Langkah Kai terhenti saat Ji Yoon berhenti dan tiba-tiba berbalik. Tidak sempat sembunyi, Kai memilih berdiri mematung di tempatnya. Ji Yoon yang baru pulang dari tempat kerjanya itu merasa ada yang mengikuti, sehingga ia mempercepat langkah dan berbalik tiba-tiba untuk mengetahui siapa penguntitnya.
“Yak! Kai-ssi... kau membuntutiku? Kau membuatku takut.” Keluh Ji Yoon.
“Aniya... Aku hanya sedang berjalan-jalan saja.”
“Cih, jalan-jalan apanya? Dari tadi kau terus berjalan di belakangku.”
“Kau tahu darimana?”
“Yak! Instingku saat merasa terancam itu sangat kuat..”
“Terancam? Kau kira aku akan menculikmu?” Kai mendengus.
“Jadi untuk apa kau mengikutiku diam-diam?”
“Sudah ku bilang kan, aku hanya sedang jalan-jalan saja.”
“Tsk, kau terlalu banyak alasan. Aku nyaris saja memukulmu. Mengikutiku secara diam-diam di malam hari begini, apa kau kehilangan akal sehatmu?”
“Yak! Kenapa kau berbicara seperti itu?”
Kai tiba-tiba melangkah maju dan mengunci leher Ji Yoon pelan dengan lengan kanannya.
“Yak! Kai-ssi.. lepaskan tanganmu...”
“Shireooo... Karna kau mengataiku tidak waras, maka aku akan benar-benar menculikmu.”
Kai melangkah dan membuat Ji Yoon terpaksa mengikuti namja itu.
“Kau sudah normal lagi? Kemarin kau bersikap dingin padaku...” ejek Ji Yoon.
“Sudah diam... Sepertinya kau benar-benar menikmati jadi tawananku...”
Tangan kiri Kai yang bebas bergerak menjitak kepala Ji Yoon.
“Yak! Apa yang kau lakukan? Benar-benar tidak sopan. Sejak kapan kau berani memukul kepalaku?” teriak Ji Yoon.
“Pelankan suaramu.. Kau membuat kucing di depan sana lari ketakutan.”
Kai melepaskan pitingannya dan memilih merangkul bahu Ji Yoon.
“Tanganmu...” protes Ji Yoon.
“Kau mau aku diamkan atau aku seperti ini..”
“Dasar tukang ancam...” Ji Yoon mendengus.
Keduanya kemudian melangkah dalam diam menuju flat tempat Ji Yoon tinggal.
“Kai-ssi, kau tahu aku tinggal disini?”
“Tentu saja, aku pernah mengantarmu pulang..”
“Kapan?” Ji Yoon berusaha mengingat. “ah, waktu aku mabuk itu...”
Langkah mereka terhenti saat melihat sosok orang menghalangi jalan mereka.
“Wah, sepertinya kalian sangat menikmati kebersamaan kalian.” ejek Taemin dengan nada tidak senang.
“Taemin-ah, sedang apa kau disini?” Ji Yoon terlihat terkejut.
“Wae? Kau tidak mau menemui ku tapi dia bisa bersama denganmu?” sela Taemin dengan wajah yang sedikit emosi.
“Yak! Kenapa kau harus seperti itu padanya?” suara Kai terdengar marah.
“Aku ingin bicara sebentar...” Taemin meraih pergelangan tangan Ji Yoon dan menariknya menjauh.
“Yak! Lepaskan dia...” perintah Kai.
“Memangnya kau siapa memerintahku seperti itu?” tantang Taemin.
“Sudah, diam... Kenapa kalian harus ribut disini? Sebaiknya kalian pulang.” Ji Yoon berusaha melepaskan tangannya.
“Aku harus bicara denganmu.”
Taemin membawa Ji Yoon masuk kedalam mobilnya dan langsung menutup pintu dari dalam. Tidak membiarkan Kai mengacaukan rencananya. Kai mengetuk kaca mobil dan terlihat kesal. Taemin langsung menyuruh sopirnya menjalankan mobil, Kai tidak bisa mengejar dan hanya bisa mengumpat.
“Yak, Taemin-ssi... Kau benar-benar membuatku kesal...”
Ji Yoon menepis tangan Taemin yang sedari tadi memeganginya.
“Aku hanya ingin meminta maaf padamu. Dan aku kesal melihatmu datang dengannya. Maafkan sikapku yang kasar barusan.”
Ji Yoon membuang pandangannya dan hanya diam. Taemin meraih tangan Ji Yoon dan menggenggamnya.
“Ji Yoo-ah, aku benar-benar minta maaf atas kejadian sebelumnya...”
“Aku sudah tidak mau mengingatnya lagi.”
“Baik, kalau begitu... aku ingin mengajakmu kesuatu tempat malam ini.”
“Aku mau pulang..”
“Ji Yoon-ah, kumohon.. sekali ini saja... Aku tidak akan lama di Tokyo.”
“Aku benar-benar tidak suka sikapmu tadi. Aku tidak pernah melihatmu sekasar itu sebelumnya.”
Ji Yoon menoleh pada Taemin.
“Mianhae... Aku hanya berusaha menjaga apa yang seharusnya kujaga. Dan aku tidak ingin dia merebut orang yang kusayangi.”
“Taemin-ssi... Kau mau aku melompat turun dari mobil ini sekarang? Kau membuatku merasa seperti barang milikmu.”
“Mian... Aku akan diam...” Taemin melepaskan genggamannya.
Ji Yoon kembali menatap keluar jendela mobil. Banyak pertanyaan bersiliweran di kealanya sekarang.
“Sebenarnya aku bingung, kenapa kalian semua bisa berkumpul bersama di sini dan menemukanku?”
“Kalian semua? Memang ada siapa lagi?”
“Gi Kwang, Minho... Kalian benar-benar membuat kepalaku pusing memikirkannya.”
“Aku dan Kai memang sedang ada urusan di sini. Tapi aku belum pernah bertemu Gi Kwang dan Minho disini. Kita sudah sampai.”
Taemin turun dan membukakan pintu pada Ji Yoon. Ji Yoon mengedarkan pandangannya dan mendapati dirinya berada di depan sebuah restoran italia.
“Kau mengajakku makan?”
“Ya, aku ingin makan malam denganmu.”
“Taemin-ssi...”
“Kenapa kau memanggilku seperti itu lagi? Aku lebih menyukai panggilan yang sebelumnya.” Protes Taemin sambil menggengam tangan Ji Yoon dan membawanya masuk.
“Kau membuatku tidak nyaman tadi..”
“Mian...”
Seorang pelayan langsung memandu mereka menuju sebuah meja yang ada tulisan ‘dipesan’. Taemin menarik tempat duduk Ji Yoon dan mempersilahkannya duduk.
“Gomawo...” bisik Ji Yoon.
“Sudah seharusnya...” Taemin tersenyum padanya.
“Kau sudah memesannya sebelumnya?”
“Hmmm...”
“Bagaimana kalau aku tidak mau?”
“Tadinya aku mau menculikmu kalau kau tidak mau keluar dari flatmu. Tapi ternyata adegan kecil tadi sedikit mempermudah.”
“Tsk, kalian benar-benar saudara yang suka menculik orang lain ya...” decak Ji Yoon.
“Mwo?”
“Aniya, lupakan...”
Ji Yoon tidak ingin memperpanjang pembicaraan karna makanan yang dipesan Taemin sudah diantar ke meja mereka. Makan malam itu berlangsung cukup singkat, dan Taemin kehabisan bahan obrolan. Ji Yoon kembali dari toilet dan duduk di hadapan Taemin kembali.
“Kita pulang sekarang?” katanya.
“Baiklah... Aku bayar dulu...” Taemin memanggil pelayan dan menyerahkan kartunya untuk membayar. Kemudian mengajak Ji Yoon pergi setelah kartunya di kembalikan.
Ji Yoon yang melangkah di samping Taemin tiba-tiba berhenti saat melihat pasangan yang baru masuk kedalam restoran itu. Taemin yang memperhatikannya, ikut memandang ke arah pintu dan tertegun.
“Appa....” ujar Ji Yoon lirih.
Orang yang disebut Ji Yoon sebagai appanya itu sedang mempersilahkan pasangannya duduk. Ji Yoon merasa hatinya diremas.
“Kau mau menemuinya?” tawar Taemin.
“Apa dia akan mengenaliku?” Ji Yoon menatapnya ragu.
“Kalau tidak dicoba, kau tidak akan tahu...”
Ji Yoon berjalan mendekati meja ayahnya ditemani Taemin. Mereka berdua berdiri disamping meja, dan menghentikan kegiatan pasangan itu.
“Maaf... Apa anda benar-benar mengenal saya?” Ji Yoon meneguk ludahnya susah payah. Berusaha mempersiapkan hatinya untuk mendengar jawaban pria itu.
“Apa kita pernah jumpa sebelumnya?” ujar pria itu.
Hati Ji Yoon mencelos mendengarnya. Rasanya sangat sakit. Bahkan ayahnya sendiri tidak mengenali putrinya.
“Ani... Kurasa kita memang benar-benar tidak kenal. Maaf mengganggu makan malam anda....” Ji Yoon langsung berbalik pergi.
Taemin yang merasa harus melakukan sesuatu buru-buru mengambil tindakan.
“Im Ji Yoon, tunggu aku.... IM JI YOON....” teriaknya sambil berlari mengejar Ji Yoon. Tidak perduli lagi dengan orang-orang yang memandang aneh pada mereka.
Sendok yang dipegang pria itu langsung terjatuh ke atas piringnya.
“Im Ji Yoon... Ji Yoon-ee.. Putriku... Putri kecilku..” Pria itu bergegas bangkit dan mengejar Ji Yoon yang sudah keluar dari restoran.
“Ji Sung-ssi... kau mau kemana? Kau meninggalkanku disini?” panggil wanita yang menjadi pasangannya itu dengan wajah memerah menahan amarah.
~~~~~*~~~~~
TBC
Tinggalkan jejak ya guys.... :)