Disanalah aku dan kamu bertemu, tanpa pernah membuat janji lebih dulu.
Hoaam~ aku menguap lebar. Aku berjalan lebih cepat kearah stasiun, memeluk erat buku-buku tebal dikedua tanganku. Hari sudah cukup gelap, tetapi jalanan masih ramai sehingga aku tidak terlalu takut berjalan sendirian menuju stasiun. Dan kalaupun ada yang mengikutiku aku bisa melemparnya dengan buku-buku ini, pastinya orang itu bisa gegar otak melihat tebalnya buku-buku ini hahaha.
Aku memasuki stasiun, membeli tiket dan melangkah menuju tempat menunggu kereta tiba. Dan disana aku melihatnya. Dia duduk dengan menatap kearah i-podnya sambil bernyanyi-nyanyi pelan, mungkin mengikuti irama musik yang sedang dia dengarkan.
Aku terhipnotis. Terdiam. Kemudian tiba-tiba waktu terasa berhenti saat dia menoleh kearahku dan menatapku cukup lama. Perlahan dia bangkit dari duduknya, dan melangkah kearahku. Aku menatapnya.
“Hai.” Dia menyapa, menyungingkan senyumnya yang sudah lama kurindukan. “baru mau pulang?”
Aku menatapnya lama. Membalas senyumnya dengan senyumku yang.. entah aku juga tidak tahu apa aku tidak terlihat seperti sedang menahan tangis.
“iyaa. Kamu sendirian? Baru pulang kuliah?”
“aku habis latihan band di studio dekat sini.” Band? Ternyata dia mempunyai sebuah band.. aku baru tahu. “kamu sepertinya tidak habis dari kampus?” aku merasakan sepertinya dia sedang memperhatikanku.
“ah yaa. Beberapa hari ini aku sedang mengerjakan tugas diluar kampus..” aku meliriknya sekilas, dia tidak berubah.. malah kelihatannya semakin tampan.
“aahh.. itu sebabnya kamu tidak pernah terlihat dikereta akhir-akhir ini?” dia mengela nafas lega, “aku kira, kamu tidak mau naik kereta lagi gara-gara aku..”
a-apa? Barusan dia bilang apa? Apa aku salah dengar? Dan kenapa raut wajahnya terlihat sedih seperti itu.
“a-apa maksudmu?”
“um, itu maksudku.. aku kira karena akhir-akhir ini aku tidak pernah melihatmu dikereta, yah ka-karena aku sudah menolak pernyataan cintamu waktu itu..” dia terlihat malu dan salah tingkah. “maaf kalau aku sudah melukaimu.. kau tahu aku tidak bermaksud begitu.” Dia menatap mataku langsung, sepertinya dia benar-benar mengira aku tidak naik kereta akhir-akhir ini karena dia.
“bu-bukan. Kamu.. walau sudah menolakku waktu itu, kamu tetap berterima kasih padaku. Aku merasa senang sekali! a-aku tidak kecewa karena cinta pertamaku itu kamu. Terima kasih, aku baik-baik saja kok..” aku tersenyum padanya.
Kami saling bertukar pandang dalam diam. Seperti sedang menyelami perasaan satu sama lain. Ah, pasti dia merasa canggung mendengarku berkata seperti itu, tapi aku tidak mau dia salah mengerti.
“karena kamu selalu jujur dan berterus terang,” dia memulai “jadi akupun akan katakan padamu alasan kenapa aku tidak bisa membalas perasaanmu..” kemudian dia mengajakku duduk untuk saling bicara.
“aku takut untuk menyakiti seseorang lagi..” dia memandang lurus kearah laut yang saat ini tidak terlihat karena gelap hanya terdengar suara debur ombak dari kejauhan. “saat mulai kuliah aku berpacaran dengan seseorang, tetapi hubungan kami tidak berjalan dengan baik sehingga aku menyakiti hatinya dan kami berpisah.” Refleks aku menoleh kearahnya.
“aku belum bisa melupakan kejadian itu, sehingga aku tidak bisa menerima pernyataan cinta dengan mudahnya..” lalu dia menoleh kearahku sehingga saat ini kami saling menatap satu sama lain “tapi.. setiap aku melihatmu tersenyum. entah bagaimana seperti ada sesuatu yang menarikku..” DEG. DEG. DEG “aku belum mengerti apa yang sedang aku rasakan saat ini, tapi aku ingin lebih mengenalmu..” jantungku tiba-tiba berdebar sangat kencang. aku takut dia dapat mendengarnya. Aku tersipu malu, air mata menggenang di sekitar pelupuk mataku. Dia tersenyum kepadaku, menatapku, dan yang bisa aku lakukan hanya tersenyum bahagia.
“jadi? Kalau tugas kuliahmu sudah selesai, kau akan naik kereta lagi kan?” aku terkejut dan kami berdua langsung tertawa bersamaan.
Kamu.. meskipun ada seorang gadis yang belum kamu lupakan, aku akan tetap memperjuangkan cinta ini.
“ehm. Jadi, perkenalkan namaku Jung YongHwa imnida mahasiswa tingkat 4. Namamu? Hehehe” dia mengulurkan tanggannya.
“Seo JooHyun imnida mahasiswi tingkat 2, tapi kau bisa memanggilku SeoHyun, karena semua orang memanggilku seperti itu..” aku menjabat tanggannya, kami bertukar pandang cukup lama sebelum kami berdua tertawa bersamaan.
“ahahaha, telat banget yaa kita baru kenalan.”
Aku menyimpan banyak harapan. Bisakah semuanya kujadikan pegangan?
# # #
“ini untukmu..” dia memberikan 2 lembar tiket kepadaku.
“apa ini? Tiket? Untuk apa?” aku memandang 2 lembar tiket yang berwarna keemasan, dan tertulis nama Kyung Hee University. “aah, ini acara kampus kamu?” kemudian aku mengangguk tanda mengerti.
“em, yaa kebetulan band-ku akan tampil dalam festival kampus dan.. kalau kamu ada waktu kamu bisa datang. Aah, ajak temanmu juga karena itu aku memberimu 2 tiket.”
Dia terlihat salah tingkah dan spontan aku langsung menjawab.
“aku datang! Aku pasti datang! eh..umm, yaa aku i-itu aku ingin melihatmu dan bandmu seperti apa hehe” ugh. Apa-apaan sih memalukan sekali aku terlihat terlalu bersemangat.
Dia tersenyum lembut menatapku, “kalau begitu boleh aku tahu nomer ponsel-mu? Jadi kalau kamu bisa datang kamu bisa mengabarkanku..”
Flasback end-
“DOOR!” aku tersentak kaget dan menoleh kearah suara itu, “Hyun-ah, kok bengong sih.. nanti pinternya hilang loh~ hahaha”
“Nicole! Aku bisa jantungan kalau kau mengagetkanku seperti itu terus..”
“jangan salahkan aku. Aku sudah memanggilmu ratusan kali tapi tetap saja jiwamu itu melayang-layang entah kemana ugh!” Nicole memanyunkan bibirnya tanda dia kesal.
“aigoo.. mian. Jangan cemberut begitu aah, aku punya sesuatu buatmu nih.” Aku mengambil selembar tiket yang diberikan oleh YongHwa kemarin dan menyodorkannya ke Nicole.
“apa ini? Tiket? Festival Kyung Hee University..” Nicole menatapku bingung.
“kemarin YongHwa-ssi memberikanku 2 tiket festival kampusnya, dan dia memintaku untuk datang bersamamu juga.” Aku menatapnya penuh harap, “kau mau datang kaaann~”
Dia menatapku penuh arti “kau mau aku jadi obat nyamuk disana?”.
“obat nyamuk? Apa maksudmu Nicole? Tentu saja tidak! Kita akan bersenang-senang disana..”
“maksudmu kita akan bersenang-senang sebentar disana, dan kau akan melupakan aku begitu kau bertemu dengannya kaan..”
“Nicole! Jeongmal! Tentu saja tidak. Aku hanya ingin melihatnya bermain band dan kau bisa berkenalan dengan teman-teman bandnya kaan..”
“baiklah. tapi dengan satu syarat! Kau harus memastikan dia mengenalkan aku kepada teman-temannya. Hahaha siapa tau ada yang mendekati tipe idealku.” Nicole mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum nakal.
“aish, jinjja. Kalau cuma itu syarat darimu aku pasti akan mengabulkannya Nicole..” aku mencubit pipinya sampai dia meringis “.. asal jangan kau minta aku untuk menikahkanmu dengan salah satu temannya nanti! Hahahaha~”
Kamu. Alasan hariku menyenangkan.
# # #