunanya.” Bisiknya pada Gi Kwang.

“Oppa... Aku mendengarnya...” sela Min Hee dengan suara kesal.

“Hahaha... Oppa bercanda saeng...” Minho langsung mengelus kepala Min Hee untuk menenangkannya.

“Ah, gomenasai...” Min Hee yang sadar sudah mengacuhkan resepsionis itu segera meminta maaf. “Apa anda mengenal atau pernah melihatnya di gedung ini?”

“Ji Yoon-san?” ucap resepsionis itu ragu.

“Ya... benar sekali...” Minho terlihat senang.

“Tanya padanya, sekarang dia ada disini tidak? Kita bisa bertemu dengannya tidak? Kalau dia sedang keluar apa kita bisa meminta alamatnya?” Gi Kwang yang terlalu senang juga ikut buka suara.

“Yak! Tanya saja sendiri.” Min Hee mendecak kesal. “Kau tidak bisa memintaku menanyakannya satu persatu? Aku tahu apa yang harus kutanya.”

“Kau sih, memberi pertanyaan seperti kereta api..” Minho ikut menceramahinya.

“Mian... Aku hanya sedang bersemangat.” Gi Kwang terdiam sambil cemberut.

“Kami temannya. Apa kami bisa menemuinya sekarang?” tanya Min Hee lagi.

“Maaf, dia sedang ada pekerjaan diluar.”

“Apa kami bisa meminta alamatnya?”

“Maaf, kami tidak bisa memberi alamat pegawai disini ke sembarangan orang.”

“Oh, maaf. Kalau begitu kami permisi. Arigatou gozaimasu...” Min Hee membungkuk pada resepsionis itu diikuti dengan Minho dan Gi Kwang.

Mereka mengikuti langkah Min Hee keluar gedung.

“Kenapa kita keluar?” tanya Minho.

“Dia tidak ada di dalam. Sedang ada pekerjaan.” Jelas Min Hee.

“Apa dia memberikan alamatnya?” cecar Minho lagi.

“Dia tidak bisa memberikan alamat ke orang luar.”

“Yak! Terus untuk apa kita membungkuk padanya tadi? Aishhh..” keluh Gi Kwang.

“Yak! Dimana sopan santunmu? Memangnya kau hanya akan memberi salam pada orang yang memberikan keinginanmu?” Minho memukul kepala Gi Kwang dan membuat namja itu meringis.

“Jadi kita akan mencarinya kemana sekarang?” keluh Gi Kwang.

“Oppa, kita belanja saja, kajja...”

Min Hee langsung menarik tangan Minho dan membawanya pergi. Gi Kwang yang melihat kejadian itu hanya bisa melihat tangannya sendiri yang tidak ikut di gandeng yeoja itu dan mendesah kecewa.

“Harusnya dia meraih tanganku juga...”

~~~~~*~~~~~

Ji Yoon meneguk kopi yang baru dibelinya sambil berjalan pulang. Flatnya sudah terlihat di kejauhan. Ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku coat untuk menghangatkannya. Di hadapannya ia melihat seorang pria sedang melambaikan tangan pada wanita yang baru saja masuk kedalam mobil putih yang langsung melaju.

Punggung itu, sepertinya ia mengenali punggung pria itu. Pria itu berbalik dan melihat kearahnya. Tangan Ji Yoon bergetar dan cup kopinya terjatuh ke tanah. Pria itu menatapnya sebentar.

“Apa nona baik-baik saja?”

Ji Yoon hanya terdiam dan masih menatap tak percaya pada orang di depannya.

“Apa nona mengenal saya?”

Ji Yoon hanya menggeleng. Kemudian pria itu membuka pintu mobilnya dan segera pergi. Ji Yoon melangkahkan kakinya susah payah karna seluruh tubuhnya bergetar. Airmatanya menetes dan ia segera menutup mulutnya untuk mencegah suara isakannya terdengar. Tangisnya akhirnya pecah di jalanan yang sepi itu.

“Appa... Kau benar-benar melupakanku?” isaknya sedih.

Ia menghapus kasar pipinya yang basah, tapi langsung digantikan airmata nya yang meluncur kembali.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur menyentuh pundaknya dan membalikkan badan Ji Yoon untuk menghadap kearah orang itu. Sebelum Ji yoon bisa melihat pemilik tangan itu, orang itu sudah mendekapnya erat.

“Kenapa kita harus bertemu setiap kau menangis seperti ini?”

“Taemin-ah...” Ji yoon mengenali suara namja itu.

“Wae? Kenapa kau harus selalu menyimpan kesedihanmu sendiri?”

Ji Yoon hanya menggeleng dan merebahkan kepalanya di dada namja itu.

“Menangis saja. Tidak apa-apa. Asal tidak kau pendam sendiri.”

Taemin mengelus rambut Ji Yoon dan mencium puncak kepala yeoja itu.

 

TBC

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK