home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802171 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 10 : THAT KISS !!!

“Kau tidak mau masuk dulu?”

Ji Yoon merogoh tasnya untuk mencari kunci flatnya.

“Apa aku di ijinkan?” jawab Taemin dengan wajah yang masih terlihat khawatir.

“Tentu saja. Kau sudah melihatku menangis tadi. Jadi aku akan memberimu coklat hangat, supaya kau tidak membocorkannya pada orang-orang.”

Ji Yoon masuk lebih dulu dan melepas sepatunya, kemudian meletakkan coatnya ke gantungan yang biasa.

“Kau tidak akan meracuni aku kan?” ujar Taemin yang mengekor dibelakangnya.

“Kalau aku ingin menyingkirkanmu, sudah kulakuan dari dulu. Kau mengganggu ku sejak awal masuk kuliah.”keluh Ji Yoon sambil membuat dua gelas coklat hangat.

Taemin duduk sambil tersenyum mendengar ucapan yeoja itu.

“Bukan aku yang mengganggumu. Tapi sikapmu yang membuatku harus melakukannya.”

“Waeyo? Apa aku pernah mengganggumu?” Ji Yoon meletakkan gelas dihadapan Taemin dan mengambil tempat duduk untuknya, berhadapan dengan Taemin.

“Aniyo, hanya saja....” Taemin tidak jadi melanjutkan kalimatnya. “Yang tadi itu siapa? Orang yang membuatmu seperti itu?”

“Ah, itu... orang dari masa lalu.” Jawab Ji Yoon dengan suara lirih.

“Appa mu?”

“Hmmm... kau benar.”

Taemin menyadari kalau Ji Yoon sepertinya tidak ingin membicarakan hal itu.

“Ah, kau akan tinggal berapa lama disini?” Taemin mengalihkan pembicaraan.

“Aku sudah punya pekerjaan disini. Sepertinya akan memakan waktu lama.”

“Kau tidak melanjutkan kuliahmu?”

“Aku sudah mengurus kepindahanku dari Seoul.”

“Tanpa sepengetahuan ibumu?”

Ji Yoon terdiam.

“Kau tidak mengkhawatirkan keadaan ibumu? Kau tidak penasaran bagaimana hidupnya sekarang?” cecar Taemin.

“Tentu saja dia baik-baik saja. Biasanya juga begitu.” tukas Ji Yoon datar.

“Kau menyimpulkannya sendiri?”

“Yak! Lee Taemin! Kau datang kesini hanya untuk memberitahu ku hal itu?” suara Ji Yoon meninggi.

“Ani... jangan salah paham. Aku hanya kasihan pada ibumu. Dia terlihat lebih kurus dan tidak merawat badannya. Sepertinya dia benar-benar terpukul dengan kepergianmu.”

“Hentikan. Aku sedang tidak ingin membahas ini.” Ji Yoon meletakkan gelasnya dengan kesal.

“Ji Yoon-ah, mian...”

“Kau bisa pergi setelah minumanmu habis.” tukas Ji Yoon sambil beranjak dari tempat duduknya.

“Minumanmu bagaimana?”

Ji Yoon tidak menjawab dan memilih mencari angin di balkon. Ia berdiri disana dengan memeluk dirinya sendiri untuk menghangatkan badan.

‘Ah, paboya... kenapa aku langsung mencecarnya dengan perkataan tadi? Padahal dia sudah lebih ramah dibandingkan saat di Seoul.’ Keluh Taemin dalam hati.

Ia memperhatikan Ji Yoon dari tempatnya duduk. Sepertinya ada beberapa hal yang berubah pada yeoja itu. Ji Yoon lebih terbuka pada Taemin dibandingkan sebelumnya. Taemin menyeruput minumannya sedikit demi sedikit supaya bisa lebih lama di flat Ji Yoon. Karna ia hanya memiliki minuman itu sebagai alasan untuk mengulur waktu. Taemin menggenggam gelasnya dan menyusul Ji Yoon ke balkon.

“Kau belum pergi?” Ji Yoon menoleh, suaranya sudah kembali seperti biasa.

“Belum. Coklatnya belum habis...” jawab Taemin sambil menggaruk tengkuknya.

“Kau sengaja meminumnya seperti itu? Rasanya tidak akan sama kalau sudah dingin.”

“Aku tahu. Tapi aku hanya bisa berharap pada segelas coklat ini...” ujar Taemin sambil meringis malu.

Ji Yoon kembali mengalihkan pandangannya ke langit malam yang begitu pekat.

“Ada urusan apa kau ke Jepang?” Ji Yoon mengubah topik pembicaraan.

“Ada urusan penting. Bisnis keluarga.”

“Orang tuamu ikut?”

Taemin terdiam sejenak.

“Tentu saja. Mereka selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Mereka selalu ada disini.”

Taemin menunjuk dadanya dan membuat Ji Yoon bingung. Kemudian kerutan di kening gadis itu segera berubah saat mengerti apa yang dimaksud Taemin.

“Mianheyo, aku benar-benar tidak bermaksud...” Ji Yoon menunduk menatap ujung kakinya, merasa bersalah.

“Gwaenchana... memang kau tidak tahu kan?!”

“Jadi, kau tinggal sendiri?”

“Sebenarnya aku sudah diangkat jadi anak oleh pamanku. Tapi aku tetap tinggal sendiri dirumah lama.”

“Kau diangkat jadi anak? Apa kau punya saudara?”

“Ada...” Taemin berpikir mungkin sebaiknya ia berterus terang saja sekarang.

“Kau mengenal mereka...”

“Mwo? Nugu?”

“Woo Bin hyung, Soo In noona, dan Jong In...”

“MWO??? Jong In-ssi? Ani, Kai-ssi? Kalian saudara?”

Mata Ji Yoon melotot maksimal.

“Sudah kuduga, responmu akan seperti ini.”

“Bagaimana bisa?” Ji Yoon menatapnya tak percaya.

“Mereka sepupuku yang menjadi saudara angkatku.”

“Woo Bin oppa?”

Ji Yoon tiba-tiba teringat sesuatu.

“Jadi waktu di cafe itu, aku benar-benar melihat kalian bertiga?”

“Ne..”

“Dan kau berusaha menutupinya?”

“Ne....”

“Dan Woo Bin oppa pernah bilang akan menjodohkanku dengan adik laki-lakinya.”

“Hyung mengatakannya?”

“Apa itu Kai?”

“Yak! Kau berharap akan ditunangkan dengannya?” sela Taemin kesal.

“Apa mungkin kau?” Ji Yoon menerka dengan ekspresi kalut.

“Ne... Kami berdua bersaing untuk jadi tunanganmu. Kau senang?” Taemin meletakkan gelasnya di atas tembok pembatas balkon.

“Andwae... Andwae...”

Ji Yoon menggelengkan kepala.

“Wae?” Taemin menatapnya heran.

“Ini tidak bisa terjadi. Aku bisa gila. Kalian berdua? Arggg... Michigo...”

Ji Yoon mengacak rambutnya frustasi dan masuk ke dalam dengan langkah lebar.

“Waeyo? Kau tidak akan menolaknya kan?” kejar Taemin.

“Yak! Lee Taemin! Kau gila? Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak pernah berpikiran untuk dijodohkan, tapi ini... dua calon tunangan yang bersaudara?? Kau masih waras?!!” umpatnya dengan kesal.

“Yak! Hyung yang melakukannya. Tentu saja aku tidak akan menolak, karna yeoja yang dimaksud adalah kau. Berapa kali lagi aku harus mengatakan padamu. Aku menyukaimu. Nan neol saranghae...” Taemin menahan tangan Ji Yoon.

“Neo jjeongmallll...!!” Ji Yoon menepis genggaman tangan Taemin.

“Aku tidak akan mundur. Meskipun aku harus bersaing dengan Kai. Kupastikan kau akan berada di pelukanku.”

“Yak! Kau gila?” Ji Yoon habis pikir.

“Geure, aku gila karna jatuh cinta padamu...”

Taemin menarik lengan Ji Yoon dan menghilangkan jarak diantara mereka. Ia menangkup wajah yeoja itu dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya. Semuanya terjadi begitu cepat. Mata Ji Yoon terbelalak saat menyadari sesuatu yang lembut dan lembab menempel dibibirnya. Lee Taemin. Namja itu menciumnya.

Ji Yoon berontak dengan memukul dada Taemin dan mendorong namja itu hingga badan namja itu menjauh. Ji Yoon menatap Taemin dengan pandangan nanar. Airmata sudah menumpuk di pelupuk matanya, siap untuk tumpah membasahi pipinya yang memerah.

“APA YANG KAU LAKUKAN?” teriak Ji Yoon sambil melap bibirnya kasar.

Airmatanya benar-benar jatuh. Taemin terpaku menatap yeoja itu menangis. Ia merasa menyesal karna menjadi penyebab yeoja itu menangis lagi.

“Ji Yoon-ah, mianhae... Itu semua benar-benar diluar kontrolku. Aku benar-benar tidak bisa menahan diri. Mianhae...”

“KELUAR! AKU BILANG KELUARRRR!!!!” teriak Ji Yoon sambil mendorong Taemin kearah pintu dan membukakan pintu flatnya.

“Ji Yoon-ah, Mianhae....” Taemin berdiri dengan wajah memelas di depan pintu flat yang langsung ditutup dengan kasar oleh Ji Yoon.

Taemin terpaku di tempat, menatap pintu yang tertutup dihadapannya. Ia bersandar ketembok disamping pintu dan mengacak rambutnya dengan kesal.

“Arrrrgggghhh..... Apa yang sudah kulakukan?” Ia memukulkan tangannya ke tembok dan menyandarkan kepalanya disana.

 

2 jam kemudian, Taemin beranjak dari depan flat Ji Yoon dengan langkah lesu. Ji Yoon benar-benar tidak memaafkannya. Ia sadar perbuatannya tadi pasti akan memperburuk keadaan. Diraihnya ponselnya dan dihubunginya supirnya yang menunggu di hotel untuk menjemputnya pulang. Ji Yoon terduduk di dekat pinggiran balkon dan memperhatikan Taemin dari sana. Jalanan dibawah memang terlihat jelas dari sana. Ia sudah tidak menangis lagi. Tapi wajahnya masih memerah karna malu. Ia masih terkejut dengan ciuman yang tiba-tiba itu.

“Micheotta...” keluhnya sambil memukul-mukulkan kepalanya pelan ke terali besi balkon.

~~~~~*~~~~~

TBC

 

Tinggalin jejak ya readers.. :)

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK