home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802092 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 4 : SHOCKING FACT

Ji Yoon akhirnya turun dari bus setelah bus yang ditumpanginya berjalan sekitar sejam. Ia mendapati dirinya berada di tempat yang tidak begitu familiar baginya. Ia memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar tempat itu. Tidak ada ruginya. Ia juga tidak sedang ingin pulang kerumah dalam waktu dekat. Ji Yoon melangkah di jalan utama dan tidak ingin mengambil resiko tersesat di pemukiman yang lumayan padat penduduk itu dengan nekat memasuki lorong-lorong sempit itu. Sepanjang tembok di pinggir jalan dipenuhi oleh coretan-coretan abstrak. Tapi Ji Yoon tidak terlalu memberi perhatian pada lukisan amatir itu karna sadar itu pasti pekerjaan anak-anak disekitar pemukiman. Ia tetap berjalan dengan ekspresi datar yang biasa ditunjukkannya.

Tiba-tiba Ji Yoon dikejutkan oleh suara ribut-ribut dari lorong yang baru saja dilewatinya. Ji Yoon berjalan mundur dan melihat seorang wanita yang sudah berumur sedang memegangi tangan seorang gadis seusianya. Kening Ji yoon sedikit berkerut karna berusaha mengingat dimana ia pernah melihat gadis itu.

‘Ah, Soo Mi-ssi.’ akhirnya Ji Yoon berhasil mengenali pemilik wajah itu.

“Soo Mi-ya.. jebal, kembalikan uang itu. Berikan pada eomma, oh. Itu untuk membayar sewa rumah dan toko bulan ini. Eomma mohon.”

‘Soo Mi? Yeoja ini tinggal disini? Yeoja yang merendahkanku kemarin?’

Ji Yoon masih berdiri ditempatnya dan menonton kejadian dramatis itu.

“Yak! Siapa suruh hidup miskin dan menyewa rumah di tempat kumuh seperti ini?”

Soo Mi menghempaskan tangan ibunya yang sedari tadi memeganginya. Kemudian ia meninggalkan wanita itu sambil mengantongi uang yang di genggamnya. Dia berlalu begitu saja tanpa sadar ada orang lain di tempat itu, sementara ibunya menepuk dada seperti menahan amarah dan rasa sesal karena memiliki anak dengan perilaku seperti Soo Mi.

“Ya! Soo Mi-ssi?!”

Ji Yoon memanggil Soo Mi dengan suara dingin dan intonasi seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Soo Mi berbalik dan terkejut mendapati orang yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya.

“Kau?!”

“Hmmm, aku...” Ji Yoon memiringkan kepalanya dan menatap Soo Mi dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“Sejak kapan kau disitu?”

Soo Mi balas menatapnya dengan angkuh.

“Kau benar-benar ingin tahu?”

“Yak! Ini bukan urusan orang sepertimu. Sebaiknya kau diam saja.”

Soo Mi menggertak Ji Yoon yang memasang ekspresi datar kembali.

“Orang sepertiku? Lalu kau orang seperti apa? Tentu saja ini menjadi urusanku, sejak kau merendahkanku di butik, sementara aku tidak mengenalmu. Kau bahkan jauh lebih buruk dariku.”

Kelihatan jelas di wajah Soo Mi kalau keberaniannya perlahan mengikis begitu mendapati tatapan tajam dan dingin Ji Yoon.

“Kembalikan!” tegas Ji Yoon.

“Mwo? Kembalikan? Kembalikan apa?”

“Kembalikan apa yang ada di sakumu, kembalikan apa yang telah kau ambil dari ibumu. Atau besok kau tidak akan berani menunjukkan wajahmu di depan teman-temanmu yang angkuh itu.”

Ji Yoon melambaikan ponsel ditangannya dihadapan Soo Mi yang sudah pucat pasi.

“Yak! Berani sekali kau? Kau merekamnya? Kau mengancamku?”

“Ah, sepertinya aku ingat nama temanmu yang satu lagi. Yoo Rae. Benar kan? Sepertinya akan ada yang dipermalukan besok.” Ji yoon terlihat bersungguh-sungguh.

“Aishhh, yeoja ini benar-benar sakit jiwa. Awas saja kau.”

Soo Mi melemparkan uang dari sakunya kepada ibunya yang sedari tadi terlihat bingung dengan apa yang terjadi disana. Soo Mi menghentakkan kakinya dan meninggalkan tempat itu dengan mulut yang penuh dengan kata-kata makian.

“Agashi, kamsahamnida.” Ibu itu membungkuk pada Ji Yoon setelah memungut uang yang jatuh ketanah.

“Aniya, Ahjumma. Seharusnya Ahjumma bisa bersikap lebih tegas padanya. Permisi.”

Ji Yoon balas membungkuk dan melangkah menjauh. Keinginannya untuk berjalan-jalan di temmpat itu sudah musnah. Ia memutuskan untuk kembali ke halte bus. Tetapi ia merasa diikuti. Sebuah mobil bergerak lambat dibelakangnya. Ji yoon memperlambat langkahnya ketika mobil itu melewatinya. Ia merasa gugup saat mobil itu berhenti di depannya. Pintu pengemudi terbuka dan seseorang yang muncul dari dalam perlahan membuat Ji yoon menghembuskan nafas lega.

“Annyeong, Ji yoon-ah..”

Taemin berdiri disamping mobilnya.

“Taemin-ssi, kau membuatku takut.”

“Oo? Super hero bisa ketakutan juga?” Taemin pura-pura terkejjut.

“Sejak kapan kau mengikutiku?”

“Mengikutimu? Ya! Aku hanya kebetulan melintas karna jalan kerumahku melewati jalan ini juga.”

Taemin menertawakan ucapan Ji Yoon.

“Ah... begitu.” Ji yoon mengangguk kecil.

“Tapi aku melihat sikap heroik mu, Ji Yoon-ah...”

“Maksudmu, Taemin-ssi?”

“Aku melihat ini ‘Kembalikan! Atau kau tidak akan berani muncul didepan temanmu!’ “ Taemin menirukan kalimat dan ekspresi Ji Yoon tadi.

“Ya! Kapan... Ah, kau melihat semuanya?”

Ji Yoon menyadari apa yang dimaksud Taemin.

“Ne, Ji Yoon jjanggg..!!” Taemin mengangkat jempolnya di depan wajah Ji yoon.

“Hentikan....”

Ji Yoon menurunkan tangan Taemin.

“Kau benar-benar akan menunjukkan rekaman itu pada teman-temannya?” cecar Taemin penasaran.

“Rekaman? Rekaman apa?” Ji yoon terlihat bingung.

“Ahhh.. kau benar-benar cerdas.” Taemin menyadari ekspresi Ji Yoon barusan. “Kau hanya menggertaknya saja. Benar kan?!”

“Tentu saja. Aku tidak ingin mencari masalah dengan orang lain. Hanya akan membuatku terlihat seolah-olah dekat dengan mereka saja. Itu bukan gaya ku.”

“Wah.... Daebak.” Taemin menatap takjub Ji Yoon yang baru saja memperlihatkan sifat aslinya.

Menyadari hal itu, Ji yoon langsung mengakhiri pembicaraan mereka dan berjalan menuju halte.

Taemin menghela nafas berat karna gagal lagi untuk bisa lebih dekat dengan Ji yoon. Kemudian ia mengejar Ji Yoon dan menangkap pergelangan tangan yeoja itu.

“Ji Yoon-ah, kajja.. kuantar kau pulang.”

Taemin menarik tangan Ji Yoon membuat yeoja itu lagi-lagi terpaksa mengikuti langkah namja itu. Taemin membukakan pintu untuk Ji Yoon dan mendudukkan yeoja itu di dalam mobilnya, kemudian ia mengitari bagian depan mobilnya dan duduk di kursi pengemudi.

“Ya! Taemin-ssi.”

“Hmm?” Taemin menjalankan mobilnya dan fokus kejalanan.

“Kau mau mengantarku kemana?”

“Ah, benar. Aku tidak tahu rumahmu dimana.” Taemin menepuk dahinya pelan.

“Kau selalu seperti ini?”

Taemin menoleh untuk melihat Ji Yoon, sementara yeoja itu langsung memalingkan wajahnya keluar jendela.

“Seperti apa?”

“Menarik tangan seseorang untuk mengikuti kemauanmu dan memaksakan kehendakmu meskipun kau tak tahu apa-apa?”

Ji Yoon berbicara tanpa melepas pandangannya dari pemandangan di luar. Taemin terdiam sejenak.

“Ani... Hanya denganmu aku merasa harus melakukannya. Supaya kau tidak menjauh lagi setiap aku berusaha dekat denganmu.” Ujarnya dengan suara pelan, tapi mampu didengar Ji Yoon dengan jelas.

Ji Yoon tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya menatap keluar sementara pikirannya kosong. Ia seperti terperangkap di tempat yang begitu asing baginya.

“Kau marah? Mian.. aku hanya berusaha jujur.”

Taemin memecah keheningan di mobil itu dan menyalakan radio. Lagu yang diputar tidak sanggup mencairkan suasana, dan keduanya masih terdiam. Ponsel Taemin berdering dan mampu membuat keduanya sedikit lega.

“Yoboseyo.. . Oh, hyung... sekarang?... ah, tunggu sebentar... Ji Yoon-ah, apa kita bisa ke suatu tempat sebentar sebelum aku mengantarmu pulang?”

Ji Yoon mengangguk tanpa bersuara, karena suaranya seperti tercekat di tenggorokan.

“Ne, hyung. Aku akan kesana. Ne.”

Taemin meletakkan ponselnya kembali.

“Ji Yoon–ah, mianhae...”

“Aniya, seharusnya aku yang meminta maaf.”

“Tentu saja aku yang harus meminta maaf. Aku yang memaksa untuk mengantarmu. Dan sekarang ada hal yang membuatmu harus pulang lebih lama.”

“Aniya, Taemin–ssi . Aku meminta maaf untuk sikapku yang tidak bersahabat. Mianhaeyo...”

“Maksudmu? Aku bisa dekat dengan mu mulai sekarang?”

“Tidak juga, aku hanya meminta maaf atas sikapku di waktu yang lampau.” Ji Yoon kembali menampilkan ekspresi dinginnya.

“Ah, perkataanmu membuatku serasa ditampar.” Taemin menepuk dada. “Ji Yoon-ah, bisakah kau memanggilku Taemin saja? Aku benar-benar tidak suka dengan kata –ssi dibelakang namaku.”

“Mungkin lain kali.” Potong Ji Yoon sebelum Taemin kembali membuatnya terlalu hanyut dengan pembicaraan mereka.

“Aishh... kau benar-benar mempermainkan hatiku. Jahat sekali.” Taemin kembali fokus menyetir dan membiarkan Ji Yoon menikmati hal yang ada diluar, meskipun Taemin tidak menemukan hal yang menarik dari rumah-rumah yang berjejer itu.

~~~~~~*~~~~~~~

Mobil Taemin berbelok memasuki parkiran sebuah kafe dan berhenti disana. Ji Yoon tertidur dengan kepala menyandar ke kaca jendela mobil, membuat Taemin urung untuk mengajaknya turun. Taemin keluar dari mobil dan masuk kedalam kafe itu. Dilihatnya namja yang tadi meneleponnya sudah ada disana dengan seseorang yang juga dikenalnya meskipun mereka tidak begitu dekat.

“Hyung...” sapanya sembari duduk.

“Kau sudah datang?”

Woo Bin meletakkan minumannya.

“Kalian sudah memesan?” Taemin mencomot kentang goreng yang ada dihadapannya.

 “Hyung ingin memberi tahu kepada kalian suatu hal yang sangat penting. Jadi dengarkan baik-baik.”

Woo Bin langsung to the point. Keduanya memasang telinga baik-baik seperti perintah Woo Bin.

“Hyung mendapat pesan dari appa untuk menjodohkan salah satu dari kalian dengan yeoja yang appa dan hyung pilih.”

Keduanya membuka mulut bersamaan hendak menyela, yang kemudian dimenangkan oleh Taemin.

“YA! Hyung.. aku sudah punya yeoja yang kusukai...” Taemin menolak.

“Kau Kai?” Woo Bin memberi kesempatan untuk namja yang satu lagi untuk bersuara.

“Nado... Aku bahkan sedang berusaha mengenalnya lebih dekat.” Namja yang ternyata Kai itu menjawab dengan setengah hati.

“Sepertinya diantara kalian akan ada yang berubah pikiran jika Hyung memberi tahu siapa orangnya.” Woo Bin bertopang dagu dan melihat kedua adiknya itu.

“Tentu saja tidak...” elak keduanya bersamaan.

“Ah, kebetulan sekali dia disini. Kalian melihat yeoja yang baru duduk di bangku yang ada di dekat pintu itu?”

keduanya mengikuti arah pandangan Woo Bin.

“MWO?! IM JI YOON?!!” keduanya membelalak tak percaya.

“Wah, kalian mengenalnya?” Woo Bin terlihat terkejut.

“Tentu saja, dia yeoja chingu ku...” tegas Taemin.

“Yak! Apa maksudmu? Dia itu yeoja chingu ku...” sela kai.

Keduanya saling menatap dengan wajah geram.

“Tunggu, maksud kalian berdua, yeoja yang kalian sukai itu Ji Yoon?” Woo Bin terlihat putus asa menghadapi keduanya.

Tadi keduanya menolak, dan sekarang keduanya bersikukuh mempertahankan yeoja itu.

“Ne, Hyung...” jawab keduanya.

“Kalian benar-benar tak tertolong. Tunggu disini, aku akan memanggilnya...”

“Andwae, Hyung. Jangan sekarang.” Kai menolak.

“Wae? Dia juga sudah tahu hal ini, tapi dia tidak tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.”

“Ji Yoon tahu kalau dia dijodohkan?” Taemin mengerutkan kening.

“Jadi itu yang membuatnya menangis. Ya! Hyung. Jangan beritahu dia sekarang.” Kai menahan pergerakan Woo Bin.

“Ne, Hyung. Dia datang bersamaku. Aku masih harus mengantarnya pulang. Kalau dia tahu sekarang, dia akan meninggalkan tempat ini dan kita tidak akan tahu kemana dia pergi.” Taemin menolak.

“Kau? Datang dengannya? Ya! Kau benar-benar cari mati.” Kai menatap Taemin seolah hendak menelannya.

“Yak! Yak! Geumanhae...”

Woo Bin menengahi keduanya.

“Dia juga tidak tahu kalau kita satu keluarga kan Hyung?”

Kai menoleh ke Woo Bin.

“Tentu saja belum.” Woo Bin menggeleng sambil melirik ke arah Ji Yoon.

“Dia melihat kesini.” Woo Bin berbisik.

“Aku pergi sekarang.” Ujar Kai.

“Aku juga pamit, Hyung. Kai, aku keluar duluan dengannya, baru kau pergi. Kau tidak ingin dia melihat kita bertiga disini kan?! ” 

Taemin berdiri tanpa menunggu jawaban Kai dan berjalan menuju Ji Yoon. Ia berusaha bersikap biasa, seolah sedang tidak menyembunyikan sesuatu.

“Ji Yoon-ah, kau sudah bangun? Kajja, ku antar pulang.”

“Aku sedang menunggu pesananku yang dibungkus.”

Ji Yoon mencoba melihat orang yang seperti dikenalnya yang tertutupi oleh badan Taemin.

“Taemin-ssi, minggir sebentar. Sepertinya aku mengenal mereka, bukankah itu...”

“Ah, Ji Yoon-ah... pesananmu datang.” Taemin memotong ucapan Ji Yoon dan menerima pesanan Ji yoon dari pelayan yang datang lalu membayarnya.

“Kajja...” Ia menarik Ji Yoon untuk berdiri dan mendorong pelan bahu Ji Yoon supaya berjalan menuju pintu. Ia tetap menghalangi pandangan Ji Yoon dari kedua namja itu.

“Taemin-ssi, kau kenapa?” Ji Yoon semakin curiga.

“Ani.. barusan appa menelepon. Appa bilang aku harus pulang dibawah jam 8, jadi kita harus pulang sekarang. Supaya bisa sampai dirumah tepat waktu.” Taemin beralasan.

Ji Yoon melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan angka 6:32.

“Aku bisa pulang sendiri.” Ji Yoon meraih makanan yang di pegang Taemin.

“Mana bisa begitu? Aku sudah janji mengantarmu. Jadi aku akan mengantarmu.” Taemin menggenggam tangan Ji Yoon dan membawanya masuk kembali ke mobil.

“Kau bersikap seperti ini lagi.”

“Mian, kau sudah tahu alasannya kan, Ji Yoon-ah...” Taemin tertawa kecil dan menutup pintu mobil. 

Mobil Taemin meninggalkan parkiran diikuti oleh pandangan geram Kai yang kelihatan sangat tidak rela. Sementara Woo Bin memperhatikannya dalam diam. Tidak habis pikir dengan fakta yang baru didapatnya. Kedua adiknya sepertinya tidak akan ada yang mengalah. Dan itu memang pantas untuk mendapatkan Ji Yoon yang sudah dikenalnya sejak Ji Yoon berusia 12 tahun. Remaja yang menyimpan banyak luka itu kini sudah tumbuh dewasa. Ji Yoon tidak mengenal keluarga Woo Bin karna yeoja itu memang tidak ingin dekat dengan semua orang. Dia selalu merasa, mengenal Woo Bin saja sudah cukup. Tanpa harus mengenal semua anggota keluarganya. Hal yang mungkin akan disesali Ji Yoon kedepannya.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK