home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Be A Maid

Be A Maid

Share:
Author : mumutaro
Published : 23 Jan 2014, Updated : 07 May 2014
Cast : Bigbang, fictional character
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |36947 Views |6 Loves
Be A Maid
CHAPTER 22 : AIRPORT

 

 

            Yuri sudah bangun pagi-pagi sekali. Pagi ini serasa lebih baik dari kemarin, setidaknya tubuhnya terasa lebih ringan. Mungkin energinya mulai terisi kembali dan mulai menyibukkan diri dengan berjalan-jalan di ruang perawatannya.

            Ia kini mengenakan dress berwarna krem yang menjuntai hingga lututnya. Rambutnya yang kecoklatan ia biarkan terurai begitu saja. Namun sepertinya wajahnya masih pucat dan muram.

            Setelah bosan merasa melakukan hal yang tidak jelas selama sepuluh menit ini, Yuri mengalihkan perhatiannya pada jendela yang masih tertutup gorden. Ia menyingkap gorden biru itu dan menyadari kalau di luar sana sudah cukup panas. Ia ingin sekali pergi keluar, tapi selama Young Bae dan Pengawal Choi tidak di sini, ia tidak boleh ke mana-mana.

            Terdengar suara pintu yang mulai terbuka. Yuri menoleh ke arah sumber suara. Seseorang bermasker hijau—seperti dokter sedang melakukan operasi—memasuki ruangan itu. Yuri menatapnya dengan aneh, seakan itu adalah perbuatan konyol.

            “Ini aku,” orang itu sedikit menyingkap maskernya sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Bukannya biasa saja, Yuri malah semakin heran melihatnya.

            “Lihat yang kubawa,” ia menunjukkan plastiknya yang penuh dengan makanan. Ia seperti ibu-ibu pulang belanja. Dengan bersemangat ia meletakkan tas plastiknya ke meja, dan juga melepas maskernya.

            “Apa itu?” tanya Yuri, yang masih berdiri di tempatnya.

            “Kenapa berdiri di situ terus, ayo sini,” orang itu tidak menjawab, ia justru menarik Yuri agar pindah dari sana.

            “Banyak sekali, siapa yang mau makan sebanyak ini?” kata Yuri saat melihat isi tas plastik itu, cokelat, permen, apel, wafer, snack, dan ... ramen instan.

            “Bukannya makanmu banyak sekali?”

            “Kakakku pasti memarahiku kalau tahu aku...,”

            “Tidak akan,” orang itu tenang-tenang saja.

            “Terimakasih,” Yuri tersenyum saja. Ia senang juga bisa makan sebanyak itu, dan yang paling penting harus menemukan tempat untuk menyembunyikan itu semua.

            “Tapi kakakku masih belum datang,” ujar Yuri lagi. Ia mengatakan itu karena mungkin saja orang itu sebenarnya ingin menemui Young Bae.

            “Iya, aku tahu dia sibuk. Tapi aku ke sini bukan untuk mencarinya kok,”

            “Lalu mencari siapa?” tanya Yuri dengan polos.

            Orang itu hanya tersenyum simpul tanpa menjawab pertanyaan tadi. “Aku sudah membawa semua ini, kau masih tidak mau makan?”

            “Oh iya, aku mau apel!” Yuri dengan bersemangat mengambil salah satu apel. Ia lebih terlihat seperti anak kecil sekarang.

            “Makanlah yang banyak, agar cepat sembuh dan cepat pulang,”

            “Yaa....,” Yuri sudah mengalihkan perhatiannya pada apel di tangannya.

 

XXX

 

            Sejam berlalu. Yuri sudah makan banyak sekali, beberapa butir apel, sebatang cokelat, dan dua bungkus keripik kentang. Ji Yong juga tidak menyangka ia akan makan sebanyak itu, tapi seandainya semua makanan di sana habis, ia pasti akan membeli lagi dengan sukarela. Ia tidak peduli Yuri akan jadi gendut karena semua itu.

            “Apa masih mau tambah lagi?” tanya Ji Yong yang sudah duduk di sofa, tepat di sebelah Yuri yang kekenyangan.

            “Ah.., aku tidak kuat jalan...,” Yuri malah terkulai lemas di sandaran sofa yang empuk itu.

            “Apa kau mau tidur?”

            “Tidak, tidak... oh iya aku lupa,” Yuri malah beranjak dari sofanya, padahal ia baru dua detik lalu ia bilang sendiri kalau sudah tidak kuat jalan.

            Yuri merapikan tempat tidurnya yang berantakan dengan tenang, seakan tidak terjadi apa-apa. Sementara Ji Yong semakin heran melihatnya seperti itu.

            “Kenapa dirapikan?” tanya Ji Yong.

            “Nanti siang aku pulang, jadi aku rapikan dulu.” Jawab Yuri sambil merapikan selimut yang tebal dan lebar.

            “Biar aku saja,” Ji Yong merebut selimut yang masih belum rapi itu dari tangan mungil Yuri.

            “Tidak usah, aku bisa,” Yuri menolak bantuan Ji Yong.

            “Tak apa, kau duduk saja lagi,” Ji Yong masih ingin merebut selimut itu.

            “Hey Kwon Ji Yong! Kau ini kenapa hah?!” kali ini Yuri berteriak sambil membanting selimutnya.

            Ji Yong terkesiap mendengar itu, seakan baru saja mendengar suara petir di siang hari, tapi lebih dari itu, ia baru saja mendengar namanya disebut.

            “K,kau ingat aku...?” Ji Yong ingin memastikan.

            “Kenapa kau tiba-tiba baik padaku?” Yuri tidak menjawab pertanyaan tadi. Energi untuk marah-marahnya sudah terisi sempurna.

            “Jangan bilang kau kemarin pura-pura amnesia!” Ji Yong ikut marah.

            “Aku tidak pura-pura! Seandainya bisa aku akan memilih lupa selamanya. Aku hanya terlalu sial karena ingatanku kembali dengan cepat!”

            “Bagaimana bisa begitu? Kau pasti mempermainkan aku!”

            “Justru kau yang mempermainkanku! Dasar kau..., ah sudahlah! Aku malas bertengkar denganmu!” Yuri meraih selimutnya lagi untuk dilipat. Ia juga merapikan sprei dan menepuk bantalnya empuk, tanpa bicara. Sementara Ji Yong hanya diam disebelahnya.

            Beberapa menit berlalu dalam sunyi. Mungkin suara yang terdengar di sana hanya suara perawat yang mendorong ranjang untuk pasien di luar, dan sesekali suara orang-orang yang berlalu lalang. Di rumah sakit memang dilarang ramai, juga bukan tempat untuk bertengkar seperti tadi.

            “Ji Yong,” panggil Yuri yang kini merapikan pakaiannya di tas. Ia memang sudah bersiap untuk pergi dari rumah sakit itu siang ini.

            Ji Yong menoleh tanpa suara pada Yuri yang tidak menoleh padanya. “Pergilah sebelum ada wartawan datang ke sini,” kata Yuri lagi.

            “Apa?”

            “Ini demi kebaikanmu, cepatlah pulang,” Yuri mengulangi maksudnya lagi, tapi kali ini ia berdiri tegak sambil menatap Ji Yong.

            “Tidak akan ada wartawan yang berani ke sini,” Ji Yong berani memastikan.

            Yuri menghela nafasnya. “Ji Yong, kau sudah bersusah payah membangun karirmu lagi, aku tidak mau itu rusak lagi hanya karena kau sedang di sini,”

            “Tidak mungkin, kau ini bicara apa?”

            “Apa kau sungguh tidak menyadarinya?”

            “Tenang saja, wartawan sudah biasa membuat berita tidak-tidak tentang aku, aku hanya tidak perlu menanggapinya agar berita itu hilang begitu saja,”

            “Tapi ini berbeda!” Yuri semakin tidak sabar. Ia bingung harus menjelaskan dari mana. Ji Yong kembali menatap Yuri dengan khawatir.

            “Berbeda bagaimana?”

            “Apa kau tidak pernah membaca berita? Sekarang aku sudah menjadi salah satu orang paling dibenci di Korea! Aku tidak mau merusak reputasimu,”

            “Hah?” Ji Yong tidak mengerti. Tapi ia cepat-cepat berusaha membaca pikiran Yuri. “Iya, iya, aku tahu berita itu, tapi itu bukan salahmu.”

            “Bukannya kau bilang aku suka menghamburkan uang orang lain?” Yuri mulai menangis.

            “Kemarin aku hanya asal bicara, itu semua tidak benar! Lupakan saja yang kemarin aku hanya membual,” Ji Yong menenangkan Yuri.

            “Tiga jam lagi aku akan pergi. Pulanglah sebelum terlambat,” Yuri menyeka air matanya yang sedikit keluar.

            “Tidak,” Ji Yong langsung memeluk Yuri dan berhasil membuatnya sedikit terkejut. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian lagi,” lirih Ji Yong, tepat di sebelah telinga Yuri.

            Yuri terdiam sesaat, matanya yang masih sembab sejak tiga hari lalu sedikit melirik ke arah Ji Yong. “Jangan,...” lirih Yuri kemudian.

            Ji Yong sedikit melonggarkan pelukannya untuk menatap wajah Yuri di depannya.

            “Yuri-ya..., aku,..”

             “Jangan seperti itu. Aku memang harus pergi,” Yuri memotong pembicaraan Ji Yong.

            “Yuri,”

            “Kumohon kali ini deng,..”

            Pembicaraan Yuri terputus. Ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena bibirnya kini sudah bertemu dengan milik Ji Yong.

 

XXX

 

            “Ji Yong,” Yuri berusaha memberanikan diri menatap Ji Yong yang masih mendekapnya.

            “Sekarang aku tidak bisa percaya siapapun, aku tidak mau disakiti lagi,” lirih Yuri sambil melepaskan pelukan Ji Yong.

            “Maafkan aku dan terimakasih untuk semuanya,” Yuri mengakhiri pembicaraan pagi  itu.

 

XXX

  

            Manajer Kang semakin lama semakin tidak habis pikir dengan kelakuan Ji Yong. Sudah berkali-kali ia mangkir shooting dan itu benar-benar membuatnya stress setengah mati.

            “Apa sebenarnya maumu!” Manajer Kang yang biasanya sabar kini meledak-ledak seperti Chaerin.

            “Pecatlah aku kalau kau mau,” jawab Ji Yong dengan enteng seperti biasa.

            “Tidak Ji Yong! Aku tidak akan memecatmu karena kau harus kerja rodi padaku seumur hidupmu! Sebentar lagi shootingnya dimulai, acaranya live, dan kau tidak bisa main kabur-kabur lagi!” Manajer Kang membanting pintu dengan keras.

 

XXX

 

            Yuri sedang menarik tas hitam berodanya. Sedikit berat, tapi ia kuat-kuat saja melakukan itu. Saat ini ia menggunakan jaket abu-abu dan celana jeans panjang, juga sepatu kets putih.

            Ia membuka maskernya karena sedang ingin berbicara dengan Young Bae di sebelahnya.

            “Maaf aku sudah merahasiakan semua ini padamu, aku juga tidak bilang kalau rekeningmu diblokir karena itu,” Young Bae merasa bersalah. “Harusnya aku memberitahumu,”

            “Jangan khawatirkan aku, aku justru mengkhawatirkan kakak,” jawab Yuri.

            “Tenang saja, aku pasti menyelesaikan semua masalah ini,”

            “Kakak..?”

            “Ya ada apa?”

            “Apa kita bangkrut? Apa kakak dan Ayah akan dipenjara?”

            “Tidak Yuri, jangan percaya berita-berita itu, mereka tidak benar. Kau juga tidak salah, pokoknya aku akan membereskan semua,” Young Bae menenangkan.

            “Benarkah?”

            “Percayalah padaku,” Young Bae yakin.

            “Aku tidak bisa meninggalkan kakak sendiri di sini, aku lebih baik tinggal di desa terpencil daripada disana tanpa kakak,”

            “Jangan Yuri-ya, di sini tidak aman. Di New York ada apartemenku, dan kau bisa tinggal di sana. Sementara kau pakai uang dari rekening yang kuberitahu tadi, ingat jangan boros-boros,” Young Bae sudah memberi nomor akun rekening rahasianya yang tidak diblokir.

            Yuri mengangguk saja.

            “Nanti Michele akan menjemputmu di bandara. Dia akan mengurus semua yang kau butuhkan selama di sana. Kau tidak apa-apa kan kalau harus pergi sendiri?”

            “Ya,...”

            “Baguslah, apa sudah lengkap semua? Tidak ada yang tertinggal kan?”

            “Tidak, sudah kuperiksa semua,”

            “Mmm..., tidak ada yang ingin kau temui lagi?”

            “Tidak,”

            “Benar tidak ada? Lee Seung Hyun bagaimana?”

            “Untuk apa aku bertemu dengannya lagi!”

            Young Bae tertawa saja saat menyadari ingatan Yuri memang sudah kembali sepenuhnya.

            “Mm.. kalau Kwon Ji Yong bagaimana?”

            “Aishh, apalagi orang itu. Pasti dia sibuk tebar pesona di luar sana, memuakkan!”

            “Hahaha, benarkah? Kulihat tadi kalian berciuman di....”

            “Astaga!” wajah Yuri memerah seketika mendengar itu. “Apa kau...,”

            “Dasar anak nakal! Bisa-bisanya kalian berciuman di rumah sakit! Tidak sopan!” Young Bae mendorong kepala Yuri dengan ujung jarinya.

            “Tidak! Tidak! Bukan begitu!”

            “Bukan begitu apanya! Aku melihatnya sendiri saat akan mengunjungimu tadi!”

            Yuri tertunduk malu. “Tapi itu tidak sengaja... itu,...” Yuri mencoba membela diri.

            “Kalau tidak sengaja kenapa tidak dilepas? Dasar kau mulai nakal ya! Kutinggal dua tahun saja sudah seperti itu!”

            “Maaf, itu...”

            “Kalau sampai kau seperti itu lagi, aku tidak akan memaafkanmu! Awas kalau begitu lagi!”

            “Iya,...” Yuri makin tertunduk.

            “Ya sudah, aku tidak bisa lama-lama di sini,” Young Bae memakai maskernya lagi. Ia langsung memeluk Yuri untuk mengucapkan salam perpisahan.

            “Jaga dirimu baik-baik,”

 

XXX

 

            “Kwon Ji Yong, kau tampil sebentar lagi!” kata seorang kru.

            “Lama sekali, apa tidak bisa dipercepat!” Ji Yong sudah gelisah sejak tadi.

            “Tidak bisa, ini sudah sesuai jadwal acara, cepat bersiap saja,” kru itu tidak peduli.

            “Sial..., kenapa aku harus di sini, sungguh tidak tepat! ” Ji Yong terus menggerutu.

            Tiga puluh menit berlalu. Kru tadi kembali ke backstage untuk memanggil Ji Yong. “Kwon Ji Yong, bersiaplah di..., mana Ji Yong?!” dia mulai panik dan bertanya pada orang-orang di sana.

            “Dari tadi tidak ada,” jawab salah seorang.

 

XXX

 

            Pengawal Choi menemani Yuri setelah Young Bae pergi sejak tadi. Yuri sudah mengenakan masker agar wajahnya tidak dikenali. Orang hanya akan melihatnya seperti orang sakit daripada memang sedang menyembunyikan diri.

            “Sepertinya kita harus segera ke sana, siapkan passportmu,” kata Pengawal Choi.

            Yuri tidak menjawab dan membuka tas selempangnya.

            “Emmh, tuan Choi,” panggil Yuri tiba-tiba, tanpa melepas masker.

            “Jangan bilang kau tidak bawa passport,”

            “Bukan, bolehkah aku pergi sebentar?”

            “Jangan, kurang tiga puluh menit lagi kau...,”

            “Kumohon Tuan Choi, hanya sebentar, aku janji tidak kabur,” Yuri memohon.

            Pengawal Choi berpikir sebentar, ia sangat ragu untuk membolehkan Yuri pergi.

            “Hmmmh, baiklah, tapi hanya sepuluh menit, lebih dari itu aku tidak akan menolongmu lagi,”

            Yuri tidak menjawab dan segera berjalan pergi.     

             

XXX

           

            Otak Ji Yong sudah tidak waras lagi memang. Manajer Kang sudah memarahinya habis-habisan tadi tapi bisa-bisanya ia segera mengambil kunci mobil dan memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, meninggalkan acara.

            Dalam lima belas menit ia sudah sampai di depan bandara. Ia berharap masih belum terlambat. Ia tidak peduli apa orang-orang akan mengenali wajahnya sebagai Kwon Ji Yong, seorang musisi terkenal.

            Benar saja, beberapa orang memang sudah mengenalinya, bahkan mereka memanggil-manggil nama Ji Yong dan berjalan mengikutinya.

            “Ah sial mereka ini!” umpat Ji Yong dalam hati.

 

XXX

 

            Yuri berjalan cepat-cepat. Ia tidak tahu kenapa otakknya menyuruhnya berbuat begini. Ia hanya menuruti kata hati dan pikirannya tanpa peduli apapun. Ia terus berjalan di antara orang-orang yang berseliweran sambil melepaskan maskernya.

            Dilihatnya tempat itu semakin riuh dan ramai. Ada apa ini? Tak perlu berpikir keras ia sudah mengetahui kenapa di sana semakin ramai. Tentu mereka sedang heboh karena melihat idolanya berada di antara mereka.

            Yuri terdiam sejenak diantara orang-orang yang tidak berhenti berseliweran di hadapannya. Nafasnya masih tersengal karena berjalan cepat barusan, dan sekarang ia berusaha keras menghindari orang-orang itu.

            Akhirnya Yuri melihat Ji Yong sedang berjalan di antara orang yang berseliweran itu, dan di belakangnya sepertinya ada beberapa fans yang mengikuti.

            Ji Yong juga berhasil melihat Yuri dari kejauhan. Ia lega masih belum terlambat. Ia pun menambah kecepatan langkah kakinya, namun entah mengapa ia malah menghentikannya seketika. Ia terus terdiam memandangi Yuri yang masih berdiri di antara orang-orang lewat di depannya.

            “Tidak bisa,” pikir Ji Yong. Ji Yong memundurkan langkah kakinya, ia berbalik arah, menuju kumpulan fansnya yang sudah siap menyerbu.

            Yuri tidak mengerti kenapa Ji Yong berbalik arah. Ini kedua kalinya ia melihat Ji Yong berbalik arah seperti itu. Dan parahnya lagi, Ji Yong malah sibuk menyapa para penggemarnya di sana.

            “Bodoh sekali aku,” Yuri memundurkan dirinya sambil memakai maskernya lagi. Waktu sepuluh menit dari Pengawal Choi hampir habis.

            Detik itu mereka berpisah.

 

    

             

                

                         

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK