Pagi ini Ji Yoon datang lebih cepat dari biasanya untuk bekerja. Bukan karna ada jam kerja tambahan, hanya saja Ji Yoon tidak betah sendirian. Ia hanya akan teringat kembali ke kejadian semalam. Tentu saja hal itu sangat berbeda dengan dirinya yang biasa.
Ia mendorong pintu masuk dan meletakkan payungnya di tempat penyimpanan.
“JI YOON-ee...”
“Ommo!!! Mengagetkanku saja...”
Ji Yoon mengelus dada dan mengatur nafas, kemudian melihat orang yang baru mengagetkannya.
“Ommo... Minho oppa... kenapa kau bisa tiba-tiba ada disini?”
“Ommo, aku senang sekali mendengarmu memanggilku oppa lagi. Kau tidak merindukanku?”
Minho tidak menjawab pertanyaan Ji Yoon, ia malah merentangkan kedua tangannya meminta dipeluk.
“Apa yang Oppa lakukan disini?”
Ji Yoon memeluk Minho sekilas, dan membuat Minho mendecak.
“Aishhh... kau bahkan tidak menyambut gembira kedatanganku...” keluhnya.
“Oppa sendirian disini? Bagaimana kabarmu?”
Ji Yoon langsung melingkarkan tangannya di lengan Minho dan mengajak namja itu untuk duduk di bangku yang memang disediakan untuk pengunjung.
“Ada Gi Kwang dan adikku juga. Mereka sedang membeli minuman hangat di cafe sebelah. Kabarku baik-baik saja. kau bagaimana?”
Minho menjawab sambil memperbaiki rambut Ji Yoon yang sedikit berantakan.
“Aku baik-baik saja seperti yang Oppa lihat. Oppa punya adik?”
“Yak! Kau kelewatan sekali nona. Bahkan aku pernah menunjukkan fotonya padamu.” Minho pura-pura terlihat terluka.
“Ah, yeoja berwajah imut yang ada di dompetmu?! Mian, aku baru ingat...” Ji Yoon terkekeh geli melihat ekspresi Minho.
“JI YOON-ee...!!!”
Tiba-tiba sepasang tangan memeluk lehernya dari belakang.
“Kwang-ee, aku sesak napas...” ujar Ji Yoon karna Gi Kwang tidak kunjung melepas pelukannya.
“Mian...” Gi Kwang melepaskan dekaapannya. “Yak! Kenapa kau susah sekali di temui. Kau ini benar-benar...” Gi Kwang menjentikkan jarinya ke dahi Ji Yoon.
“Appo...” Ji Yoon meringis sambil mengelus dahinya
“Yak! Kenapa kau menyakiti Yoon-ee?” protes Minho.
“Itu karna ia meninggalkan kita dengan cara seperti itu...” terang Gi Kwang tidak merasa bersalah.
Tiba-tiba pandangan Ji Yoon tertuju pada seorang yeoja yang hanya berdiam diri tidak jauh dari tempat mereka bertiga duduk.
“Ah, Min Hee? Kau Min Hee, adiknya Minho oppa kan?” Ji Yoon langsung berdiri dan meraih tangan Min Hee untuk ikut duduk bersama mereka.
“Ne, eonni...” jawab Min Hee dengan wajah bingung.
“Kau mengenalnya?” tanya Gi Kwang.
“Aku melihat fotonya dari Minho Oppa...” terang Ji Yoon. “Wah, benar-benar cantik.” Pujinya lagi.
“Kamsahamnida...” jawab Min Hee sambil tersipu.
“Tentu saja. Kalau tidak cantik, mana mungkin dia pernah pacaran dengan Gi Kwang...” celetuk Minho.
“Yak! Kau tidak bisa menjaga mulutmu?” Gi Kwang langsung menatap horor Minho.
“Mwo? Kwang-ee? Kau pernah berpacaran dengan Min Hee? Ommo, kalian serasi sekali. Jadi kalian putus?” Ji Yoon terlihat antusias.
“Yak! Sejak kapan kau peduli dengan kisah hidup orang lain?” sela Gi Kwang takjub sambil menutupi wajahnya yang sudah panas karna mereka mengungkit hal itu.
“Hehe.. Aku mencoba untuk lebih peduli dengan orang-orang disekitarku. Bagaimana? Aku berhasil tidak?”
“Daebak... Kau bahkan jauh berubah Yoon-ee...” Minho mengacak rambut Ji Yoon.
“Oppa, jangan mengacak rambutku seperti itu.” Protes Ji Yoon.
“Ommo, lihat... dia jadi yeoja seutuhnya sekarang...” goda Minho lagi.
“Lalu, kenapa kalian berdua putus?”
Gi Kwang yang baru saja bisa menghela nafas lega karna menyangka topik pembicaraan sudah beralih, langsung terpaku dan menahan nafas.
“Yak! Kwang-ee... ada apa dengan wajahmu?” goda Ji Yoon.
“Wae? Wajahku biasa saja...” elak Gi Kwang.
“Ommo, lihat mereka berdua sama-sama memerah seperti kepiting rebus...” Minho menunjuk Min Hee dan Gi Kwang yang terlihat salah tingkah.
“Pacaran saja kembali...” lanjut Minho lagi.
“Oppa...” Min Hee mendelik, karena oppa nya ikut-ikutan membuatnya panas dingin.
“Yak! Dongsaengku manis sekali kalau salah tingkah seperti ini...” Minho mengacak rambut Min Hee yang langsung dibalas tatapan kesal adiknya.
“Minho Oppa, sudahlah... biarkan mereka saja yang menuntaskan perasaan mereka.” Ji Yoon menghentikan Minho karna kasihan melihat Min Hee.
“Aku akan bekerja sampai jam 5 sore. Kalian mau menemuiku lagi nanti malam?” Ji Yoon berdiri dari duduknya.
“Tentu saja. Mana alamatmu?” Minho menjawab dengan cepat.
Ji Yoon mengetikkannya di ponsel yang di ulurkan oleh Minho.
“Sampai jumpa nanti malam... Kwang-ee, Min Hee-ya, Minho Oppa...” Ji Yoon melambai kepada mereka bertiga yang juga berpamitan. Setelah ketiganya menghilang di balik pintu Ji Yoon berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.
~~~~~*~~~~~
Taemin mengacak rambutnya kesal sambil mengerang pelan. Ia melemparkan ponselnya ke atas meja.
“Sialan, untuk apa dia datang kesini?” makinya pelan.
Baru saja ia dihubungi oleh appanya, memberitahu kalau Kai sedang dalam pesawat menuju Tokyo. Karna Woo Bin tidak bisa menghadiri perayaan terjalinnya hubungan bisnis perusahaan mereka dengan perusahaan yang ada di Jepang, maka terpaksa Kai menuruti permintaan appanya untuk mewakilkannya.
“Mereka tidak boleh bertemu. Aku sudah maju beberapa langkah. Dan dia tidak bisa merebut Ji Yoon ku begitu saja.” putusnya dengan nada seperti pacar yang posesif.
Dia kembali duduk dan berusaha fokus pada berkas yang menumpuk di mejanya. Rasa lelah di punggungnya karna sudah duduk berjam-jam untuk memeriksa file dan menandatangani berkas semakin terasa. Dipijitnya sebentar tengkuknya dan menggelengkan kepala mencoba untuk fokus kembali. Masih ada waktu sebelum menjemput anak manja itu ke bandara.
~~~~~*~~~~~
Kai mendelik kesal pada yeoja yang tertidur di sebelahnya. Sedari tadi, dia sudah berusaha menyingkirkan kepala yeoja itu dari bahunya, yang selalu saja kembali terkulai dalam hitungan detik. Ingin rasanya ia menjitak pemilik kepala itu supaya menjauhkan kepalanya yang berat dan keras itu dari bahunya.
“Yak! Singkirkan kepalamu ini...” Kai menjauhkan kepala yeoja itu dengan jari telunjuknya.
Kepala yeoja itu tegak kembali dan Kai buru-buru menjauhkan pundaknya seperti bisa membaca kalau kepala itu akan segera terkulai lagi ke bahunya. Alhasil, kepala yeoja itu membentur pembatas bangku dan membuatnya terbangun sambil meringis mengelus kepalanya yang berdenyut. Kai menahan senyum bahagianya karna bisa membalas ke kesalan yang ditahannya sedari tadi.
“Appo...” keluh yeoja itu dan kembali mengambil posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurnya.
‘Eisshhh.... yeoja macam apa dia ini? Kerjanya hanya tidur saja dan menempel pada orang seperti benalu.’ Kai mendecakkan lidahnya dan memilih memejamkan mata dengan badan dimiringkan membelakangi yeoja itu.
Tiba-tiba suara pemberitahuan kalau pesawat akan mendarat dalam waktu beberapa menit kedepan membuat Kai mendengus kesal karna ia bahkan tidak sempat beristirahat barang sejenak. Ia memperbaiki posisi duduknya dan mengenakan sabuk pengamannya sesuai instruksi kapten pesawat. Ia melirik yeoja di sampingnya yang masih betah berlayar di dunia mimpinya.
“Eissshhh....” Kai mendengus sambil mengalihkan pandangannya saat melihat wajah berantakan yeoja itu.
Kai tidak suka dengan yeoja yang berantakan, tidur sembarangan, dan mengganggu orang disekitarnya. Dan kriteria yang dibencinya itu ada pada yeoja ini, semuanya.
“God, help me....” ujarnya lirih.
Pesawat mendarat dengan sukses dan Kai langsung melepas sabuk pengamannya . Ia berdiri untuk mengambil tasnya dari bagasi yang ada di atas kepalanya. Dan tidak perlu repot untuk menurunkannya karna ia berada di bangku pinggir dekat lorong pesawat. Setelah memeriksa keadaan tasnya, Kai memandang yeoja yang masih tertidur itu.
“Yak! Bangun. Kau sudah sampai nona tukang tidur.”
Kai mengguncang lengan yeoja itu sampai ia memicingkan mata dan terbangun.
“Sudah sampai?” yeoja itu memperbaiki posisi duduknya.
“Lain kali, bawa sekalian tempat tidurmu...” ledek Kai sambil berlalu, meninggalkan yeoja yang langsung merengut tidak senang mendengar kalimatnya.
Setelah mengambil kopernya, Kai berjalan menuju pintu keluar dan mencari orang yang sudah disuruh untuk menjemputnya. Ia mendesis pelan saat melihat Taemin berdiri disana dengan pakaian kantornya yang melekat pas ke tubuhnya, jas hitam dan sepatu pantofel yang mengilat membuatnya terlihat lebih dewasa.
“Eisshh, kenapa Appa menyuruhnya yang menjemput?” keluhnya.
“Kau yang menjemputku?” serunya saat jaraknya tinggal beberapa meter lagi dengan Taemin.
“Ikut aku...” Taemin tidak menjawab dan hanya melengos pergi. Kai memutar bola matanya kesal dan menahan niatnya untuk melemparkan tas di tangannya itu pada Taemin.
Dia memilih diam sambil mengikuti namja itu menuju mobil yang sudah menunggu, dengan sopir yang berdiri membukakan pintu untuk Taemin dan buru-buru mengambil tas dan kopernya.
“Thank you...” ujarnya sambil masuk ke mobil dan duduk bersebelahan dengan Taemin.
Pintu ditutup, dan mobil berjalan perlahan.
“Kapan kau akan pulang?”
Kai terbelalak mendengar kalimat itu.
“Yak! Aku baru saja sampai, dan kau langsung bertanya kapan aku pulang?”
“Hanya bertanya..” jawab Taemin dengan suara datar.
“Cih... ada apa dengan suaramu? Kau bahkan terdengar lebih tua dari Appa dengan suara sok berwibawa mu itu.” ejek Kai sambil membuang pandangannya keluar jendela.
“Anak kecil tidak akan pernah mengerti bagaimana harus bersikap di tempat yang berbeda. Jaga omonganmu, atau kau tidak akan bisa menghadiri acara besok.”
“Kau mengancamku? Sialan... Kau kira kau lebih dewasa dariku? Bahkan beda umur kita tidak sampai setahun...” umpat Kai.
“Lihat, dari cara bicara mu saja, kau benar-benar mengajak ribut...” Taemin masih memasang wajah datarnya.
Kai menghembuskan nafasnya dengan kesal. Ia merasa gerah di mobil itu, meskipun AC nya dalam keadaan menyala. Yang seharusnya penghangat ruangan yang dihidupkan mengingat saat ini musim dingin. Kekesalan Kai memuncak saat Taemin menyuruh sopirnya mengantarnya ke kantor dulu sebelum mengantar Kai ke hotel.
“Turunkan aku di depan saja.” perintahnya pada sopir.
“Tapi tuan...” Si sopir berniat menolak.
“Turunkan saja, itu permintaannya.” Sela Taemin yang membuat sopir itu mematuhinya.
Kai keluar dari mobil dan menutup pintu mobil kembali dengan kasar. Taemin langsung menyuruh si sopir menjalankan mobilnya kembali.
“Sialan....” maki Kai lagi.
Jalanan di hadapannya terlihat ramai, dan banyak pejalan kaki yang bersiliweran melewatinya begitu saja. Ia mengikuti kemana kakinya bergerak. Perutnya terasa lapar. Dirogohnya saku jeans nya dan mendesah lega saat dompetnya ada disana, sementara tas dan kopernya ada di mobil. Kai hanya berjalan lurus tanpa melihat-lihat sekitarnya. Percuma saja menurutnya karna ia sama sekali tidak bisa membaca tulisan kanji, hiragana, atau katakana yang pernah di dengarnya saat masih sekolah dulu. Yang ada dipikirannya saat ini hanya mencari tempat makan.
Langkahnya berhenti saat melihat seorang yeoja bertopi rajut biru yang sedang kesulitan menenteng barang bawaannya berusaha menutup pintu kedai dibelakangnya. Kantong kertas yang ditentengnya terlepas dan membuat isinya berhamburan. Sebuah sunkist menggelinding tepat ke kakinya, dan Kai memungutnya dan membantu yeoja itu memasukkan buah-buahan itu kedalam kantongnya kembali.
“Arigatou gozaimasu....” yeoja itu memeluk kantongnya dan berdiri.
Saat itu Kai merasa waktu berhenti berputar. Tubuhnya terasa kaku dan matanya mengerjap perlahan, berusaha memperjelas penglihatannya. Ia menggigit bagian dalam bibirnya untuk menyadarkan dirinya. Bukan mimpi.
“Kai-ssi?”
Ji Yoon yang berdiri di depannya ikut terbelalak.
‘kenapa bisa bertemu dengannya di tempat ini?’ pikir Kai.
“Kai-ssi... sedang apa kau disini? Apa semua orang di korea sedang liburan di Tokyo? Kenapa banyak sekali orang yang muncul disini?” Ji Yoon mengerutkan keningnya memikirkan kemungkinan itu.
Kai hanya memandangi wajah yeoja di depannya tanpa mengeluarkan satu katapun.
“Kai-ssi... Kai-ssi... Neo.. gwaenchana?”
Ji Yoon mengguncang lengan Kai.
“Kau bertemu Taemin?”
“Nde? Ne... Kemarin...”
Kai mendengus tidak senang dan mengembalikan sunkist yang masih di genggamnya sedari tadi kedalam kantong, dan berlalu meninggalkan Ji Yoon begitu saja. Ji Yoon yang heran melihat respon Kai langsung berbalik.
“Kai-ssi... Kau datang dengannya?”
“Bagaimana bisa aku datang dengannya?” Kai berhenti dan berbalik untuk melihat yeoja itu lagi.
“Kalian kan saudara...” jawab Ji Yoon lirih.
“Kau tahu darimana?” suara Kai terdengar meninggi.
“Itu...”
“Taemin memberitahumu?” geramnya.
Ji Yoon hanya mengangguk dan Kai langsung berbalik pergi. Tidak menoleh sedikitpun pada Ji Yoon. Kai merasa marah
bagaimana bisa Taemin menemui yeoja itu dan memberitahu rahasia yang sudah mereka sepakati untuk tidak dibuka oleh Woo Bin hyung? Dan ia tidak diberitahu soal itu. Persetan dengan hubungan saudara mereka saat ini.
Kai menyetop taksi dan menyebutkan nama hotel Taemin. Hilang sudah seleranya untuk makan.
Ji Yoon memandang kepergian Kai dengan sedih. Ia sudah mencoba bersikap baik pada namja itu, tapi namja itu malah meninggalkannya begitu saja. Ada yang salah dengan dirinya?
~~~~~*~~~~~
TBC