home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Be A Maid

Be A Maid

Share:
Author : mumutaro
Published : 23 Jan 2014, Updated : 07 May 2014
Cast : Bigbang, fictional character
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |36933 Views |6 Loves
Be A Maid
CHAPTER 3 : Ramen Night

Sebuah mobil sedan mendekati Yuri. Yuri bingung, apa itu Ji Yong, ah mana mungkin, apa Pengawal Choi? “Kau... yang tadi bersama Ji Yong kan?” tanya si pemilik mobil sambil membuka jendelanya.

            “Anda siapa ya??” Yuri bingung.

            “Masa tidak ingat aku?” katanya sambil tersenyum.

            “Mm...,” Yuri berpikir,”oh...kau yang tadi di backstage itu bukan? Managernya Ji Yong?” akhirnya Yuri ingat siapa pria di mobil itu. “Benar sekali nona... oh ya? Kau dari apartemennya Ji Yong?” kata Manager Kang sambil tersenyum, masih di mobilnya.

            “Eh... iya,”

            “Sebenarnya aku mau bertemu dengannya..., eh,sekarang kau mau ke mana?”

            “Oh, aku tidak tahu mau ke mana, maksudku, aku mau ke,...”

            “Mau pulang? Apa perlu aku antar?”

            “Wah, tidak usah! Aku belum mau pulang! Lagipula kau kan ingin bertemu Ji Yong, aku bisa jalan sendiri, terimakasih tawarannya,” Yuri berjalan menjauh dari mobil. Namun mobil manager Kang masih saja berjalan di sebelahnya. “Benarkah tidak apa-apa? Ini sudah malam lho?”

            “Iya,tenang saja, kau tidak perlu mengikutiku seperti ini,” Yuri agak kesal. Orang ini aneh sekali, pikirnya.

            “Kalau begitu, bagaimana kalau aku mentraktirmu makan?” Manager Kang memberikan tawaran terakhirnya. Makan! Yuri benar-benar lupa makan seharian, ia sama sekali tidak merasa lapar sampai Manager Kang membicarakan tentang makan. Yuri langsung berhenti berjalan dan matanya berbinar-binar. Semangatnya muncul lagi.

            “Panggil saja aku Daesung,” ujar Manager Kang sesampainya di sebuah restoran mie ramen di pinggir jalan. “Siapa namamu? Aku lupa,”

            “Eh, namaku... Yu...ri,” jawab Yuri ragu-ragu, tepat saat itu semangkuk mie ramen panas terhidang dihadapannya.

            “Haha, kau itu aneh sekali ya, sebut nama sendiri saja masih mikir, jadi namamu, Yu-ri?”

            “Haha, iya. Terimakasih ya sudah mengajakku makan. Aku lapar sekali, terakhir aku makan kemarin malam, seharian ini aku tidak makan sama sekali,” Yuri langsung melahap mie ramen itu, mungkin itu pertama kalinya ia makan di pinggir jalan.

            “Baguslah kalau kau senang, tapi lain kali kau yang traktir aku ya?”

            “Oh tenang saja! Kalau perlu restoran ini aku beli untukmu!” Yuri bicara sambil makan. Rupanya ia benar-benar kelaparan.

            “Hahaha, kau cewek yang lucu ya?”

            “Benarkah? Tidak ada yang pernah bilang begitu padaku,”

            “Iya aku serius... Oh ya, ada yang ingin aku tanyakan. Tadi aku melihatmu pergi bersama Ji Yong setelah acara meet and greet... Kalau boleh tahu... kau itu memang asisten Ji Yong atau apa? Atau... sebenarnya ada hubungan tertentu di antara kalian?” selidik Dae Sung.

            “Hah? Tidak.. aku bahkan baru kenal dia tadi pagi itu lho,”

            “Benarkah?” Daesung terperangah.

            “Iya, dan sebenarnya aku sempat menjadi asistennya sebentar, tapi sekarang tidak lagi,”

            “Kenapa? Jangan-jangan kau dipecat? Apa JI Yong kasar padamu? Apa dia memukulmu?”

            “Hah? Tidak... mana mungkin aku dipecat, aku kan profesional...memang sih dia sedikit kasar sih, tapi mana mungkin dia berani memukulku,” Yuri sedikit heran melihat Dae Sung yang sedikit panik itu. Terlebih dia sendiri juga malu kalau sebenarnya dipecat oleh Ji Yong karena menghilangkan jasnya.

            “Baguslah kalau begitu,” Daesung tersenyum senang, lalu ia meminum minumannya.

            “Sepertinya kau curiga padaku? Aku tidak bohong, aku dan orang bernama Ji Yong itu tidak ada apa-apa, aku tidak kenal dia,”

            “Iya, aku percaya padamu. Sebagai managernya aku hanya ingin berjaga-jaga saja, sebenarnya aku tidak mau ada berita buruk atau gosip-gosip aneh tentang Ji Yong lagi, sudah terlalu banyak, walaupun tidak semua benar, tapi... ya, kau tahu kehidupan kami kan? Seperti ini,” Daesung tersenyum kecil.

            “Mm.. Ji Yong itu... apa dia terkenal? Aku tidak pernah melihatnya di TV..., aku memang jarang nonton TV dan baca tabloid sih, tapi apa dia memang terkenal..? Lagipula kau sendiri daripada jadi manager seperti ini kenapa kau tidak jadi artis juga?”

            “Hahaha..., Dia sangat berbakat... hanya sedikit kehilangan semangat saja,”

            “Maksudmu?”

            “Aku dan Ji Yong sebenarnya teman SMA jadi aku tahu banyak tentang masa lalunya...”

            “Apa masa lalunya buruk ya?”

            “Bisa dibilang begitu. Keluarganya tidak setuju dengan karirnya di dunia hiburan, selepas SMA dia pergi dari rumah demi bekerja di bidang musik. Kau tahu kan menjadi musisi itu tidak mudah. Bertahun-tahun kemudian aku bertemu dia lagi dan kita bekerja sama seperti sekarang ini dan akhirnya Ji Yong bisa menjadi penyanyi pendatang baru yang mulai diperhitungkan,... tapi... dia malah kehilangan semangat seperti sekarang. Ia seperti kehilangan passion di musik, dia bahkan sudah lama tidak membuat lagu lagi. Gosip-gosip di luar malah semakin memperburuk karirnya,”

            “Memangnya, apa yang membuatnya jadi begitu??”

            “Detilnya aku tidak begitu tahu... tapi itu terjadi sejak Ayah Ji Yong meninggal.., sebenarnya aku kesulitan membuatnya bangkit lagi seperti dulu. Ehm... sepertinya aku bercerita terlalu banyak ya, lupakan saja. Kenapa wajahmu jadi begitu, hahaha...”

            “Eh, kenapa?” Yuri menyentuh pipinya, memastikan tidak ada sesuatu yang terjadi dengan wajah cantiknya. “Tidak perlu sedih begitu mendengar cerita tentang Ji Yong, “

            “Ah, siapa yang sedih. Sudah kubilang kan aku tidak kenal dengannya, mana mungkin aku peduli,”

            “Kalau begitu lupakan saja yang tadi ya, eh... apa makanannya mau tambah?”

            “Mau!”

           

XXX

            “Perampokan terjadi di sebuah minimarket tadi siang...” suara pembaca berita di TV. Beberapa kali ini berita TV yang ditayangkan adalah berita kriminal yang tidak menarik itu. Ji Yong pun mengganti channelnya lagi, tapi tetap saja dia bosan.

            “Nggak menarik!” ia membanting remote TV ke sofa.  “Kenapa gara-gara jas jelek itu aku harus memecat cewek bodoh itu ya...” ia sedikit menyesali perbuatannya tadi sambil memandang langit-langit ruangan. “Apa cewek itu benar-benar tidak punya rumah...” pikirnya lagi. “Bagaimana kalau dia dirampok di jalan, atau dia sendirian, lalu tersesat, atau jangan-jangan dia kedinginan di luar sana...?” rupanya Ji Yong sedikit khawatir.

            Handphone di meja bergetar. Rupanya Daesung menelpon. “Halo, kau bilang akan menemuiku di sini, jadi atau tidak? Memangnya ada masalah apa di kantor?” tanya Ji Yong.

            “Maaf, sebenarnya tadi aku sudah sampai di apartemenmu, tapi aku bertemu nona Yu-ri dan mengajaknya makan, mungkin aku akan ke apartemenmu setelah mengantarnya pulang,” jawab Daesung.

            “Apa? Cewek bodoh itu bersamamu?”

            “Heh, jaga ucapanmu. Aku akan ke sana nanti, besok jangan ke kantor, banyak wartawan mencarimu,sudah ya,”

            “Apa? Heh!” Ji Yong kesal saat Daesung menutup teleponnya tiba-tiba. “Apanya yang kedinginan? Dirampok? Tersesat? Dia malah bersenang-senang di luar sana! Benar kan tidak perlu khawatir!” Ji Yong menjatuhkan diri ke sofa. Ia memejamkan mata beberapa saat. Ia mencoba tidur tapi tidak bisa. Pikirannya benar-benar kacau, padahal saat ini ia lelah. Bagaimana Yuri bisa bersama Daesung...? Pikiran itu tiba-tiba berkelebatan di pikiran Ji Yong dan menghambatnya untuk tidur.

            “Aku temui saja dia,” Ji Yong bangun dan mengambil kunci mobilnya.

XXX

 

            “Mmm... Manager Kang, terima kasih sudah mengajakku makan. Lain kali aku yang akan mentraktirmu,” ujar Yuri yang tampak senang.

            “Iya, mm... kalau begitu aku akan mengantarmu pulang, ini kan sudah malam,” Daesung berjalan menuju mobilnya yang terparkir.

            “Eh, tidak usah. Tadi kan sudah kubilang tidak perlu mengantarku, aku belum mau pulang,”

            “Hey ini sudah malam, yang benar saja, memangnya mau pergi ke mana lagi? Rumahmu di luar kota pun aku tidak keberatan mengantarmu,”

            “Bukan begitu...” Yuri bingung bagaimana menjelaskannya.

            Tiba-tiba sebuah mobil mendekati mereka. “Ji Yong? Bagaimana kau bisa tahu kita di sini?” Daesung terkejut saat tahu yang datang adalah Ji Yong. “Aku hafal restoran langgananmu,” jawab Ji Yong dengan acuh, perhatiannya kini tertuju pada Yuri.

            “Jadi kau bersenang-senang ya? Sudah menghilangkan jasku bukannya bertanggung jawab malah pergi dengan pria, apa itu tidak memalukan?” Ji Yong memarahi Yuri.

            “Heh, apanya yang memalukan? Bukannya aku tadi mau menggantinya dengan uang dan kau tidak mau lalu mengusirku kan?” Yuri kesal.

            “Tadinya memang begitu, bagaimanapun kau harus menggantinya tanpa uang!”

            Yuri diam, antara kesal dan juga sedikit merasa bersalah. tapi ia juga bingung dengan sikap Ji Yong, tadi mengusir sekarang malah mencarinya. “Lalu aku harus bagaimana?”

            “Kau ikut denganku!” Ji Yong sudah ingin masuk ke mobilnya lagi. “Apa? Untuk apa aku ikut denganmu!”

            “Jadi, kau ingin aku panggil...” Ji Yong mengeluarkan handphone sambil mengancam Yuri. Mungkin yang ia maksud adalah menelpon polisi, Yuri yang mengerti maksud Ji Yong mulai terlihat aneh. “Baiklah!” katanya kemudian. Entah apa yang dipikirkan Yuri, dia akhirnya menerima perintah Ji Yong, saat ini pasti orang-orang rumah, termasuk para bodyguardnya sedang mencarinya, dan bisa saja meminta bantuan polisi, ini akan berbahaya bagi Yuri. Dia pun berjalan menuju mobil Ji Yong.

            “Ji Yong, apa-apaan ini!” Daesung mulai kesal dengan tingkah laku Ji Yong yang menyebalkan itu. “Oh ya, aku lupa denganmu, tadi kau mau bicarakan apa?” Ji Yong keluar dari mobilnya lagi.

            “Mana bisa aku membicarakannya di sini? Apa yang akan kau lakukan padanya? Kau jangan membuat skandal aneh-aneh lagi! Apa kau tidak tahu wartawan sedang mencarimu?”

            “Manajer Kang,” panggil Yuri. Ia mendekati Daesung lagi. “Kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang terjadi, lagipula... aku ingin membantumu sebagai rasa terima kasih sudah mengajakku ke sini,” kata Yuri pelan. Ia berusaha agar Ji Yong tidak mendengar, walaupun begitu Ji Yong terlihat curiga.

            “Apa maksudmu?” Daesung bingung.

            “Kau tenang saja... maaf ya aku tidak bisa ikut denganmu, selamat malam..” Yuri melambaikan tangannya sambil tersenyum. Ia membuka pintu mobil.

            “Jangan di belakang! Di depan saja!” kata Ji Yong. “Iya iya! Jangan marah-marah kenapa sih?” Yuri benar-benar tak habis pikir kenapa ada orang seperti Ji Yong.

 

XXX

            “Bagaimana kau bisa bertemu Daesung, apa saja yang kalian lakukan? Kalian bicara apa saja tadi?” tanya Ji Yong setelah mereka berdua diam selama beberapa menit.

            “Apa urusanmu,” jawab Yuri tanpa memandang Ji Yong.

            “Heh, kau ini aku tanya baik-baik jawabnya begitu?”

            “Kau pikir kau ini orang baik? Kau itu sangat kasar, sombong, tidak tahu diri, ...”

            “Apalagi?”

            “Kau itu... sangat menyebalkan tahu!”

            “Kau pikir kau itu tidak menyebalkan?”

            “Sudahlah, apa perlunya aku bahas itu.”

            Ji Yong hanya menggerutu dengan sikap Yuri itu. Ia sedikit menyesali kenapa malah membawa Yuri lagi, otaknya benar-benar tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba melakukan itu, padahal sebenarnya ia tidak kenal Yuri, dari mana dia, apa pekerjaannya, berapa umurnya, apa dia manusia atau bukan...

            “Kenapa melihatku seperti itu?” Ji Yong merasa Yuri melihatnya diam-diam.

            “Hah? Tidak, aku melihat jalan. Siapa yang melihatmu? Tadi aku juga berpikir kenapa tidak manager Kang saja yang jadi artis,” Yuri sedikit terkejut.

            “Kenapa?”

            “Karena dia lebih keren darimu! Dan yang terpenting dia tidak sejahat kau, mengerti!”

            “Heh! Kalau tidak tahu apa-apa jangan usah bicara yang tidak-tidak. Kau itu tidak kenal aku tahu. Tugasmu sekarang hanya mengganti jasku yang hilang. Jangan banyak mengeluh, lakukan saja yang aku suruh, mengerti?”

            Yuri menghela nafas. “Lalu sampai kapan aku kerja untukmu?”

            “Terserah aku!”

            “Kau ini, sampai kapan kau mau hidup seperti ini, Kwon Ji Yong?”

            Ji Yong diam. Yuri juga tidak melanjutkan pembicaraannya. Ia melihat ke luar jendela, menikmati pemandangan kota di malam hari yang jarang dilihatnya. Hampir saja ia lupa pada Ji Yong di sebelahnya.

            “Sudah kubilang kau itu tidak tahu apa-apa,” Ji Yong akhirnya bicara lagi, tapi kali ini lebih pelan seakan-akan hanya bicara pada dirinya sendiri saja.

            “Iya, aku memang tidak tahu. Kalau kau masih ingin aku tidak tahu, mungkin seharusnya kau biarkan saja aku pergi tadi. Aku bukan siapa-siapamu, jadi aku tidak perlu tahu tentang dirimu lebih jauh.”

            “Sebenarnya kita ini bicara apa sih...” Ji Yong sedikit tertawa.

            “Kalau begitu, nanti saat aku tidak denganmu lagi, kau juga tidak perlu mengingatku kan...?”  

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK