Ruangan yang gelap itu nampak sepi. Rupanya Ji Yong sedang sendirian karena rekan kerjanya sudah meninggalkan studio itu lebih dulu. Yah setidaknya hari ini dia sudah menyelesaikan beberapa take musik dan bisa bersantai sejenak.
Ji Yong mulai merasa bosan karena tak ada yang bisa dilakukan. Meski begitu ia sedang tidak ingin pulang atau tidur saja di rumah. Ia memilih tetap berada di situ sambil menggunakan komputer yang menyala sedari tadi. Sebenarnya bukan untuk menggarap musiknya, tapi berselancar di dunia maya untuk menyegarkan otak.
Eh, apa ini. Ji Yong menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.
“Hey bukannya itu lagunya The Dragons?”
“Eh The Dragons itu band lama kan? Kukira mereka sudah bubar?”
“Iya tapi lagu-lagu mereka yang lama masih enak di dengar,”
“Waaaah... ke mana The Dragons sekarang ya? Sudah lama tidak lihat!!”
“Paling-paling mereka sudah kembali jadi musisi jalanan,”
“Mereka sudah tidak laku lagi, hahahaha!”
Begitulah komentar-komentar netizen di sebuah berita hiburan dan itu cukup membuat Ji Yong kesal. Kembali jadi musisi jalanan katanya? Enak saja! Tapi mendadak Ji Yong kembali lesu. Percuma saja dia ingin kembali kalau kenyataannya orang-orang di luar sana sudah melupakannya.
Tidak usah baca berita, baca lainnya saja. Buat apa membaca berita ini, apalagi komentar lainnya yang lebih pedas juga masih banyak terpampang di sana. Ia mulai meneruskan aktivitasnya lagi, tapi percuma, mau apa membaca apa? Semua membosankan begini. Tidak ada game, tidak ada.... ah iya! Kenapa tidak melakukan itu saja. Memang ide ini sedikit konyol, tapi siapa tahu berhasil.
“Siapa nama wanita itu..., ah kenapa aku lupa...,” Ji Yong berusaha mengingat-ingat sambil memejamkan mata. “Sepertinya ada kata Yu,..?” rupanya Ji Yong belum berhasil.
“Yuri bukan ya?” Ji Yong masih tidak yakin. “Bagaimana kalau itu nama samaran? Ah tak apa, dicoba saja,” Secepat mungkin Ji Yong menuliskan nama itu di mesin pencari dan mulai muncul ribuan foto dan nama orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal.
“Sepertinya mustahil menggunakan cara ini, ah tak apalah,” Ji Yong masih berusaha dan langsung meneliti nama itu satu persatu.
“Ternyata kau di sini?” manager Kang membuka pintu dan mengagetkan Ji Yong yang sedang serius melakukan penelitian.
“Sedang apa kau?” Chaerin muncul di balik manager Kang sambil mencurigai Ji Yong yang sedang serius dengan komputernya. Ji Yong yang buru-buru menutup browser dan Chaerin pasti berpikir Ji Yong sedang membuka situs-situs yang tidak-tidak.
“Untuk apa kalian datang? Sudah tahu aku sibuk begini!” Ji Yong kesal karena merasa terganggu oleh mereka.
“Tentu saja untuk memarahimu karena datang terlambat datang ke shooting tadi pagi! Klien kita selalu komplain karena kelakuanmu tahu!” Chaerin menjelaskan dengan emosi meledak-ledak seperti biasa.
“Apanya yang terlambat, mereka saja yang tidak profesional!”
“Kau ini sudah salah masih saja mengelak! Kau punya asisten pribadi untuk apa? Masa mengatur jadwal saja tidak bisa!”
“Aku tidak punya asisten,”
“Astaga, jadi kau sudah memecat asistenmu yang itu? Kupikir karena dia cantik kau tidak akan memecat seenaknya, ternyata sama saja, ckck,” cibir Chaerin.
“Kau memecatnya?” manager Kang terlihat kaget mendengar itu.
“Iya, memangnya kenapa?” Ji Yong tetap santai.
“Memangnya salah apa lagi asistenmu? Berapa kali kau harus ganti asisten! Jelas saja pekerjaanmu tidak ada yang beres!” kini ganti Manager Kang yang marah.
“Dia itu penipu dan pencuri, wajar kalau kupecat! Untung saja dia belum merampokku,...”
“Pencuri?” Manager Kang bingung sekaligus tidak percaya. Wanita yang pernah ia temui itu sepertinya orang baik-baik.
“Memang begitu kenyataannya!”
“Jangan bicara sembarangan begitu!”
“Kenapa kau jadi marah? Memangnya kau suka padanya? Baru makan bersama sekali saja kau sudah jatuh cinta padanya hah?”
“Kau ini sedang membicarakan dirimu sendiri atau apa?”
Ji Yong mendadak terdiam sesaat. Ia sendiri heran kenapa ia malah terbawa emosi hanya karena masalah wanita itu yang tiba-tiba terungkit kembali.
“Apa sih yang kalian ributkan! Ji Yong, kalau besok kau masih saja datang shooting terlambat kontrakmu bisa diputus!” potong Chaerin yang kesal melihat kelakukan dua pria dihadapannya itu.
“Haiiish, kalian tidak lihat aku sibuk dengan albumku, aku tidak mau terima job apapun sekarang!”
“Tidak bisa, itu kontrak lama dan kau harus menyelesaikannya!” ujar Manager Kang.
“Ahhh benar-benar...., hey kau carikan aku asisten yang baru!” Ji Yong menoleh pada Chaerin. Ia sendiri cukup repot memikirkan album dan juga daftar kegiatannya sehingga tidak sanggup mengaturnya sendiri.
“Enak saja, cari sendiri sana! Salah siapa selalu memecat orang, mana ada yang mau jadi asisten orang sombong sepertimu!” Chaerin mengelak.
“Kalau begitu kau saja yang jadi asistenku,”
“Tidak mau! Aku sudah sibuk menjadi asisten Tuan Kang!” Chaerin menolak dengan tegas.
“Chaerin, tinggalkan kami sebentar, aku harus bicara pada Ji Yong,” manager Kang memelankan suaranya untuk mengusir Chaerin agar segera pergi. Chaerin tidak membantah dan keluar ruangan tanpa suara.
“Kau benar-benar memecat asistenmu?” tanya manager Kang lagi, kali ini lebih sabar.
“Kenapa kau menanyakannnya terus? Bukannya sudah biasa kalau aku melakukan itu,”
“Sayang sekali, kupikir dia akan menjadi asisten terakhimu,”
“Cih! Mengingatnya saja aku malas! Dia itu kerjanya tidak beres dan hanya malas-malasan! Jangan bertanya tentang itu lagi padaku!”
“... Baiklah, sudah berapa persen progres pengerjaan albummu?”
“Aku tidak pernah menghitungnya,” Ji Yong menjawab sekenanya seperti biasa. “Lagipula aku tidak mau buru-buru, kalau kau ingin ini cepat selesai sepertinya mustahil,” lanjut Ji Yong lagi.
“Ya, aku tahu. Aku percaya padamu,”
“Ck, padahal aku sendiri tidak terlalu yakin dengan ini,” Ji Yong sedikit pesimis, apalagi setelah membaca banyak komentar netizen yang memojokkan dia tadi.
“Dengar Ji Yong. Albummu ini bukan saja pertaruhanmu, tapi juga untukku. Kalau kau gagal kali ini, mereka juga akan memberhentikanku,”
“Hah apa? Bisa-bisanya mereka..,”
“Biarkan saja, sudah kubilang aku percaya padamu. Kalau kau gagal kau akan berurusan denganku, mengerti?”
XXX
Beberapa bulan berlalu dan rupanya Yuri masih tetap bertahan di tempat kerjanya saat ini. Tentu saja hal ini benar-benar menyiksanya karena dia dianggap tidak lebih dari pegawai rendahan yang boleh disuruh-suruh. Dunia Yuri seakan terbalik saat ini, kalau dulu ia terbiasa menyuruh orang, kali ini ia yang menjadi korban. Benar-benar melelahkan, rasanya tidak bisa istirahat semenit saja.
“Hey kau jangan bermalasan, cepat buatkan kopi untukku!” perintah seorang wanita yang meja kerjanya tepat di sebelah Yuri.
“Apa!? Buatkan kopi! Kau pikir aku ini apa!” Yuri langsung marah sambil memukul mejanya. Dia bekerja di sini sebagai desainer, bukan pekerja urusan semacam itu. Tapi kenyataannya, selama beberapa bulan ini ia terpaksa mengerjakan itu semua sambil bersabar.
“Hey kau ini pegawai baru enak saja membentakku!” wanita itu tidak mau kalah.
“Aku memang pegawai baru tapi tugasku bukan untuk membuat kopi untukmu! Kau tidak tahu aku ini siapa hah?” Yuri berdiri dari tempat duduknya, bersiap melawan rekan kerjanya itu.
“Memangnya siapa kau? Apa peduliku? Aku harus menunggu berapa tahun lagi sampai kopiku jadi?”
“Buatlah kopimu sendiri!”
“Hey kau mau membantah ya!”
“Ya! Kau pikir aku takut! Baiklah aku akan membuat kopi panas dan kusiram ke wajahmu!”
“Dong Yuri!” teriak seseorang dan berhasil membuat dua orang yang bertengkar itu terdiam.
“Eh, no, nona Park,...” dua wanita itu mendadak gugup bukan main. Yang berteriak tadi adalah Nona Park, bos mereka.
“Yuri, cepat ke ruanganku,” ujar Nona Park dengan tatapan dingin sambil berlalu dan masuk ke ruangannya.
“Ah, sial!” Yuri menggerutu. Pasti Nona Park akan marah, dan yang paling parah bisa saja Yuri dipecat karena kelakuan buruknya. Sungguh sangat memalukan bila itu terjadi.
“Maaf Nona Park, tadi itu...” Yuri langsung berusaha meminta maaf sebelum Nona Park benar-benar akan memecatnya saat itu juga.
“Kau harus bisa menjaga emosimu, sudah berapa kali kau bertengkar dengan pegawai lain?” kata Nona Park sambil tetap tenang di tempatnya. Matanya yang besar menatap Yuri dengan sabar.
“Aku akan berusaha, kumohon beri aku kesempatan,” ujar Yuri. Sudah berapa kali dia mengatakan hal yang sama pada Nona Park, di ruangan yang sama pula.
“Sudahlah, mereka tidak akan menyuruhmu membuat kopi lagi,” Nona Park tersenyum.
“Apa maksudnya?” Yuri kebingungan.
“Mereka melakukan itu karena kau adalah pegawai baru di sini, anggap saja itu sebagai tes masukmu. Kupikir kau cukup tangguh menghadapi mereka,”
“Jadi, selama ini...,”
“Oh ya. Aku sudah melihat desainmu,” Nona Park membuka sebuah map yang tadi tergeletak di meja. “Ternyata kau cukup berbakat, maaf aku sudah menganggap rendah dirimu,”
“Oh?”
“Mulai sekarang aku akan mempertimbangkan desain-desainmu untuk diproduksi,”
“Be,benarkah?” Yuri merasa senang. Ia sudah membayangkan baju-baju rancangannya di pajang di etalase mereka di sebuah mall mewah dengan harga yang mahal dan...
“Jangan senang dulu, kembalilah bekerja. Desainmu ini masih banyak yang perlu diperbaiki,” Nona Park menyerahkan map itu pada Yuri yang alam pikirannya hampir melayang ke mana-mana.
“Baik Nona, terimakasih,” Yuri keluar ruangan itu sambil menangis bahagia. Kerja kerasnya selama ini tidak terlalu sia-sia ternyata. Yah setidaknya kini dia tahu apa artinya bekerja keras.
XXX
Hari sudah menjelang sore. Yuri sudah mulai mengantuk dan hampir tertidur di meja kerjanya hingga suara heboh pegawai lain mengagetkannya. “Fashion airport Lee Hyori sudah keluar!”
Mereka pun bergerombol melihat ke komputer itu. Yuri yang penasaran ikut melihat juga.
“Kita buat syal motif bunga seperti itu, kau buat polanya ya,”
“Ya baik,” jawab salah seorang di sana.
“Blazer yang dipakai Hyori ini pasti akan laku keras, hey Yuri kau buat polanya,”
“Seperti itu?”
“Ya harus persis seperti ini!”
“Hmmm, baiklah.” jawab Yuri, meski malas. Baginya modal blazer yang dikenakan Hyori itu biasa saja.
“Wah lihat tasnya, itu pasti mahal,” pegawai yang lain mulai membicarakan tas Hyori.
“Ck, itu tas murahan,” komentar Yuri, sepertinya tidak terlalu berminat.
“Hey..., gajimu bekerja seumur hidup di sini juga tidak akan sanggup membelinya!”
Yuri diam saja sambil tetap mencibir. Yang benar saja, tas biasa seperti itu dibanggakan. Koleksi tas di rumahnya lebih banyak dan mahal.
Ah tidak tidak! Tidak boleh begini! Yuri menyesali kelakuannya barusan. Bukankah dia ingin berubah tidak mau menjadi nona sombong lagi? Lagipula apa yang bisa dibanggakan dari barang-barang hasil kerja orang tua?
XXX
“Baiklah cukup untuk hari ini, jangan lupa tugas kalian tadi lanjutkan besok!”
“Yaa....”
Para pegawai itu merapikan meja kerja masing-masing dan membawa setumpuk tugas yang harus dikerjakan di rumah. Saat yang yang ditunggu sudah tiba, pulang!
Yuri segera pergi dengan semangat. Kakaknya pasti sudah menunggu di luar untuk menjemput. Young Bae memang tidak pernah terlambat satu menit pun.
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya Young Bae yang berdiri di sisi mobil.
“Melelahkan, tapi aku suka,”
“Benarkah?” Young Bae merasa sedikit khawatir. “Kenapa kau tidak melanjutkan butikmu sendiri daripada bekerja di tempat lain?”
“Tidak bisa, aku harus cari pengalaman dulu,”
“Astaga... ternyata adikku ini sudah dewasa,” Young Bae terkagum-kagum.
“Kau saja yang selalu menganggapku anak kecil!” kata Yuri sambil masuk ke mobil, sementara Young Bae masih saja berdiri di luar karena harus menerima telepon. Yuri terpaksa menunggu dengan sabar.
“... Tentu saja aku akan datang. Iya, iya... Oh? Dia juga datang? Wahhh iya aku fansnya, hahahaha!” Young Bae berbicara agak lama di telepon itu. Yuri hanya menggerutu menunggunya selesai. Entah apa yang dibicarakan kakaknya itu, ia juga tidak menyangka kakaknya adalah seorang fanboy.
Yuri sendiri tidak terlalu menggemari dunia hiburan. Dia jarang nonton TV ataupun baca berita artis. Kalau pun mengamati artis pasti yang ia amati adalah style fashionnya tanpa peduli siapa artis itu. Hal ini sungguh berbanding terbalik dengan Young Bae, lihat saja kelakuannya.
“Lama sekali, siapa sih?” tanya Yuri saat Young Bae masuk ke mobil.
“Nanti malam Sandara mengajakku datang ke acara launching butiknya!” Young Bae bersemangat.
“Oh,” Yuri tahu siapa yang Young Bae maksud. Sandara Park, adalah seniornya di sekolah fashion dulu. Ia juga salah satu lulusan terbaik, dan yang paling membuat Yuri iri adalah,.... Sandara juga cocok menjadi model.
“Nanti ikutlah denganku ya,”
“Tidak aku lelah,” Yuri tidak berminat.
“Ayolah..., aku sangat gugup kalau bertemu dengannya, temani aku sebentar saja,” bujuk Young Bae lagi.
“Tidak mau!”
“Haisssh, nanti kuajak Seung Hyun juga bagaimana?” Young Bae berusaha.
“Untuk apa mengajaknya? Aku sudah lama putus dengannya!”
“Heeeh, bukan Lee Seung Hyun pacarmu itu! Maksudku Choi Seung Hyun!!”
“Siapa itu?”
“Siapa lagi kalau bukan Pengawal Choi! Bukannya kau masih ingin bertemu dengannya?”
“Pengawal Choi?” rasanya sudah lama tidak mendengar nama itu lagi.
XXX
NEXT or NO??
(sepertinya ceritanya ini bakal agak panjang -.-“ semoga reader sabar membacanya ya, hohoho... Maaf typonya bertebaran. >.<)
jangan lupa comment dan love-nya yah :3
tanya dong : bagaimana pendapat anda tentang kissing scene? (eh?)
(>////<)