Derap langkah Ji Yoon yang sedang mendorong rak beroda tempat gantungan pakaian terdengar menggema di lorong gedung yang lumayan panjang itu. Sebelum ia mencapai ujung lorong, ia berhenti dan membuka pintu yang ada disebelah kanannya dan membelokkan rak itu kedalam ruangan, lalu menutup kembali pintu. Kemudian raknya diletakkan sejajar dengan rak-rak lainnya. Dengan perasaan puas, dia mengamati seisi ruangan itu dan kemudian menghela nafas.
Suara pintu terbuka mengagetkan Ji Yoon. Segera ia berbalik dan melihat seorang pria sedang berdiri di hadapannya dan masih memegangi gagang pintu.
“Oh, ada orang disini rupanya.” ujar pria itu. Dia bergerak mendekati rak-rak yang ada di dekat Ji Yoon dan memilih-milih baju.
“Maaf, apa yang sedang anda lakukan?” Ji Yoon penasaran dengan tingkah pria itu. ‘apa ia desainer disini juga?’
“Tentu saja sedang memilih baju. Apalagi?” jawab pria itu dengan wajah dingin. Kemudian tangannya bergerak menarik setelan pakaian yang membuatnya tertarik.
“Memilih baju untuk apa?”
“Nona, kau tidak tahu aku siapa?”
“Hah? Memangnya anda siapa?” Ji Yoon sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
“Kau benar-benar tidak tertolong. Sudah, tutup kembali pintunya nanti.” perintah pria itu sembari berbalik pergi dengan pakaian ditangannya.
“Ah, maaf.. tapi pakaian itu bukan untuk anda.” Ji Yoon menghalangi jalan pria itu.
“Berani sekali kau. Baju ini sudah ada di tanganku. Aku hanya perlu memakainya, mengerti?!”
“Maaf, tapi itu baju desain saya. Dan tidak untuk dipakai orang lain. Aku hanya menggantungkannya sebentar di rak, lalu akan membawanya pulang nanti.” Jelas Ji Yoon.
“Hah... lalu apa hubungannya denganku? Kau bekerja di bawah ibuku, apa hak mu melarangku memakai baju ini?”
“Anda anak Kagami-sama?” Ji Yoon terlihat kaget.
“Benar. Ternyata kau cukup pintar. Menyingkir dari jalanku.”
“Meskipun begitu, aku tidak akan memberikan pakaian itu. Aku akan memberikannya pada seseorang.” Ji Yoon bersikukuh dan memegangi pakaian itu erat-erat.
“Kau keras kepala sekali. Apa kau mau kulaporkan kepada okasan?” ancam pria itu.
Ji Yoon menggeleng tapi tetap memegang erat pakaian itu. Pria itu menatapnya tajam dan menundukkan kepalanya untuk mensejajarkan pandangan dengan Ji Yoon. Ji Yoon tetap menatap pria itu dengan wajah datar. Pria itu mendekatkan wajahnya dan membuat Ji Yoon kesal.
“Ya! Apa yang kau lakukan?” Ji Yoon melayangkan satu jitakan ke kepala pria itu dan membuat orang yang dihadapannya meringis kesakitan.
“Eishh, kau tidak bisa diajak bercanda.” Pria itu mengelus kepalanya yang sakit.
“Aku benar-benar tidak bisa memberikan pakaian ini untuk anda pakai.”
“Ya ya, kau sudah mengatakannya berulang kali. Baiklah, aku akan mengembalikan ini dan mencari pakaian lain.”
Pria itu melepaskan pegangannya dan memberikan pakaian itu pada Ji Yoon. Kemudian ia kembali memilih pakaian, dan langsung menarik satu pakaian yang disukainya.
“Maaf, tapi yang itu juga tidak bisa.”
“Ini milikmu juga?” pria itu terlihat putus asa.
“Benar.”
“Apa-apaan ini? Kenapa semua baju yang kusuka milikmu?” ujarnya kesal.
“Hanya ini dan baju yang ada ditangan anda.” Jelas Ji Yoon.
“Tapi aku menyukai ini dan itu.” pria itu tak mau kalah.
“Silahkan anda pilih lagi.” Ji Yoon mengambil pakaian ditangan pria itu dan menyimpannya di lemari lain.
“Kalau begini ceritanya aku bisa terlambat...” keluh pria itu.
“Memangnya anda mau pergi ke acara apa? Akan saya bantu carikan yang sesuai.”
“Aku mau kencan rahasia dengan orang yang kusukai. Aku tidak ingin jadi headline di majalah besok kalau sampai ketahuan.”
“Haha... memangnya anda artis? Harus kencan rahasia...” ejek Ji Yoon dengan tawa datar sementara ia mulai mencari pakaian yang sesuai dengan pria itu.
“Kau ini datang dari planet mana? Kau tidak mengenal artis setenar aku?” pria itu bekacak pinggang dan menatap aneh Ji Yoon.
“Maaf, tapi aku benar-benar tidak tahu anda siapa.” Ji Yoon mengambil pakaian semi formal kombinasi putih dan hitam lalu menyodorkannya pada pria itu.
Bisa dipakai untuk makan di restoran terkenal sekalipun, atau untuk dipakai acara santai. Tak akan ada yang mengejek pakaian sebagus itu.
“Wah, selera alien sepertimu lumayan juga...”
“Anda sedang memuji atau mengejek saya?”
“Dua-duanya milikmu. Sankyu ne...” pria itu berbalik dan pergi.
Ji Yoon menghela nafas dan geleng-geleng kepala. Bahkan pria yang tidak mengenalnya itu berbicara informal dengannya. Benar-benar tipe artis yang seenaknya sendiri. Artis? Benarkah pria itu artis? Dan ia anak Kagami-sama? Benar-benar fakta yang mengejutkan, Kagami-sama memiliki anak seperti itu.
~~~~~*~~~~~
Minho dan Gi Kwang mendorong troli masing-masing yang berisi beberapa koper di atasnya. Sementara dipunggung masing-masing juga ada ransel yang berukuran sedang, cocok dipakai untuk jalan-jalan. Sementara dibelakang mereka, seorang yeoja juga sedang mendorong trolinya dengan sedikit kesulitan.
“Min Hee-ya, kenapa kau lambat sekali?”Minho memandang kebelakang .
Gi Kwang menghentikan langkahnya dan menunggu yeodongsaeng Minho itu. Sementara Minho hanya mengawasi keduanya sambil mencibir dalam hati.
“Kenapa tidak kau dorong saja trolinya sekalian? Ejek Minho.
“Oppa... Kau benar-benar tidak berperasaan. Bagaimana bisa kau membiarkanku mendorong koper ini sendirian..” wajah Min Hee memerah karena kesal pada Minho.
“Oppa juga punya barang bawaan juga...” elak Minho.
Gi Kwang yang hanya membawa dua koper kemudian memindahkan koper Min Hee ke trolinya dan mendorongnya. Min Hee berjalan dibelakangnya.
“Kau mau jadi asistenku dengan berdiri dibelakang?” ujar Gi Kwang.
Min Hee segera berjalan disamping Gi Kwang dan menyamai langkah namja itu.
“Gomawo...” ujarnya pelan.
“Ini bukan apa-apa.” Jawab Gi Kwang cepat. Keduanya kemudian terdiam dan asik dengan pikiran masing-masing.
Minho yang sudah berdiri di samping mobil jemputan mereka duluan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan memutar bola mata melihat drama dihadapannya.
“Yak! Ppali...!!” teriaknya. Dan seperti mendengar teriakan ‘CUT’ dari sutradara, keduanya kembali ke dunia nyata dan berjalan cepat menghampiri Minho.
“Kalian ini kenapa jadi canggung begini? Aku tidak mau dianggap pihak ketiga disini. Aku pemeran utamanya.” Cecar Minho dan membuat keduanya mengernyit bingung.
“Omo.. lihat ekspresi kalian berdua. Persis sekali. Ckck...”
Minho segera masuk ke samping bangku kemudi dan sengaja membiarkan keduanya duduk bersebelahan di bangku belakang. Sementara sopir yang menjemput mereka memasukkan barang ke bagasi, dan bergegas masuk ke mobil.
“Langsung ke apartemen anda, tuan muda?” tanya sopir itu.
“Ya, kami akan beristirahat sebentar.” jawab Minho dan menyandarkan kepalanya untuk tidur.
Mobil berjalan perlahan meninggalkan parkiran bandara. Gi Kwang dan Min Hee duduk bersebelahan dengan canggung. Semenjak putus, baru kali ini mereka duduk bersebelahan lagi seperti ini. Biasanya mereka hanya bertemu pandang dan langsung mencari kesibukan masing-masing saat bertemu di pesta atau acara yang mempertemukan keduanya. Dan Minho memperparah kecanggungan itu dengan memilih tidur.
Gi Kwang kemudian memilih untuk menikmati pemandangan diluar jendela mobil. Sementara Min Hee yang memperhatikannya lewat ekor matanya kemudian mengambil earphonenya dan memutar lagu dari ponselnya. Gi Kwang menghela nafas karena ia tidak perlu mencari topik bahasan.
~~~~~*~~~~~
Taemin melepas earphone nya dan melangkah keluar dari mobil sesaat setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan lobi hotel. Kemudian petugas hotel langsung bergerak mengangkut barang-barangnya dan mengikutinya masuk ke hotel. Resepsionis hotel itu langsung berdiri dan membungkuk padanya.
“Selamat datang kembali, tuan. Ini kartu kamar anda.”
Taemin meraih kartu itu dan mengucapkan terimakasih. Kemudian ia bergerak menuju lift, sebelum ia menekan tombol lift, pelayan tadi sudah mendahuluinya. Tidak membiarkan tuan muda pemilik hotel itu melakukannya sendiri, meskipun itu hanya menekan tombol lift.
Taemin masuk kedalam lift disusul pelayan dan langsung berdiri di dekat tombol lift.
“Anda tidak perlu berlebihan seperti itu...” ujar Taemin.
“Maaf, tuan. Ini sudah menjadi tugas saya.”
Taemin menunggu kira-kira 2 menit untuk sampai di lantai tempat kamarnya berada. Pintu lift terbuka dan Taemin berjalan keluar. Ia hapal tempat kamarnya berada, karena itu adalah kamar pribadinya yang tidak disewakan pada siapapun. Posisinya sebagai pewaris tunggal hotel besar itu membuatnya mampu melakukan itu. Setelah pelayan itu pamit undur diri, Taemin langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang king size nya.
Besok ia akan mengikuti rapat yang harus diikutinya. Rapat yang akan membahas tentang perkembangan pendapatan hotel dalam setahun ini dan tentang perluasan bisnis yang mencakup beberapa resort di tempat-tempat wisata elit Jepang. Taemin yang sebenarnya sudah dibekali pengetahuan bisnis sejak ia berada di bangku sekolah menengah pertama membuatnya mampu melakukan hal-hal dalam bisnis dengan sukses. Tentu saja dibantu oleh orang-orang kepercayaan mendiang orang tuanya yang selalu ada di sampingnya mendukungnya. Taemin memutuskan untuk beristirahat dan melupakan semau itu untuk sebentar saja.
~~~~~*~~~~~
Ji Yoon mengunci ruangan tempat pakaian-pakaian disimpan dan berjalan menuju pintu keluar dengan dua setelan pakaian ditangannya. Pakaian hasil desainnya dulu. Sudah menjadi pakaian seutuhnya dan hanya perlu membawanya pulang.
“Ji Yoon-san...”
Ji Yoon berhenti saat mendengar namanya dipanggil.
“Oh, Yuka-san... ada apa?”
“Kagami-sama sedang bersiap-siap untuk di wawancarai salah satu stasiun TV. Kagami-sama memintamu menemuinya.”
“Dimana?”
“Di ruang tamu lantai dua. Aku akan pulang sekarang. Yoon-san, ganbatte ne...”
“ooo... arigatou...”
Yuka tersenyum dan melambai sebelum keluar dari gedung itu. Ji Yoon kembali menaiki tangga menuju ruangan yang dimaksud Yuka tadi.
Pintu terlihat terbuka, dan ada beberapa orang disana sibuk dengan peralatan shooting.
“Ji Yoon, kemari...” Kagami memanggilnya untuk mendekat.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Tentu saja. Kau harus berada di sampingku selama wawancara, dan membantuku menunjukkan hasil rancangan perusaan kita.”
“Saya?” Ji Yoon terlihat terkejut.
“Ya, tentu saja. Aku menyerahkannya padamu. Oke...”
Kagami segera duduk dan menyuruh Ji Yoon untuk sedikit memperbaiki penampilannya. Ji Yoon ikut di dandani. Kemudian ia berdiri dekat manekin-manekin yang sudah diletakkan di samping Kagami. Sesi wawancara berlangsung dan Ji Yoon belum disorot sedikitpun. Baru setelah mereka diminta menunjukkan koleksi musim dingin mereka, Ji Yoon diminta Kagami untuk menjelaskan detail pakaian. Ji Yoon yang sebelumnya banyak bertanya pada para desainer tentu saja mengetahui semua detailnya diluar kepala. Kemudian dengan lancar ia menjelaskan semua detail pakaian. Tak lupa ia memberitahu pada saat kapan pakaian itu cocok digunakan, dan apa saja yang cocok di pasangkan dengan pakaian itu dari rambut sampai kaki. Kagami terlihat tersenyum puas dengan penjelasan Ji yoon.
“Kagami-sama... Apa ada yang ingin anda tambahkan?” ujar pembawa acara.
“Tidak...” Kagami tersenyum lebar. “Ia sudah melakukannya dengan baik, dan menjelaskannya dengan rinci. Semuanya sudah di jelaskan olehnya.”
Ji Yoon tersenyum dan menghela nafasnya diam-diam.
~~~~~*~~~~~
Gi Kwang memperhatikan dari pantry, Min Hee yang duduk di sofa sambil menonton acara televisi. Yeoja itu sibuk mengganti-ganti channel dan mencari siaran yang disukainya.
“Wah, Haru Kagami...” pekiknya senang. “Koleksi musim dingin ya? Kawaiii...” ujarnya tanpa menyadari keberadaan Gi Kwang dibelakang sana.
Gi Kwang hanya menggelengkan kepala dan melirik penasaran siaran televisi yang membuat yeoja itu kegirangan.
“OOO.... Ji Yoon-ie???” Gi Kwang langsung melompat dari bangku nya dan bergegas duduk di sofa yang sama dengan Min Hee.
Min Hee yang terkejut hanya bisa menatapnya dengan kerutan di dahi.
“Min Hee-ya, Minho dimana?”
“Di kamarnya...”
“Tolong panggilkan dia.. Ppali...”
“De...”
Min Hee berlari memanggil oppanya.
“Ada apa?”
Minho keluar dengan malas.
“Minho-ya... cepat kemariii...!!! Ji Yoon-ie... dia ada di sini..”
“Dimana?”
Minho mengedarkan pandangan dan tidak mendapati keberadaan Ji Yoon disana.
“Pabo.. dia sedang ada di TV. Ppaliiii.....!!”
Minho buru-buru meloncat ke sofa dan ikut melihat siaran TV.
“Benar... ya! Ji Yoon-ie, keluar kau dari situ... apa yang kau lakukan di dalam?” teriak minho ribut.
“Aishhhh... kau sudah gila? Memangnya dia masuk ke telivisi itu?” Gi Kwang memukul Minho dengan bantal sofa.
Min Hee hanya memandangi keduanya dan tidak berminat lagi dengan siaran TV di hadapannya. Dia hanya berusaha menebak siapa Ji Yoon Ji Yoon yang mereka sebut-sebut itu. Kenapa dia bisa membuat kedua namja disampingnya itu histeris. Artiskah? Tapi oppanya bukan orang yang begitu menggilai artis. Dan Gi Kwang, sejak kapan namja itu tertarik dengan dunia entertain?
“Kita berhasilll....” keduanya berhigh five ria sambil meloncat-loncat kegirangan.
“Tapi itu tempatnya dimana?” potong Minho.
Keduanya langsung menatap Min Hee. Min Hee segera mengalihkan pandangannya dan pura-pura tidak tahu.
“Ah, aku mengantukk.. Hoamm...” Yeoja itu berdiri dan langsung ditarik Minho.
“Kau mau lari kemana? Katakan dimana itu, atau kau tidak dapat jatah belanja selama disini.” ancamnya.
~~~~~*~~~~~