home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802171 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 6 : JUST RUNAWAY

Wajah sendu Ji Yoon kembali lagi. Bahkan kini ia tidak ingin berbicara dengan siapapun  dikelasnya. Hal ini sudah terjadi 3 hari berturut-turut. Ia hanya menatap kosong keluar jendela kelas saat tidak ada dosen di ruangan. Sesekali ia menatap tetes air hujan yang menghantam kaca jendela seolah sedang menghitungnya. Minho dan Gi Kwang sudah berusaha mengajaknya bicara, tetapi Ji Yoon hanya menggeleng dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. mereka berdua tidak memaksanya bercerita karna tak ingin Ji Yoon semakin menutup diri dari mereka.

Ji Yoon menghembuskan nafas perlahan dan mengalihkan pandangannya dari jendela kelas. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas. Hanya ada beberapa orang didalamnya. Ia bahkan tidak menyadari kalau kebanyakan mahasiswa sudah keluar kelas karna dosennya berhalangan masuk. Tak sengaja Ji Yoon menatap orang yang duduk di bangku paling sudut kelas, hanya berjarak dua meja dari tempat duduknya. Taemin. Ia juga sedang melihat kearah Ji Yoon dan tidak mengalihkan tatapannya meskipun Ji Yoon sedang memergokinnya.

Taemin hanya memandangnya dalam diam dan tidak menyapa Ji Yoon seperti biasanya. Ia sudah sedikit mengenal sifat Ji Yoon. Daripada memaksa masuk kedalam kehidupan gadis itu, lebih baik membiarkan orangnya sendiri yang mengulurkan tangan untuk lebih dekat.

“Taemin-ah, kau belajar dengan baik hari ini?”

Tiba-tiba Ji Yoon memanggil namanya dan mengajaknya bicara.

“Kau mengajakku bicara?” Taemin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

“Tentu saja, memangnya ada Taemin lain dikelas ini?”

“Ah, tentu saja tidak. Kan profesor tidak masuk...” jawabnya.

“Lain kali, kau harus menyimak materi kuliah dengan baik. Arraseo...”

Ji Yoon sedikit tersenyum.

“Waeyo?” Taemin mengernyitkan keningnya heran.

“Tentu saja biar kau juga berhasil. Ya! Taemin pabbo...” ledek Ji Yoon lagi.

Taemin memiringkan kepalanya dan masih terkejut dengan perubahan sikap Ji Yoon yang tiba-tiba itu.

“Aku pergi.. Jaga dirimu, Taemin-ah. Tetap jadi orang yang ceria ya. Figthing...”

Ji Yoon mengalihkan pandangannya dari Taemin dan memilih keluar kelas. Ia meraih tasnya dan meninggalkan  kelas. Minho yang kebetulan baru masuk untuk mengambil tasnya, berpapasan dengan Ji Yoon di depan kelas.

“Ooo.. Ji Yoon-ie, kau mau pulang sekarang?”

“Aniya... Kau ada waktu sebentar? Ada yang ingin kubicarakan.”

“Owh.. tunggu disini. Aku ambil tas dulu.”

Minho bergegas mengambil tasnya dan mengikuti langkah Ji Yoon menuju Cafetaria kampus. Mereka mencari meja yang kosong dan duduk disana.

“Apa yang ingin kau bicarakan?”

Minho menunggu Ji Yoon buka suara.

“Kemarin... aku memintamu menjadi pacarku kan?”

“Ne...”

“Minho-ya.. mianhae... aku telah memintamu melakukannya tanpa memikirkan perasaanmu.”

“Mwo?” Minho masih tidak paham.

“Kau itu seorang namja, bagaimana bisa aku melakukan hal bodoh seperti itu? Mianhae, aku seperti menginjak harga dirimu.”

“Ne? Aku tidak masalah dengan hal itu.”

“Mianhae Minho-ya.. aku baru mengerti sekarang. Tidak seharusnya aku melakukan itu pada teman dekatku. Mulai sekarang, kita tidak perlu melakukannya. Meskipun itu belum dimulai, aku tidak ingin menyakiti perasaanmu dan merusak pertemanan kita. Gi Kwang benar. Gomawo, sudah bersikap baik padaku selama ini.”

Ji Yoon meraih tangan Minho dan menggenggamnya.

“Waeyo? Apa ada hal yang mengganggumu? Kenapa kau bersikap seperti ini?”

Minho semakin khawatir dengan sikap Ji Yoon yang tidak biasa ini.

“Aniya... Nan gwaenchana...”

Ji Yoon menunduk untuk menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca. Tetapi hal itu tidak luput dari pandangan Minho.

“Wae? Kau menangis seperti ini pasti ada sesuatu yang terjadi..” Minho mengangkat dagu Ji Yoon untuk melihat wajahnya.

Ji Yoon menormalkan kembali wajahnya dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Kemudian ia tersenyum pada namja didepannya.

“Lain kali, aku akan bersikap lebih baik pada orang-orang didekatku. Aku janji...”

Ji Yoon melepaskan genggamannya dan bangkit berdiri.

“Aku pergi. Jaga dirimu baik-baik Minho Oppa...” Ji Yoon memasang senyumnya lagi dan berbalik pergi.

Minho merasa ada sesuatu yang salah. Meskipun usianya lebih tua setahun dari Ji Yoon, baru kali ini Ji Yoon memanggilnya dengan sebutan oppa. Ia menyimpan banyak pertanyaan di otaknya sembari memperhatikan punggung Ji Yoon yang semakin menjauh dan hilang dibalik dinding Cafetaria.

“Dia mau pergi?? Bukankah barusan itu kalimat perpisahan?”

Tiba-tiba Minho berdiri dan menyusul Ji Yoon keluar dari tempat itu.

“Ji Yoon-ah... chakkaman!!”

Ia berlari menuju halte bus karna Ji Yoon pasti kesana. Saat Minho keluar gerbang, sebuah bus bergerak meninggalkan halte.

“JI YOON-aahhh... WAEEEEE??!!”

Minho berteriak frustasi dan menendang tembok di hadapannya.

“ARGHHHHH......!!! MICHEOSOOO...!!

Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukul tembok dan menendang apapun yang ada didekat kakinya.

“Minho-ya... Gwaenchana?”

Gi Kwang yang hendak pulang melihat Minho yang berteriak frustasi dan menghampirinya.

“Ji Yoon....” Minho mencoba mengatur nafasnya sambil berpegangan pada bahu Gi Kwang.

“Ji Yoon kenapa?”

“Dia pergi.”

“Maksudmu?”

“Dia sepertinya akan pergi jauh.”

“Kemana?”

“Mana kutahu!!!” Minho terlihat emosi kembali.

“Jangan-jangan maksudnya jaga diri baik-baik itu?!” Gi Kwang seperti baru menyadari satu hal.

“Wae? Dia mengatakannya padamu juga?”

“Ne... Dia meneleponku tadi pagi sebelum kekampus. Aku tidak bertemu dengannya karena kita ada dikelas yang berbeda hari ini. Jadi dia benar-benar meninggalkan kita dengan cara seperti ini?”

Gi Kwang mengepalkan tangannya menahan rasa kecewa.

“Kita kerumahnya sekarang. Kajja...”

Minho langsung melompat masuk ke mobil Gi Kwang dan disusul Gi Kwang. Gi Kwang memutar mobilnya kearah rumah Ji Yoon.

~~~~~*~~~~~

Sementara itu Ji Yoon melihat semua itu dari tempatnya biasa menyendiri. Atap kampus. Bulir bening itu sudah menetes membasahi pipinya sejak tadi. Meskipun tetesan hujan yang sudah mulai reda menghilangkan bekas air matanya, tapi hidungnya yang memerah dan matanya yang sembab tidak bisa menyembunyikan kenyataan kalau ia sedang menangis.

Ji Yoon langsung terduduk setelah mobil Gi Kwang hilang dari pandangannya. Tangisnya semakin kencang. Ia mencoba menyembunyikan wajahnya dikedua lututnya. Bahunya yang berguncang pelan semakin menjelaskan bagaimana sakitnya perasaan yeoja itu karna harus berpisah dengan keadaan seperti itu.

“Mianhae... Aku tidak bisa mengucapkannya secara langsung kalau aku akan pergi. Hatiku sakit sekali...” lirihnya disela-sela isak tangisnya.

“Ji Yoon-ah, gwaenchana?”

Tiba-tiba seseorang memeluknya dan merengkuh tubuh yeoja itu.

“Nuguseyo?”

Ji Yoon berusaha melihat pemilik tubuh yang sedang memeluknya itu.

“Uljimaaa....”

Orang tersebut mengelus punggungnya lembut dan tidak melepaskan pelukannya.

“Taemin-ssi...”

Ji Yoon mengenali suara itu.

“Kenapa kau harus bersikap seolah-olah tegar didepan kami semua? Kau bisa berbagi dengan kami Ji Yoon-ah... Jangan memendam rasa sakit sendiri....”

Ji Yoon berusaha melepaskan pelukan Taemin.

“Lepaskan aku...” rontanya.

“Wae?” Taemin menolak.

“YA! Berani sekali kau melakukan ini padaku? Lepaskan!!!” bentak Ji Yoon.

“Tidak akan. Kalau kau membenciku setelah ini, silahkan saja. Aku hanya ingin menemani yeoja yang kucintai menangis. Orang yang kusayangi ini sedang butuh tempat bersandar. Aku tidak ingin melihatnya merasakan sakit sendiri.”

Perlahan perlawanan Ji Yoon melemah, ia menyerukkan kepalanya di dada Taemin dan menangis disana. Ia berpikir hanya akan menunjukkan keterpurukannya sekali ini saja dihadapan namja itu. Setelah ini dia tidak akan melihatnya lagi. Pada akhirnya dia akan pergi juga dari tempat ini.

Taemin bertahan memeluk Ji Yoon sampai gadis itu tertidur karena kelelahan. Sepertinya ia begitu tertekan. Taemin memperbaiki posisi duduknya supaya yeoja itu bisa tidur dengan nyaman tanpa membangunkannya. Kemudian ia menyadarkan punggungnya juga ke tembok dan ikut memejamkan mata. Hujan sudah berhenti sejak tadi.

~~~~~*~~~~~

Taemin mengerang pelan saat berusaha membuka matanya. Ia berusaha mengenali tempatnya berada, dan langsung teringat Ji Yoon. Yeoja itu tidak ada di pangkuannya lagi. Taemin menatap sekelilingnya yang mulai beranjak gelap. Ia melirik jamnya, sudah hampir jam 6. Taemin tidak berusaha mencari yeoja itu, karna yakin yeoja itu sudah pergi meninggalkannya. Taemin berdiri dan meregangkan ototnya. Sehelai surat yang terlipat terjatuh kelantai. Taemin memungutnya dan melihat tulisan tangan Ji Yoon disana.

 

Taemin-ah, gomawo sudah menemaniku. Aku pergi. Aku berharap, jika kita punya kesempatan bertemu lagi, kau tetap dengan kepribadianmu yang hangat. Himne, Taemin-ah... gomawo, sudah mencintaiku... tapi, kau harus mencari yeoja yang lebih pantas untuk menerima cintamu mulai sekarang. Janji??

Annyeong, Taemin-ah....

 

Taemin menatap nanar kertas ditangannya, kemudian ia melipatnya kembali dan menyimpannya didalam dompetnya.

“Ia benar-benar meninggalkanku? Ia benar-benar menyuruhku mencintai yeoja lain? Asshhh.. Kau tidak tahu seberapa sakit hatiku saat ini Ji Yoon-ah...”

Taemin menatap langit yang semakin gelap, dan berjalan menuruni tangga setelah semuanya benar-benar gelap.

~~~~~*~~~~~

Sampai hari benar-benar gelap, Gi Kwang dan Minho masih menunggui Ji Yoon dirumahnya. Dan sekarang Kai ikut bergabung dengan mereka. Ibu Ji Yoon mengatakan kalau Ji Yoon benar-benar tidak memberitahunya kalau ia akan pergi.

“Kalau Ji Yoon mau pergi, dia pasti akan membawa barang-barangnya...” gumam Gi Kwang.

“Ah, chakkaman... aku akan mencek kamarnya sebentar, kalian tunggu disini...”

Ibu Ji yoon bergegas menuju kamar Ji Yoon. Pintunya tidak terkunci. Segera dibukanya lemari pakaian Ji Yoon. Ia terkejut saat melihat hanya ada beberapa helai pakaian yang tertinggal disana. Ia menutup mulutnya tidak percaya. Sambil menangis, ia menuruni tangga dan menemui ketiga namja itu.

“Tidak ada, pakaiannya sudah tidak ada. Sepertinya ia sudah membawanya pergi.”

“Tidak mungkin. Ia tidak membawa tas besar kekampus.” Minho tidak percaya.

“Mungkin saja dia menitipkannya dirumah temannya.” Tebak Gi Kwang.

“YA! Teman yang mana maksudmu? Apa kau pernah melihatnya dekat dengan orang lain selain kita?” Minho langsung memelototi Gi Kwang.

“Ah, benar juga...” angguk Gi Kwang.

“Ahjumoni... kira-kira Ji Yoon pergi kemana? Apa dia punya keluarga di Seoul?” Kai buka suara.

“Tidak... dia tidak punya bibi atau paman. Kakek neneknya juga sudah lama meninggal.”

“Ah, ini semakin sulit....” erang Minho lagi.

“Bandara. Mungkin dia keluar kota atau keluar negeri.” Kai tiba-tiba mendapat pencerahan.

“Benarrr....!! Kajja...” pekik Gi Kwang.

Mereka segera berangkat menuju bandara. Mereka berempat benar-benar cemas dan takut terlambat. Minho, Kai, dan Ibu Ji Yoon langsung masuk ke gedung dan mencari nama Ji Yoon di papan keberangkatan. Sementara Minho menyusul setelah memarkirkan mobil. Tapi mereka harus menelan rasa kecewa karena hasilnya benar-benar nihil. Tidak ada nama Ji Yoon di jam keberangkatan saat ini. Mereka terlambat mencari Ji Yoon ditempat itu.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK