“Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau ada di sini? Apa kau sedang menipu? Apa kau sedang pura-pura jadi orang kaya di sini?” Ji Yong mulai menuduh.
“Jangan bicara sembarangan brengsek! Jangan lupa kau sudah berjanji padaku!”
“Janji apa?”
“Kau berjanji untuk berpura-pura tidak mengenalku!”
“Kapan aku bilang begitu?”
“Jangan mengelak!”
“Ada apa ini?” seorang pria berkacamata tiba-tiba muncul di antara keributan itu, atau lebih tepatnya diantara dua orang yang sedang berbisik tidak jelas. Orang yang melihatnya pasti curiga seakan mereka sedang berkonspirasi ingin mengacaukan acara atau meledakkan gedung.
“Eh..., kau kenapa ada di sini?” Yuri terkesiap melihat siapa orang itu.
“Sandara klienku, dan aku mendapat undangan,” jawabnya dengan tenang. Ah benar juga. Sandara kan punya gerai di mall, sudah pasti dia juga mengenal pria ini. Dan bukan hal yang mengherankan kalau dia sering berada di acara sosialita. Memang sudah kehidupan sehari-harinya.
“Siapa dia? Kenalanmu?” pria itu bertanya sambil memandangi Ji Yong. Ia juga sedikit heran kenapa Ji Yong tidak mau melepaskan genggaman tangannya pada Yuri.
“Astaga! Kau Ji Yong The Dragons!” pria itu berhasil mengenali Ji Yong rupanya. Tentu saja karena berita comeback Ji Yong sudah banyak menghiasi berita hiburan, lagipula tanpa seperti itu pun penggemar musik pasti tahu. Berbeda dengan Yuri yang tidak suka mendengarkan musik, menonton TV, atau membaca sehingga tidak tahu apa-apa. Ya sesekali saja melakukan itu kalau terpaksa.
“Wah aku senang bertemu denganmu, aku selalu menyayangkan kenapa The Dragons bubar,” hey, apa pria ini juga fanboy seperti Young Bae?
“Kenapa kau tidak pernah bercerita pada kekasihmu sendiri kalau kenal dengan Ji Yong?” tanya pria itu sambil mengalungkan salah satu tangannya pada Yuri.
Ji Yong langsung melepaskan genggaman tangannya mendengar kata-kata barusan. Jadi dia sudah...,
“Aku tidak tahu kau penggemarnya,” Yuri beralasan. Di sisi lain ia merasa tertolong karena kedatangannya berhasil membungkam Ji Yong. Yuri juga tidak tahu kenapa Ji Yong tiba-tiba begitu, ah biarlah! Selagi ada kesempatan menghindar, menghindar saja! Lagipula apa urusannya dengan Ji Yong? Secara teknis ia dan Ji Yong tidak terlalu mengenal kan? Teman bukan, klien bukan, tetangga bukan, idola juga bukan. Apalagi yang bukan?
“Lepaskan,” Yuri melepaskan tangan yang melingkar di pundaknya itu lalu berjalan pergi. ‘Baguslah, si brengsek itu tidak mengikutiku,’ pikir Yuri. Selamat-selamat. Cari tempat aman saja sekarang, daripada mencari Young Bae yang sibuk sendiri itu.
“Ck, kenapa moodnya selalu buruk akhir-akhir ini,” keluh pria tadi sambil memandangi Yuri yang menjauh.
“Aku akan menyusulnya, kapan-kapan kita bicara lagi, oke?” pria itu membuyarkan lamunan Ji Yong yang rupanya juga memadangi langkah Yuri.
“Oh? I, iya,” Ji Yong membiarkan pria itu pergi.
XXX
Saat ini Sandara sudah berada di panggung sana, memberi sambutan dan menerima ucapan selamat dari para tamu. Yuri tidak berminat melihat itu karena hatinya pasti lebih sakit. Menyedihkan sekali kalah telak darinya.
Ia memilih berdiri sendirian di balkon, mungkin sampai acara selesai dia akan berdiri di situ. Tak apa, lebih baik begini daripada kembali ke acara itu dengan wajah kusut. Perasaannya memburuk karena banyak hal malam ini.
“Kenapa sendirian di sini? Mau minum?” seseorang menghampiri Yuri dengan membawa dua gelas minuman di tangannya. Tanpa basa-basi Yuri mengambil salah satu gelas dan meminumnya. Dia memang haus.
“Bagaimana kabarmu?” tanyanya lagi, “Sudah lama kita tak bertemu,”
“Ya, lama sekali,” jawab Yuri singkat sambil melihat lurus ke depan. Dia malas menoleh.
“Kau masih marah padaku?”
“Tidak,”
“Lalu kenapa kau mendiamkanku seperti ini?”
“Dengar Lee Seung Hyun, aku bukan kekasihmu lagi! Apa kau lupa?”
“Maaf, tentu ini karena masalah kita waktu itu. Aku tidak bermaksud menjelekkanmu, aku sungguh menyesal sudah bicara begitu,”
Yuri masih ingat betul saat Seung Hyun mengatakan bahwa pertunangan mereka hanya pertunangan bisnis, dan yang paling menyakitkan ia menganggap Yuri sebagai anak manja yang menyusahkan. Singkat kata, Seung Hyun tidak benar-benar menyukainya selama ini. Semua itu palsu.
“Tidak perlu minta maaf, aku sudah melupakannya, aku tidak ingin menyusahkanmu lagi seperti dulu,” Yuri sedikit merasa bersalah. Kalau Seung Hyun tidak pernah menyukainya harusnya ia menolaknya saja dulu. Itu lebih baik daripada berpura-pura seperti ini.
“Tidak, aku yang salah. Aku ingin memperbaiki kesalahanku,”
Yuri terdiam. Kembali pada Seung Hyun bukan hal yang buruk. Bukankah dulu dia sendiri yang pertama kali menyukainya? Bagaimana kalau perasaan Seung Hyun berubah?
“Apa ini karena pengawalmu itu?” tuduh Seung Hyun yang selalu mencurigai pria tinggi yang selalu menemani Yuri ke mana-mana. Baru kali ini ia melihat Yuri tidak bersamanya.
“Kau masih saja menuduhku!” Yuri kesal. Bahkan saat Pengawal Choi sudah menghilang pun Seung Hyun masih saja berpikir begitu.
“Aku memang tidak suka melihatmu dengannya, maaf kalau aku selalu berpikir begitu,” Seung Hyun mengakui. Yuri terdiam lagi. Ia baru menyadari kalau Seung Hyun tidak suka melihatnya bersama Pengawal Choi, apa itu artinya....
“Aku selalu menunggu untuk bisa kembali padamu,” ujar Seung Hyun sambil melingkarkan salah satu tangannya di bahu Yuri. Seung Hyun hanya diam sambil memandangi Yuri di sampingnya, menunggu jawaban.
Yuri tetap membisu. Ia bimbang. Astaga..., kenapa situasi jadi seperti ini... apa yang harus dilakukan..., apa yang harus...
Di saat ia lidahnya masih kelu untuk menjawab, ia terkesiap melihat Seung Hyun yang mulai mendekatkan wajahnya. Yuri segera memalingkan wajah sambil memejamkan mata. Ia berharap semoga Seung Hyun tidak melihat wajahnya yang sudah memerah itu. Sungguh memalukan. Di tempat seperti ini pula.
Seung Hyun terdiam lagi melihat itu. “Kurasa aku tahu jawabannya,” bisiknya sambil melepaskan tangannya yang melingkar itu.
“Maaf,” ujar Yuri tanpa mau menoleh.
XXX
“Ji Yong!” Young Bae tidak sengaja berpapasan dengan Ji Yong yang berjalan dengan terburu-buru. “Kau lihat adikku tidak?” rupanya Young Bae sedari tadi mencari Yuri. “Kalau ditinggal sebentar selalu saja menghilang!” Young Bae mengeluh.
“Sepertinya dia berjalan ke arah sana,” Ji Yong menunjuk ke salah satu arah.
“Ah itu dia!” Young Bae sudah melihat Yuri yang berjalan bersama Seung Hyun. “Pantas saja dia menghilang, kalau sudah bersamanya selalu saja lupa sekitar!” Young Bae mulai kesal lagi.
“Ke mana saja kau? Ayo kita pulang!” Young Bae buru-buru menghampiri Yuri.
“Woh? Sudah selesai acaranya?” Yuri heran. Sepertinya tadi dia yang ingin cepat pulang.
“Sekarang hanya acara peragaan busana dan aku tidak berminat. Oh kau juga datang?” Young Bae mengalihkan perhatian pada Seung Hyun.
“Maaf tidak menemuimu dulu,” Seung Hyun membungkuk, memberi hormat.
“Tak apa, untung saja dia bersamamu, maaf aku harus segera kembali.”
“Ya,” Seung Hyun tersenyum dan membiarkan dua orang itu pergi.
XXX
“... Sebenarnya Choi Seung Hyun tidak jadi datang karena dia ada tugas mendadak. Untunglah ada Lee Seung Hyun, aku tertolong, hahaha,” ujar Young Bae tanpa rasa bersalah sudah membohongi adiknya. Ia menyetir mobilnya dengan gembira saat ini. Tentu karena ia sudah berbincang banyak dengan Sandara tadi, sekaligus bertemu Kwon Ji Yong.
“Huufth. Tahu begini aku tidak ikut!” Yuri menyesal bukan main. Pertama, karena Young Bae terlalu asyik dengan Sandara dan melupakannya, kedua karena Choi Seung Hyun tidak datang, ketiga karena bertemu dengan Lee Seung Hyun, dan yang keempat bisa-bisanya Young Bae ingin bertemu Ji Yong di acara tadi. Haish.
“Bukankah mereka sama-sama Seung Hyun?” Young Bae mencoba bicara lagi, siapa tahu bisa meredakan amarah Yuri.
“Kenapa namanya harus sama sih?”
“Sepertinya ada kecenderungan kalau kau menyukai orang yang bernama Seung Hyun,”
“Tidak!”
“Hahaha, jadi kalian sudah bersama lagi?” maksud Young Bae, Yuri dan Lee Seung Hyun.
“Tidak!”
“Lalu kenapa kalian malah pergi berdua di acara tadi?”
“Itu karena kau terlalu asyik dengan Sandara!”
“Oh maaf, maaf. Kali ini saja, besok-besok tidak lagi deh,”
“Huh!”
XXX
“Aish! Apa yang kupikirkan!” Ji Yong membanting gelasnya. Kini ia sedang sendirian di sebuah bar. Sepulang dari acara tadi ia sudah tidak ada kegiatan selain bermalasan seperti biasa. Ah tidak, dia jarang bisa bermalasan akhir-akhir ini. Promo album sangat menyita waktu, dan juga undangan acara ini-itu.
“Memangnya kenapa kalau dia sudah punya kekasih? Aku mencarinya untuk ingin tahu siapa dia. Aku sudah tahu dan semua sudah jelas. Tak ada yang perlu dipikirkan Ji Yong!” ia meracau sendiri. Bartender dihadapannya tidak merasa heran. Ia sudah biasa melihat orang-orang seperti itu di sini.
“Kenapa dia tidak mau pergi dari pikiranku!” ia menggerutu lagi. Ia benar-benar tidak bisa melupakan penglihatannya tadi. Saat pria berkacamata itu berjalan mengikuti Yuri, diam-diam Ji Yong mengikutinya dari kejauhan. Ia melihat pria itu berbicara dengan Yuri yang tadinya sendirian di balkon. Ji Yong tidak bisa mendengar pembicaraan mereka dari tempatnya berdiri, namun tetap menatap mereka karena penasaran.
Ji Yong langsung memalingkan wajah ketika melihat mereka hendak berciuman. Detik itu ia langsung menyesal kenapa harus mengikuti mereka, sungguh tidak pantas melihat itu. Ia memutuskan untuk pergi saja dari sana.
“Sial! Kenapa aku harus melihat itu!” JI Yong membanting gelas lagi. Entah kenapa ia jadi ingin sekali memukuli pria berkacamata tadi. “Ah kau gila Ji Yong! Memangnya siapa dia? Dia tak lebih dari sekedar mantan pembantu!” Ji Yong berusaha menyadarkan diri sendiri.
“Aku tidak mengenalnya, benar, aku tidak mengenalnya!” dia memukuli kepalanya sendiri.
Handphone Ji Yong bergetar. Sebuah pesan masuk dari Chaerin. Ah wanita itu. Mengganggu saja. “Kukirim jadwal acaramu besok. Awas kalau masih terlambat!” begitu pesannya.
Ah ya. Kembali ke kenyataan. Bekerja lagi.
XXX
NEXT.....?
Please click love and leave a comment
^^
(mumutaro)