Lima menit berlalu, dan Gikwang masih sibuk menyusun kembali kalimat yang akan disampaikannya di dalam otak. Mencoba merangkai kembali kata demi kata yang sudah dihancurkan oleh pertanyaan Min Hee tadi.
“Oppa, kau sedang apa? Kau hanya akan diam saja?” Min Hee menyenggol lengan Gikwang dan kembali membuyarkan susunan kalimat yang sedang di rangkai Gikwang.
“Arhhh...” keluhnya. “Min Hee-ya, aku sedang menyusun kata-kata, dan kau sudah menghancurkannya untuk kedua kalinya.”
“Wae..wae? apa yang sudah kulakukan? Aku hanya bertanya hal yang biasa karna aku bosan berdiam disini.” Cecar Min Hee tak terima disalahkan seperti itu.
“Sssttt, sebaiknya kau diam sejenak. Bahkan hanya mendengar suaramu sedekat ini saja, konsentrasiku langsung pecah.” Gikwang meletakkan telunjuknya di bibir Min Hee yang lembab, dan konsentrasinya semakin hancur berantakan karna bibir itu.
“Apa sebaiknya aku pergi saja?” usul Min Hee.
“Yak! Min Hee-ya, kalau kau pergi, lalu untuk apa aku duduk disini?!” decak Gikwang nyaris putus asa.
“Mollayo... Oppa yang mengajakku keluar. Ah, aku lapar....” keluh Min Hee sambil memegangi perutnya. “Oppa, kita bahkan belum sarapan...”
“Kajja, kita makan dulu...” Gikwang menyerah dan mengakhiri kecanggungan itu. Ia bangkit dari duduknya dan melangkah mendahului Min Hee.
“Minho Oppa belum sarapan juga..” Min Hee mengingatkan.
“Dia bisa makan sendiri.” Sikap egois Gikwang yang ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Min Hee membuatnya melupakan Minho.
“Ah, geure.. kalau begitu kita makan dimana?” Min Hee berusaha menyamai langkah Gikwang.
“Kau mau makan apa?” Gikwang merangkul bahu Min Hee dan membawanya pergi meninggalkan taman itu.
‘Tingkahnya aneh sekali, kenapa dia lebih manis dibandingkan sewaktu kami berkencan dulu? mencurigakan sekali’ pikir Min Hee.
*&*
Ji Yoon langsung kembali bekerja dan hanya mengandalkan vitamin yang diberikan dokter untuk membantu meningkatkan staminanya. Ia sedang sibuk menjahit manik-manik di pakaian yang dipegangnya ketika resepsionis meneleponnya melalui pesawat telepon di mejanya.
“Baik, saya akan segera turun.”
Ji Yoon meletakkan pakaiannya dengan hati-hati dan turun menemui tamu yang dimaksud resepsionis.
“Yak! Minho Oppa, kau semakin sering datang kesini. Ada apa?”
Ji Yoon langsung duduk disamping Minho di ruang tamu.
“Hanya sedang ingin bertemu...”
“Cih, kau tidak perlu berbohong Oppa. Alasan mu tidak masuk akal, ingin menemuiku di jam kerja seperti ini. Apa aku perlu memanggilnya sekarang?” Ji Yoon berpura-pura seolah hendak bangkit berdiri.
“Ah, andwae...” Minho spontan menahan pergerakan Ji Yoon.
“Hmmm, apa kubilang. Kau pasti ingin menemuinya. Kenapa tidak langsung menemuinya di rumah saja. Aku kasihan melihatmu seperti ini, Oppa..”
Ji Yoon menggelengkan kepala mengekspresikan rasa kasihannya.
“Yak! Jangan buat ekspresi seperti itu. Aku tidak semenyedihkan itu.”
Minho menolak dikasihani.
“Apa dia sedang bekerja?” lanjut Minho.
“Tentu saja, kau pikir kami tidak sibuk untuk acara yang tinggal beberapa hari lagi?”
“Ji Yoon-ah, besok kami akan kembali ke Seoul.” Jelas Minho.
“Mwo? Kenapa cepat sekali?”
“Apanya yang cepat? Kami sudah lama disini. Appa bisa marah kalau melihat jumlah uang yang kami habiskan selama disini.”
“Yak! Oppa... kau bahkan belum pernah berbicara langsung pada Sulli. Sekarang kau mau membuang kesempatan ini lagi?” protes Ji Yoon.
“Nanti malam aku akan mengajaknya makan malam berdua.”
“Oppa sudah mengajaknya atau masih berencana mengajaknya?”
“Masih rencana...” ujar Minho pelan.
“Aigoo... aku bisa stress melihatmu begini Oppa.” Ji Yoon menepuk dadanya frustasi. “Tunggu disini, aku akan panggilkan dia.”
Ji Yoon berdiri dan Minho langsung membuka mulut hendak mendebat. Ji Yoon langsung menyela sebelum Minho sempat bersuara.
“Jangan coba-coba menolak. Ini hal terakhir yang bisa kulakukan untuk mencegah Oppa patah hati pada orang yang sama.”
Ji Yoon langsung melenggang pergi sebelum Minho protes padanya.
“Sulli-ssi, kau tidak sedang sibuk kan?” Ji Yoon langsung menghampiri meja kerja Sulli.
“Aku sedang menjahitkan kancing coat ini. Ada apa?” Sulli menunjukkan coat berwarna peach ditangannya.
“Ada yang ingin bertemu denganmu dilantai bawah.”
“Nugu?” Sulli mengerjapkan matanya berusa menebak tamu yang dimaksud.
“Temui saja, kau juga akan segera tahu. Ini benar-benar gawat. Dan kau harus menemuinya segera sebelum dia berubah pikiran.”
Ji Yoon mengambil jarum dari tangan Sulli dan meletakkannya ke kotak perlengkapan. Kemudian ia mendorong lembut pundak yeoja itu untuk bergerak dari tempatnya.
“Apa aku kenal orangnya?” Sulli menoleh dengan ragu.
“Lihat saja langsung di ruang tamu. Semoga harimu menyenangkan Sulli-ssi.”
Ji Yoon melemparkan senyum manisnya dan melambaikan tangan pada Sulli yang melangkah menuruni tangga dengan dahi berkerut.
“Kuharap Minho Oppa melakukan hal yang benar kali ini..” Ji Yoon mengepalkan tangannya seolah menyemangati orang yang sedang menunggu di ruang tamu sana.
Minho sonatk berdiri saat melihat Sulli berjalan menuju arahnya.
“Sulli-ya...”
“Minho Oppa..?!” Sulli berusaha untuk mempercayai penglihatannya.
“Bagaimana kabarmu?”
Ada sedikit rasa canggung muncul diantara mereka berdua.
“Aku baik-baik saja, Oppa sendiri?”
‘Aku tidak baik-baik saja karna selalu memikirkanmu...’ erang Minho dalam hati.
“Aku juga baik-baik saja..” bohongnya. “Kau punya waktu sebentar?” lanjutnya.
“Ya, tentu. Ada yang mau Oppa bicarakan.”
“Ani.. hanya saja... Kau mau makan malam berdua denganku nanti? Sehabis bekerja mungkin..” Minho menyakui tangannya menunggu jawaban Sulli.
“Nanti malam?” Sulli berusaha mengingat kegiatannya.
“Sepertinya aku punya waktu diatas jam 8. Apa Oppa tidak apa-apa menunggu sampai jam segitu?”
“Tidak, aku akan menunggu. Yah, aku akan menunggumu jam 8. Aku akan menjemputmu.” Jawab Minho cepat.
“Kalau begitu sampai jumpa nanti malam..” Sulli memberikan senyuman manisnya dan membuat melupakan pijakan kakinya untuk sejenak. Baru setelah Sulli berbalik pergi, Minho tersadar.
“Sulli-ya...!!” panggil Minho lagi.
“Nde? Ada apa Oppa?”
“Alamat rumahmu. Aku tidak tahu harus menjemputmu kemana nanti malam.” Ujar Minho sambil menggaruk tengkuknya.
“Ah, benar... aku bodoh sekali melupakan hal itu.” Sulli menepuk dahinya sendiri, lalu menyebutkan alamatnya.
“Kalau begitu, aku jemput nanti malam. Annyeong, Sulli-ya... semangat bekerja ya..” Minho melambaikan tangan pada Sulli yang berjalan menaiki tangga kembali.
“Yeesss....” Minho melompat girang karna berhasil mengajak gadis yang disukainya keluar.
Ia langsung mengetikkan pesan kepada Ji Yoon untuk mengucapkan terimakasih.
Yoon-ee, gomawo.. karna kau, aku sudah berhasil mengajaknya keluar. Kerja yang semangat ya, saranghae....
Kemudian Minho memesan tempat makan di restoran yang lumayan mewah, dan senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya. Dia benar-benar tidak sabar menunggu hari bergulir menjadi malam.