Wajah kusut Ji Yoon terlihat jelas saat ia mengambil segelas minum dari pantry. Ibunya hanya memandangnya prihatin, karna ia tahu semua itu berat untuk Ji Yoon. Putrinya akan kembali menjadi pribadi yang tertutup seperti dulu.
“Ji Yoon-ah, kau sakit?”
“Ani, eomma. Gwaenchanayo.”
Ji Yoon memaksakan seulas senyumnya.
“Apa mereka tidak pernah menghungimu? Sudah berapa lama kau terlihat seperti mayat hidup begini?”
“Ani. Aku pantas mendapatkan hal ini. Lagi pula, ini lebih baik. Dari pada menghancurkan hubungan persaudaraan mereka.”
“Pasti rasanya sakit. Apalagi kau baru merasakan hal ini pertam kali.”
“Apa maksud eomma?” Ji Yoon kebingungan.
“Kau sudah jatuh cinta padanya, sayang. Dan kau terlambat menyadari itu.”
“Aku? Jatuh cinta pada Kai? Tidak mungkin, Eomma.”
“Jadi Kai orangnya?”
Ji Yoon mengerucutkan bibirnya karna termakan jebakan ibunya sendiri.
“Aahhh, Kenapa eomma tega mempermainkan ku?” gerutunya.
“Aigoo.. anakku sudah besar.” Guratan bahagia terlihat jelas diwajah ibunya.
“Tapi, apa yang harus kau lakukan? Perjodohan sudah dibatalkan.” Kata Ibunya kemudian.
“Mollayo, mungkin aku harus mengubur perasaan ini sebelum semuanya terlambat, Eomma.”
“Eomma selalu mendoakan yang terbaik untukmu, sayang.”
Ji Yoon tersenyum dan meletakkan gelasnya.
“Eomma mau minum apa? Akan aku buatkan?”
@#@#@#
“Eonni...”
Ji Yoon dikagetkan dengan kemunculan Min Hee yang tiba-tiba di butiknya.
“Eoh, Min Hee-ya... kau disini?” pekiknya senang.
“Ne, apa eonni baik-baik saja?” Min Hee terlihat antusias.
“Tentu saja. ah, dimana Gi Kwang?”
“Aku tidak tahu eonni.”
“Wae? Wae? Kalian bukannya sudah kembali pacaran?”
“Aniyo. Siapa yang bilang? Aku sudah punya pacar baru.”
“Kenapa kau tidak kembali dengannya? Kau tidak menyukainya?” cecar Ji Yoon.
“Aku sudah punya kekasih eonni. Dan Gi Kwang oppa sedang mati-matian mengejar cinta seorang gadis.”
“Oppa? Gadis? Ah, ayo kita duduk sebentar. Sepertinya ceritamu menarik.” Ji Yoon menggandeng Min Hee dan mendudukannya di ruangannya.
“Jadi bagaimana?” lanjut Ji Yoon.
“Kami memutuskan berteman. Jadi aku harus bersikap hormat padanya. Dia kan hampir seumuran dengan Oppaku, eonni.”
“Jadi siapa gadis itu?”
“Entahlah, Cho Chelsea atau Kwon Chelsea? Aku lupa. Tapi namanya Chelsea.”
“Bukan orang korea asli?”
“Aku tidak tahu pasti , eonni. Dia tidak pernah menceritakannya padamu.”
“Tidak. Sepertinya semua orang begitu sibuk akhir-akhir ini.” Ucap Ji Yoon sambil tertegun sesaat. “Dan kenapa kau bisa punya pacar secepat itu?”
“Ah, Eonni. Ini sudah 3 bulan sejak kembali dari Tokyo. Aku tidak menerima Gi Kwang Oppa begitu saja, karna pacarku yang sekarang sudah menyatakan cintanya sebelum aku ke Tokyo.”
“Mwo? YA! Min Hee... Kau menggantungnya berapa lama?” Ji Yoon melotot pada Min Hee.
Min Hee langsung tertawa kecil.
“Jangan khawatir Eonni, aku hanya menyuruhnya bersabar dan menunggu selama 3 bulan.”
“Aigoo.. anak ini. Kau berbeda jauh dengan Oppamu. Apa jiwa kalian tertukar?” Ji Yoon mendecakkan lidah dan menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.
“Dan sepertinya tidak lama lagi kita akan mendengar kabar bahagia.”
Min Hee bangkit dari duduknya dan memeluk Ji Yoon untuk berpamitan.
“Apa itu?” Ji Yoon penasaran.
“Tunggu saja, Eonni. Aku pergi.”
Min Hee melenggang santai keluar dari ruangan Ji Yoon.
“Aigoo, anak itu...” Ji Yoon merasa sedikit terhibur akan cerita Min Hee.
“Chelsea? Dan dia tidak ada niat berbagi denganku? Kwang-ee, kau pilih mana? Aku rebus atau aku sate? Ah, Sate. Sudah lama aku tidak makan makanan itu. Terakhir waktu aku baru masuk kuliah. Apa masih di jual di tempat itu? Sebaiknya aku kesana.”
Ji Yoon kemudian merapikan tasnya dan keluar dari butik. Ia sudah memakai mobil untuk bepergian. Apalagi jadwal kuliahnya tidak terlalu padat seperti semester sebelumnya. Jadi Ji Yoon menghabiskan waktunya di rumah dan butik. Jadi dia bisa dengan mudah pulang pergi ke ketiga tempat itu.
@#@#@#
Bulan ke empat setelah pembatalan perjodohan, dan sampai saat ini tak sekalipun batang hidung Kai terlihat. Ia seolah hilang dari peredaran. Taemin tidak berubah, dan bahkan masih mengajaknya makan bersama beberapa kali. Bahkan Taemin pun tidak tahu keberadaan Kai atau mungkin tidak ingin memberi tahu Ji Yoon.
Suara gemerincing kunci terdengar saat Ji Yoon membuka pintu butik. Ia terkejut saat melihat seseorang berpakaian sedikit lusuh duduk di depan butiknya dengan kepala tertunduk.
“Permisi... apa ada yang bisa saya bantu?”
Ji Yoon mencolek pundak namja itu. Tidak ada sahutan.
“Apa anda tidur? Jangan tidur di tempat seperti ini.”
Colekan tadi berubah menjadi sedikit goncangan. Ji Yoon berusaha membangunkannya.
“Laparrr....” rintih namja itu.
“Mworago? Anda kelaparan?”
Kepala namja itu mendongak dan Ji Yoon dapat melihat dengan jelas wajahnya yang terlihat kusut. Matanya sembab seperti kurang tidur.
“Nona, bisakah kau memberiku seteguk minum?”
“Ah, kalau begitu silahkan masuk dulu. Saya akan mengambilkan minum.”
Ji Yoon membuka lebar pintu butiknya dan masuk lebih dulu. Tempat itu masih kosong karna jam buka masih sejam lagi.
“Maaf merepotkan.”
Namja itu duduk setelah dipersilahkan oleh Ji Yoon.
“Kenapa anda tertidur disana?” Ji Yoon tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Aku tidak punya rumah.”
“Memangnya anda datang dari mana?”
“Hmmm.. tempat yang lumayan jauh dari sini.”
Ji Yoon menyodorkan sepotong roti padanya.
“Makanlah.” Ujarnya.
“Kamsahamnida...”
“Silahkan duduk lebih lama. Saya mau melanjutkan pekerjaan saya.”
Ji Yoon berjalan menuju deretan pakaiannya dan merapikan beberapa pakaian yang tidak sesuai tempat.
Namja itu mengunyah rotinya dalam diam sembari mengamati ruangan itu. Ia juga memperhatikan Ji Yoon yang sedang bekerja.
“Apa tidak apa-apa aku disini? Bos mu tidak akan marah?” namja itu buka suara.
“Tenang saja. Majikan saya orang yang baik.”
Namja itu mengangguk mengerti kemudian melanjutkan makannya.
Ji Yoon sibuk dengan pekerjaan dan pelanggannya sehingga melupakan namja yang dibawanya masuk tadi pagi. Ia sedang berdiri disamping pelanggannya yang sedang fitting baju saat seseorang menepuk bahunya.
“Aku pergi dulu. Suasananya semakin ramai.” Pamit namja tersebut.
“Ah, anda akan pergi kemana?”
“Kemana saja. Aku akan mencoba hidup dengan tangan dan kakiku sendiri.”
“Kalau anda mau, anda bisa bekerja paruh waktu disini. Ini kartu nama pemilik butik ini.”
Ji Yoon terdorong oleh rasa kasihan dan menyodorkan kartu nama yang selalu diselipkan di buku kecilnya pada namja itu.
“Akan aku pikirkan.”
Namja itu meraih kartu nama dan mengantonginya.
“Kamsahamnida..” Ia tersenyum kaku dan segera keluar dari butik itu.
Ji Yoon menatap kepergian namja itu sampai melewati pintu, dan baru sadar kalau namja itu selalu memakai kata aku meskipun Ji Yoon menggunakan kata saya dan anda yang sangat baku.
‘Ah, aku lupa menanyakan namanya.’ Batin Ji Yoon.
“Ji Yoon-ah, kau sudah makan?”
Taemin tiba-tiba muncul dan menutupi pandangan yeoja itu.
“Taemin-ah, kau datang? Aku belum lapar.”
“Ayolah, kita makan siang dulu. Kau juga perlu istirahat.”
Taemin menarik tangan Ji Yoon untuk menjauh dari keramaian.
“Kau saja. Aku akan makan disini. Aku hanya perlu menelepon tempat makan yang menyediakan jasa antar.”
“Ide bagus, kalau begitu aku ikut makan disini. Sebenarnya aku juga bosan makan di restoran. Suasana tempatmu ini lebih menyenangkan.”
Taemin langsung mengambil tempat duduk.
“Ya! Kau ini selalu saja beralasan. Memangnya kau tidak bosan hanya makan denganku? Sekali-sekali kau perlu mengajak wanita-wanita yang memujamu untuk makan bersama.”
“Untuk apa? mereka akan merasa beruntung dan aku merasa dirugikan. Lebih baik aku makan dengan mu saja.” elak Taemin.
“Kau pikir aku tidak rugi?” dengus Ji Yoon. “Kalau begitu kau yang memesan. Aku akan kembali bekerja. Kalau makanannya sudah datang, tolong panggil aku.”
“Okeee... kalau begitu aku akan memesannya dari ruanganmu. Kita akan makan disitu kan?”
Ji Yoon melempar pandangan mengancam.
“Ya.. Ji Yoon-ee, apa kau mau membuat pelangganmu hanya berdiri saja melihatimu makan?” Taemin beralasan.
“Ya sudah, Kau keruanganku lebih dulu. Aku akan menyusul.” Ji Yoon menyerah.
Taemin langsung tersenyum cerah dan bergegas menuju ruangan kerja Ji Yoon. Tak ada yang lebih membahagiakan baginya selain melihat wajah Ji Yoon saat makan bersama dengannya.
Give Love, Like, and Comment if you interest with this fanfic... ^_^