home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Be A Maid

Be A Maid

Share:
Author : mumutaro
Published : 23 Jan 2014, Updated : 07 May 2014
Cast : Bigbang, fictional character
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |36947 Views |6 Loves
Be A Maid
CHAPTER 21 : PAINFUL MEMORY

 

                       

            “Dia sudah pingsan lama sekali,” ujar Pengawal Choi yang nampak khawatir pada Yuri yang kini terbaring lemah dihadapannya.

            “Tak apa, kata dokter dia hanya kelelahan, tunggu sebentar lagi,” jawab Young Bae yang setia menunggu Yuri siuman di sebelahnya. Ia juga tidak tahu sudah berapa jam ia menunggu di situ.

            “Y,Yuri?” ia mulai menyadari kalau adiknya itu mulai bangun. “Yuri? Kau dengar aku?” Young Bae berusaha memastikan.

            Pelan-pelan Yuri membuka matanya yang sedikit berat. Ia mulai melihat ada Young Bae di sebelahnya.

            “Ka,kakak?” lirihnya dengan lemah.

            “Yuri kau tak apa? Tenanglah aku di sini,”

            “Kakak..., kukira aku sudah mati,” mata Yuri mulai terbuka sepenuhnya.

            “Jangan bilang begitu! Kau tidak apa-apa kan?” Young Bae berusaha membantu Yuri untuk duduk bersandar di kasurnya.

            “Tidak apa-apa,”

            “Syukurlah, kau pingsan lama sekali tadi,” Young Bae sangat lega melihat Yuri baik-baik saja.

            “Kakak, tadi aku...,”

            “Sudahlah, jangan banyak bicara dulu.” Young Bae memotong pembicaraan Yuri. Ia tidak mau Yuri mengingat hal buruk sementara ini.

            “Kakak..., kenapa aku Panda tidak ada?” tanya Yuri yang semakin terlihat seperti anak kecil sekarang.

            “Panda?” Young Bae heran mendengar nama itu, meski ia tahu siapa yang dimaksud dengan Panda, itu nama lain Lee Seung Hyun. Yuri dulu selalu memanggilnya dengan nama aneh itu.

            “Iya... Panda..,”

            “Lho bukannya kalian sudah...?”

            “Dia itu benar-benar menyebalkan! Aku masuk rumah sakit tapi dia tidak menjengukku!” Yuri merajuk.

            “Sudahlah, nanti aku telepon dia. Mungkin dia sibuk, jadi tidak sempat ke sini,”

            “Oh...,”

            Yuri tidak bertanya lagi. Ia mengamati tempatnya berada saat ini. Rumah sakit, jelas itu sebuah rumah sakit. Ia juga melihat Pengawal Choi berdiri di ruangan itu, dan juga...      “Kakak..?” panggil Yuri lagi.

            “Ya.., ada lagi yang kau butuhkan?” tanya Young Bae dengan sabar.

            “Si, siapa dia?” tanya Yuri sambil menunjuk seseorang yang berdiri tepat di sebelah Young Bae yang juga menatap Yuri dengan khawatir, meski senang juga melihat Yuri sudah kembali siuman.

            “Hah? Bukannya dia temanmu?” Young Bae heran mendengarnya. Pria yang tadi tersenyum itu juga mendadak bingung.

            “Oh ya?” Yuri tidak yakin.

            “Masa kau tidak ingat? Ini Ji Yong,” jelas Young Bae lagi.

            “Oh?” Yuri masih terlihat bingung.

            “Jangan pura-pura amnesia begitu dong,” Young Bae sedikit kesal melihat kelakukan adiknya.

            Yuri tidak menjawab atau bertanya lagi, namun ekspresi wajahnya tetap terlihat bingung. Young Bae mulai curiga melihat keadaan itu.

            “Kau...? Benar-benar tidak ingat siapa dia?” Young Bae memastikan lagi.

            Yuri menggeleng lemah dan langsung membuat ekspresi wajah Young Bae berubah. Ia tidak bicara lagi dan langsung keluar dari ruangan itu bersama Pengawal Choi.

 

XXX

 

            “Kau tidak apa-apa kan?” tanya Ji Yong yang masih khawatir. Kini hanya ada mereka berdua di ruangan itu.

            “Tidak apa-apa, lihat sekarang aku sudah sehat kembali, hehehe,” Yuri tersenyum senang.

            “Oh, baguslah,” Ji Yong mencoba tersenyum saja. Ia lega sudah berhasil menemukan Yuri setelah berjam-jam berputar ke seluruh tempat itu. Di saat hampir putus asa ia menemukan sebuah bangunan dan mendengar suara dari sana, untunglah hal itu berhasil mengakhiri pencariannya.

            “Kau ini...., teman kakakku ya?” tanya Yuri.

            “Hah? Eh, i, iya,” Ji Yong bingung menjawabnya. Ia juga bingung kenapa Yuri seperti itu. Apa kepalanya terantuk batu atau otaknya terganggu? Kenapa dia seperti itu? Bagaimana bisa dia hilang ingatan secepat ini. Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa dia mengingat Young Bae dan Pengawalnya itu saja?

            “Apa kau dari Amerika juga?”

            “Iya...,” Ji Yong menjawab sekenanya.

            “Hmm,..” Yuri menggumam sambil mengamati Ji Yong.

            “Kenapa?” Ji Yong mulai merasa tidak nyaman.

            “Jaketmu ini..., sepertinya..., seperti yang pernah aku buat untuk Panda!” Yuri tersenyum senang. “Kenapa bisa mirip ya? Kau beli di mana? Padahal aku membuat desainnya sendiri lho, ternyata masih saja mirip dengan yang lain, menyebalkan!” Yuri marah-marah sendiri.

            “Oh? Kau membuatnya sendiri?” Ji Yong tidak menyangka. Pertama karena Yuri membuat jaket itu dengan tangannya sendiri, dan yang kedua sebenarnya jaket itu untuk Panda. Ia tidak tahu siapa itu Panda, tapi Ji Yong berpikir mungkin itu pria berkacamata yang waktu itu berbicara dengan Yuri di acara Sandara.

            “Ah, apa ini?” Yuri melupakan masalah jaket dan kini berusaha melepas selang infus yang ada di tangannya.

            “Jangan dilepas, nanti tanganmu bocor!” cegah Ji Yong.

            “Aku sudah tidak sakit lagi!”

            “Jangan, biar dokter saja yang melepasnya,”

            Yuri terlihat kecewa. Ia tidak suka diperlakukan lebih seperti ini, apalagi ia tidak merasa sedang terkena penyakit serius.

            “Kakakku selalu seperti ini! Huh!” Ia mengeluh.

            “Tak apa, kakakmu itu sangat baik,”

            “Hmmm, walau suka berlebihan tapi dia selalu datang menolongku, kau juga harus baik padanya ya,”

            “Iya,” Ji Yong semakin tertunduk lesu.

 

XXX

 

            “Jangan sampai Ayah tahu soal ini,” Young Bae bicara di telepon. Ia meminta Tuan Maeda mengurus sesuatu, sementara Young Bae akan menemani Yuri di rumah sakit sementara ini.

            “Ya, Yuri belum tahu soal itu, aku sengaja tidak memberitahunya, hmm, iya, aku percaya padamu, lakukan dengan baik, terimakasih,” Young Bae menutup telepon.

            “Permisi,” Ji Yong memberanikan diri mendekati Young Bae yang berdiri sendirian di koridor. Hari sudah malam dan jarang ada orang di rumah sakit itu.

            “Oh kau Ji Yong..., ada apa? Kau tidak pulang?” Young Bae menoleh.

            “Maaf aku,...”

            “Sudahlah, kau sudah berapa kali meminta maaf. Kau sudah menolong adikku, kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu bagaimana nasibnya, jadi jangan pikirkan lagi,” ucap Young Bae, masih dengan tatapan sabar.

            “Tapi ini salahku,”

            “Tak apa, aku sudah bilang tidak apa-apa,”

            “Apa kau sudah menemui dokter?”

            “Hmm, iya.., barusan aku menemuinya,”

            “Apa yang terjadi padanya...? Kenapa dia bisa...?” Ji Yong penasaran.

            “Claustrophobia, kau tahu itu?”

            “Oh..., ya sepertinya....,” Ji Yong tidak terlalu yakin dengan pengetahuannya. Penyakit macam apa itu?

            “Phobia ruang tertutup,” Young Bae menjelaskan. “Itulah sebabnya dia pingsan di gudang tadi, ia pasti ketakutan kalau sampai berada di tempat seperti itu,”

            “Oh..?” Ji Yong mulai mengerti. “Kenapa bisa sampai seperti itu?”

             “Yuri punya kenangan buruk dengan tempat seperti itu. Mungkin ia kembali mengingatnya tadi..,”

            “Kenangan buruk? Kenangan apa?”

            “Hmmmh. Sebenarnya aku tidak mau membahas masalah itu lagi. Tak kusangka ingatannya tentang peristiwa itu bisa kembali,”

            “Tolong jelaskanlah padaku,” Ji Yong memaksa.

            Young Bae diam sejenak, seakan menguatkan diri untuk bercerita. “Dulu..., saat ia masih kecil, ia pernah disekap oleh penculik. Sebenarnya itu salahku karena lupa menjemputnya dari sekolah dan ternyata begitu akibatnya. Sejak saat itu Ayahku tidak pernah membiarkan Yuri pergi sendirian, ia selalu ditemani pengawal ke mana-mana.”

            Ji Yong terdiam mendengar itu.

            “Aku juga sering memarahinya karena ia tidak suka diikuti pengawal. Tapi itu benar-benar karena aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Bagaimanapun juga Yuri tetap tidak menyukai itu, makanya waktu itu dia kabur dari rumah,”

            “Kabur dari rumah?”

            “Iya.., dan rupanya dia bertemu denganmu,”

            “Ja, jadi waktu itu...,”

            “Untunglah dia bertemu denganmu, daripada ia bertemu dengan orang jahat di luar sana,” 

            “Lalu kenapa dia tidak mengingatku? Apa terjadi sesuatu dengan kepalanya?”

            “Otaknya secara otomatis menghapus ingatan yang membuatnya trauma atau sesuatu yang menyakitkan. Dulu ia berhasil menghapus ingatannya tentang peristiwa penculikan itu. Mungkin sekarang itu juga yang terjadi padanya. Aku tidak tahu kenapa dia malah tidak mengingatmu, aneh sekali,”

            “A, apa itu berbahaya? Maksudku..., apa itu bisa sembuh?”

            “Itu hanya hilang ingatan sementara, dia bisa mengingat kembali jika ada peristiwa yang memaksa ingatannya itu kembali muncul,”

            “Oh,” Ji Yong seakan sedang kuliah saat ini.

            “Tenanglah, aku harap dia hanya berpura-pura,”

 

XXX

 

            Sudah tengah malam. Ji Yong masih setia menunggu di koridor rumah sakit itu, sementara Young Bae buru-buru pergi ke suatu tempat dan terpaksa meninggalkan Yuri bersama Pengawal Choi di rumah sakit. Tempat itu sangat sepi, sehingga Ji Yong tidak perlu khawatir ada orang yang mengenalinya.

            Ji Yong tentu masih terus memikirkan apa yang telah diceritakan Young Bae barusan, dan itu benar-benar membuatnya seakan tidak bisa tidur seminggu. Ji Yong akhirnya memilih kembali ke ruangan Yuri untuk sekedar menengok daripada masalah itu semakin membuatnya gila.

            “Nona Yuri sedang tidur..., kembalilah besok,” Pengawal Choi ternyata membukakan pintu untuk Ji Yong.

            “Tolonglah, sebentar saja,” Ji Yong memohon. Pengawal Choi mulai ragu. Sesaat ia menoleh pada Yuri yang sedang tidur dengan damai, ia tidak tega membangunkannya.

            “Aku tidak akan membangunkannya,” Ji Yong berusaha lagi.

            “Hmmmh, baiklah. Lima menit!” dan Pengawal Choi pun segera keluar dari sana.

           

XXX

 

            Yuri sudah tertidur pulas sambil menghadap ke samping. Selimut yang tebal itu hampir menutupi tubuhnya, menyisakan sedikit wajahnya yang terbenam di sana. Alat pemanas ruangan juga masih menyala untuk menghangatkan suhu.

            Ji Yong diam beberapa saat sambil duduk di kursi yang di sebelah tempat tidur Yuri. Ia senang Yuri sudah bisa tidur dengan nyenyak.

            “Maaf, aku tidak tahu semua itu,” lirih Ji Yong, sambil berusaha tidak membangunkan Yuri. “Harusnya aku tidak membiarkanmu pergi sendirian, semua ini salahku,”

            Yuri tidak mendengar itu karena ia memang sudah tertidur sejak tadi. Meski begitu Ji Yong masih saja tidak mau beranjak dari situ.

            “Harusnya aku memenuhi permintaanmu dulu, apa susahnya melupakanmu? Tapi kenapa sekarang kau malah tidak bisa mengingatku? Apa aku termasuk dalam ingatan yang menyakitkan bagimu?”

            “Harusnya aku saja yang tidak bisa mengingatmu...,” Ji Yong berdiri dan meninggalkan tempat itu.

 

XXX

 

            Entah sudah jam berapa ini. Mungkin sudah hampir pagi. Dan sepertinya langit masih saja gelap di luar sana. Yuri mengalami mimpi aneh dan memaksanya terbangun sebelum matahari bersinar.

            Ia masih di tempat tidurnya, ia tidak berani bangun karena Pengawal Choi masih duduk di sofa. Tak berapa lama Pengawal Choi meninggalkan ruangan itu untuk menelpon seseorang.

            Yuri ingin sekali bangun, dan mulai menyadari selang infus di tangannya sangat mengganggu. Tanpa takut ia melepas benda itu. Ia sedikit meringis kesakitan karenanya, tapi itu tidak menghalanginya untuk bangkit dari tempat tidur.

            Ia berjalan menuju sofa dan melihat sebuah tablet tergeletak di sana. Pasti itu milik Pengawal Choi. Karena iseng ia mengambilnya untuk sekedar melihat apa isinya. Oh rupanya Pengawal Choi sedang membaca berita. Hm... tidak menarik. Oh, tapi..., sepertinya berita ini...,

            “DANA BAILOUT DIBUTUHKAN UNTUK MENGATASI.... RIBUAN NASABAH MEMINTA KEPASTIAN UANG MEREKA.... TUDUHAN KORUPSI YANG DIALAMATKAN KEPADA ... PENCUCIAN UANG...PENGGELAPAN DANA SEBESAR... NASIB KARYAWAN BANK... senin pagi, juru bicara Dong Young Nam menyatakan pada media bahwa....”

            Selama ini Yuri tidak pernah mempedulikan berita semacam ini, tapi kali ini, mau tidak mau harus membacanya. Kepalanya mulai terasa berdenyut lagi setelah membaca itu semua, nafasnya juga terasa tercekat. Ingatannya tiba-tiba berkelebat tidak jelas.

            “Dengar Dong Yuri aku tidak serendah itu! Apa kau tidak tahu bisnis lintah darat orang tuamu sudah banyak menghancurkan usaha orang-orang lain? Penggusuran, penyitaan, penyiksaan, gaji rendah, kau tidak tahu uangmu itu didapat dari darah dan penderitaan orang miskin di luar sana? Dan kau bisa seenaknya menghamburkan uangmu, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain,..”

            “Karena dia kami kehilangan rumah dan tanah, dia bahkan memenjarakan kami karena melawan petugas yang menggusur rumah kami, kau tahu?”

            “Apa kau tahu bagaimana rasanya dipukuli oleh preman sewaan ayahmu itu?”

            “Kau tahu gedung-gedung mewah milih Ayahmu, kau tahu di tanah siapa gedung itu berdiri?”

            Tangan Yuri melemas dan menjatuhkan tablet yang tadi dipegangnya. Ia benar-benar tidak menyangka semua itu terjadi di luar sana.

            “Bagaimana aku bisa tidak tahu...?” ia tertunduk frustasi.

            Tiba-tiba pintu itu terbuka. Pengawal Choi selesai menelpon dan kembali ke ruangan itu. Ia terkejut melihat Yuri sedang duduk di sofa, dan juga tablet miliknya terjatuh di lantai.

            “No,..Nona Yu...,”

 

TO BE CONTINUED>>>>

 

 

mumutaro

 

^^

           

             

   

             

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK