home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802096 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 5 : NEW GAME , NEW PAIN

Taemin terlihat lega karena apa yang dikhawatirkannya di atap kampus tidak nyata. Semula dia berfikir Woo Bin benar-benar menyukai Ji Yoon dalam pengertian sebagai seorang namja kepada yeoja. Karena Taemin akan merasa bersalah sekali karna harus merebut Ji Yoon dari Hyungnya yang begitu baik padanya. Tapi kalau saingannya adalah Kai, dia tidak akan pernah sungkan-sungkan mempertahankan Ji Yoon. Lagi pula belum diputuskan siapa yang akan menjadi tunangan Ji Yoon.

Taemin adalah anak dari adik perempuan ayah Woo Bin, atau biasa disebut bibi. Tetapi ayah dan ibu taemin telah meninggal dalam kecelakaan pesawat 7 tahun lalu. Sehingga dia diangkat menjadi anak oleh ayah Woo Bin yang saat itu sudah memiliki 3 anak. Kim Woo Bin, Kim Soo In, dan Kim Jong In. Meskipun begitu, Taemin diperlakukan sebagaimana mestinya seorang anak. Hanya saja Taemin memilih untuk tetap menempati rumahnya yang lama, rumah yang menjadi saksi ia dibesarkan oleh mendiang orang tuanya. Dan marga Taemin juga tidak diubah, sesuai permintaannya.

Sementara Kai tidak mengenal Ji Yoon karna ia bersekolah di Inggris dan memilih kembali ke Korea untuk kuliah disana. Meskipun mereka sebenarnya sudah bertetangga jauh sejak kecil, tapi ia baru mengenalnya setelah masuk kuliah. Gadis dengan kepribadian tertutup yang selalu mampu menarik perhatiannya. Padahal sejak dulu, ia selalu memilih dekat dengan yeoja periang yang terbuka padanya. Ia selalu menghindari yeoja yang tidak terlalu terbuka dengan lingkungan sekitarnya, karna menganggap orang seperti itu aneh dan hanya akan membawa masalah. Tetapi sekarang dia malah terjebak perasaannya sendiri.

~~~~~~*~~~~~~

Ji Yoon menelepon Minho sambil berjalan mondar-mandir di balkon kamarnya. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya menunggu orang diseberang mengangkat ponselnya. Ah, akhirnya dijawab juga. Ji Yoon berdiri sambil meletakkan tangannya diatas pembatas balkon.

“Minho-ya... kau ada waktu sekarang?”

“Waeyo?”

“Aku ingin minta bantuanmu. Kau dimana?”

“Aku di depan butik eomma mu, sedang menunggu eomma berbelanja.”

“Baiklah, kalau kau sudah mengantar eomma mu pulang, kabari aku. Aku akan menghubungi Gi Kwang juga.”

“Wae?”

“Ada keadaan darurat. Kau harus datang. Oke?”

“De, akan ku usahakan. Ah, eomma sudah keluar. Aku tutup sekarang ya.”

“Oo, kita jumpa di restoran pizza dekat kampus saja. Bagaimana?”

“Kampus? Aku tidak ada kuliah hari ini.”

“Ah, kalau begitu di restoran pizza dekat butik saja. oke?”

“De, sampai jumpa...”

Ji Yoon langsung menghubungi Gi Kwang juga untuk ikut serta. Tak begitu sulit mengajaknya keluar, karna ia selalu punya banyak waktu luang. Ji Yoon memakai topi dan ketsnya seperti biasa dan menuruni tangga. Kali ini dia tidak lewat tangga samping.

“Ji Yoon-ah, kau mau kemana?”

Ji Yoon dikejutkan oleh suara ibunya yang muncul dari belakang.

“Keluar sebentar. Eomma tidak kerja?”

Ji Yoon bicara basa-basi, saat ini ia masih kecewa dengan keputusan sepihak ibunya.

“Eomma ada urusan di luar.”

“Aku pergi...”

Ji Yoon membuka pintu tanpa berniat menanyakan urusan seperti apa yang dimaksud ibunya. Ia langsung menaiki sepedanya dan mengayuhnya kencang begitu keluar dari gerbang rumah.

“Yoon-ie.. annyeong...” Sapa Kai sewaktu berpapasan dengan Ji Yoon.

“Kai-ssi.. annyeong...”

Ji Yoon membalas lambaian tangan Kai dan membuat Kai mengernyit heran. Biasanya Ji Yoon hanya akan melengos jika dia menyapanya. Ada yang berbeda hari ini, dan itu hal yang bagus buat Kai.

Ji Yoon melewati Kai dan fokus kejalanan yang berkelok di depannya. Sementara Kai meneruskan langkahnya menuju rumahnya. Ia baru saja diturunkan hyungnya dijalan, karna tiba-tiba punya urusan mendadak. Rencana mereka untuk bermain bowling gagal seketika, dan Kai memutuskan menghabiskan waktunya di rumah saja. bermain dengan anak-anak anjingnya yang lucu.

~~~~~*~~~~~

Ji Yoon memasuki restoran pizza itu dan memilih tempat duduk yang agak tersembunyi. Sambil menunggu kedua namja itu datang, Ji Yoon memesan pizza favoritnya dan 3 minuman yang berbeda. Sesuai dengan kesukaan mereka masing-masing.

“Ji Yoon-ie, wah... kau cepat sekali... lihat keringatmu. Wah.. kau masih betah dengan sepedamu?”

Gi Kwang yang tiba tak lama kemudian segera duduk dan langsung mengomentari penampilan Ji Yoon.

“Ah, kamsahamnida.....”

Mereka berdua mengucapkan terimakasih kepada pelayan yang datang mengantarkan pesanan.

“Wae? Kau mau membelikanku mobil?” ledek Ji Yoon sambil menyedot minumannya.

“Kau mau memakainya kalau kubelikan? Oke, sore ini juga akan ku kirim kerumahmu..”

“Aaahh, tuan muda ini sombong sekali.” Cibir Ji Yoon.

“Akh, aku lapar...” Minho yang baru datang langsung menghempaskan badannya di samping Gi Kwang dan meraih potongan besar pizza.

“Minho-ya... Kau tau betapa baik hatinya tuan muda Gi Kwang ini?”

“Waeyo?” Jawab Minho dengan mulut yang masih penuh pizza.

“Dia akan membelikanku mobil hari ini...”

“Yak! Aku juga mau. Mobil Ferrari jusseyo...” tambah Minho yang sudah menelan habis makanannya.

“Yak! Lee Minho...!” Gi Kwang memandangnya galak.

“Lee Minho? Nuguya?”

Minho menyipitkan matanya karna Gi Kwang salah menyebut namanya.

“Kau baru akan kubelikan mobil kalau namamu diubah jadi Lee Minho. Kau mau?”

“Maksudmu? Aku harus menikah denganmu?” Minho terbelalak.

“Ne.. kau mau?”

Ji Yoon tergelak dengan candaan aneh kedua namja itu.

“YA! Kwang-ie.. Kau salah makan?”

Minho memasang wajah takut yang tentu saja hanya akting.

“Minho-ya... Kau mau jadi pendamping hidupku?” Gi Kwang memasang pose menggoda.

“Kau membuatku merinding...” Minho memasang wajah paranoid lagi.

“Hentikan... Hentikan...” Ji Yoon yang tidak sanggup melihat acting keduanya menyudahi topik itu sambil memegangi perutnya yang sakit karna terlalu banyak tertawa.

Kemudian ketiganya larut dalam topik bahasan lain. Seputar tugas kuliah dan keseharian mereka.

“Ji Yoon-ah, kau mau membicarakan hal penting apa?”

Gi Kwang membersihkan tangannya dengan tissue yang ada dimeja. Ji Yoon terdiam dan sedikit ragu untuk mengutarakannya.

“Ayolah, kau bisa membicarakannya dengan kami selama kau mau...”

Gi Kwang meyakinkan Ji Yoon.

“Eomma ku... Baru-baru ini ia memberitahu kalau aku ditunangkan.”

“Mwo? Tunangan?” pekik Gi Kwang yang langsung mendapat hadiah pukulan dari Minho dilengan.

“Ne, aku belum tahu siapa orangnya. Tapi aku ingin minta bantuan.”

“Bantuan apa?” Minho bertanya dengan tenang.

“Kalian berdua... ada yang mau pura-pura menjadi namja chingu ku?”

Ji Yoon menatap keduanya dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Ji Yoon-ie... bukannya ini akan memperburuk keadaan?” Gi Kwang menyahut.

“Aku tahu... tapi aku tidak ingin ditunangkan dengan orang yang tidak kukenal. Dan aku tidak ingin berkenalan dengan orang baru.” Ji Yoon menundukkan kepalanya. Suaranya terdengar lemah.

“Baiklah... aku akan menjadi namja chingu mu..” suara Minho yang terdengar tegas membuat Gi Kwang menoleh tidak percaya.

“Minho-ya... Mana bisa begitu?” protes Gi Kwang.

“Wae? Kau keberatan? Kau benar-benar menyukaiku?” tanya Minho.

“Minho-ya.. aku tidak sedang bercanda....” ucap Gi Kwang serius. “Aku tidak ingin ada yang berubah diantara kita. Aku takut hal ini akan membuat hubungan kita bertiga tidak nyaman. Tolong mengertilah... Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua dikemudian hari.” jelasnya lagi.

“Aku mengerti maksudmu Kwang-ie... Tapi aku tidak tahu bagaimana cara menolak eomma. Ia keluarga terakhirku disini. Hanya ia satu-satunya keluargaku.”

Ji Yoon menghela nafas berat. Ketiganya terdiam dan sama-sama memikirkan hal itu.

“Begini saja. Kalian bisa pura-pura menjadi pasangan kekasih. Asal kalian janji, tidak akan ada yang berubah diantara kita. Dan diantara kalian berdua tentunya. Tidak boleh ada hal yang akan mengganggu pertemanan kita...” Gi Kwang akhirnya setuju.

“Ne...” Ji Yoon dan Minho menyahut.

“Jadi kalian berdua sekarang pacaran? Ah, kalian mengkhianatiku...”

Gi Kwang tiba-tiba kembali dengan bercandaan konyolnya.

“Ya! Kau ini aneh sekali...” Komentar Minho sambil menepuk dahi Gi Kwang.

“Gomawoyo...” ujar Ji Yoon dengan wajah lega.

“Aigoo, Ji Yoon-ie... wajahmu yang seperti ini manis sekali. Lain kali jangan memasang tampang datar itu didepan kami...”

Gi Kwang mencubit kedua pipi Ji Yoon.

“Ne... gomawoyo... Kwang-ie, Minho-ya..” Ji Yoon tersenyum lebar.

“Kau memanggilnya Kwang-ie dan aku Minho-ya? Tidak adil. Panggil aku chagiya...” Minho merengut.

“Ya! Kau mau mati?” gertak Gi Kwang sambil mengunci leher Minho dengan lengannya.

“Appo...” keluh Minho.

“Ah, Minho-ya.. ini album yang aku janji belikan kemarin...”

Ji Yoon mengulurkan kantong kertas berisi album Usher didalamnya. Wajah Minho langsung sumringah dan ia mengelus rambut Ji Yoon tiba-tiba.

“Wah, gomawo chagiya...”

“Tsk.. Kau ingat janjimu tadi kan?” Gi Kwang memiting tangan Minho.

“Appo... ne, arrayo... Jebal, lepaskan... Appo...” Minho meringis.

“Jangan ingkari janjimu. Atau kau mau ini..” ancam Gi Kwang sambil mengacungkan tinjunya.

“Wah, kau terlihat seperti pacar yang cemburuan Gi Kwang-ah...” ledek Minho.

“Terserah apa katamu... hanya pegang saja janji kalian berdua.”

Gi Kwang menarik kembali gelasnya dan menandaskan isinya.

~~~~~*~~~~~~

Ji Yoon pulang dengan perasaan lega. Ia berhenti di belokan sebelum rumahnya karna melihat Taemin dan Kai berdiri berhadapan di depan sana. Tapi posisinya masih lumayan jauh, sehingga suara keduanya tidak terdengar. Keduanya terlihat bersitegang dan berbicara dengan serius. Kemudian Taemin masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan Kai. Ji Yoon langsung pura-pura mengayuh sepedanya seperti baru datang. Mobil Taemin berhenti di samping sepedanya.

“Ji Yoon-ah... Kau dari mana?” Taemin menurunkan kaca jendela mobil dan menampilkan senyum cerahnya.

“Baru bertemu teman. Kau sedang apa disini, Taemin-ssi?”

“Aku? Ah, aku juga baru dari rumah keluarga.”

“Kau bertemu Kai?” Ji Yoon memandang Kai yang tetap berjalan dengan anak anjing di depannya.

“Ya, tak sengaja bertemu.”

“Sepertinya kalian ada masalah?”

“Aniya, hanya ada sedikit pembicaraan... Aku pamit dulu ya. Annyeong, Ji Yoon-ah. Sepertinya mood  mu sedang bagus. Jaga dirimu baik-baik ya...”

Taemin melambai dan mobilnya melaju kembali.

“Mencurigakan sekali. Kemarin di kafe. Sekarang disini. Ah, terserah.”

Ji Yoon kembali mengayuh sepedanya dibelakang Kai, ia berniat melewati Kai. Tapi anak anjing yang dibawa Kai menarik perhatiannya.

‘aigoo, kyeopta...’ batinnya sambil mengamati anak anjing berbulu lebat itu.

“OWH...! Ji Yoon-ah, kau mengagetkanku.”

Kai terkejut saat menoleh kebalakang.

“Itu... anak anjingmu?”

“Ne, kau mau memegangnya? Dia anjing yang baik.”

Kai menggendong anjingnya dan mendekat kearah Ji Yoon.

“Bolehkah?”

“Tentu saja. Ini..”

Ji Yoon menahan keseimbangan sepedanya dengan kedua kakinya dan meraih anak anjing itu kedalam pelukannya.

“Aigoo... neomu kyeopta...” serunya dengan wajah bahagia.

Kai mengamati ekspresi Ji Yoon dalam diam, menikmati senyuman yeoja itu dan berusaha menyimpan baik-baik memori itu.

“Kau diperbolehkan merawatnya, Kai-ssi?”

“Ne, aku punya tiga anak anjing.”

“Jinjja? Hwa, aku iri. Eomma ku tidak mengijinkanku punya anjing.” Ji Yoon meletakkan kembali anak anjing itu ke pelukan Kai.

“Kau suka anak anjing?”

“Ne...”

Ji Yoon masih memandangi anak anjing itu dengan mata berbinar. Terlihat sekali ingin memilikinya.

“Kau boleh bermain dengan anjing-anjingku kalau kau mau.” tawar Kai.

“Ah, benarkah? Tapi aku tidak punya waktu.”

Ekspresi datar Ji Yoon sudah kembali.

“Kau bisa menelponku kapan saja ingin bermain dengan mereka.”

“Ah, kamsahamnida...” Ji Yoon mengangguk dan berpamitan sambil menatap kembali anjing dipelukan Kai.

“Yang ini namanya monggu..” jelas Kai.

“Ah, geurre.. Monggu, annyeong... Kai-ssi, annyeong...” Ji Yoon mengelus sebentar anak anjing itu sebelum mengayuh sepedanya memasuki gerbang rumahnya yang tidak jauh dari tempat  Kai berdiri, menungguinya masuk kerumah.

“Wah, monggu-ya... Aku iri padamu... ia bisa semanis itu padamu, tapi tidak denganku.”

Kai mengelus anak anjingnya dam menurunkannya ke jalan. Kemudian ia berjalan sambil memegangi tali monggu dan membawa anjingnya pulang.

Ji Yoon memasuki rumahnya dengan wajah heran. Ia melihat jas hitam tersampir di sofa ruang tamu. Tidak pernah ada orang yang bertamu kerumahnya. Siapa orang yang ada dirumahnya saat ini?
"Eomma..." Ji Yoon beranjak ke taman samping rumahnya karna mendengar ada suara dari sana.

"Eomma... siapa yang datang ber..."

Ji Yoon terbelalak kaget saat mendapati pemandangan didepannya. Matanya terlihat nanar dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

'Berani sekali mereka...' umpatnya dalam hati. 

"Ji Yoon-ah, kau sudah pulang..."

Ji Yoon menatap dingin wajah ibunya dan berlari menuju tangga. Melompati dua anak tangga sekaligus dan langsung mengunci pintu kamarnya dengan marah. Ia menghempaskan tubuhnya keatas kasur.

“Mereka membunuhku secara perlahan..” isaknya.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK