Suara alaram memekang telinga. Jinki segera bangkit dan mematikan jam wekernya, badanya terasa sakit. Ternyata begini rasanya menjadi orang kantoran, bangun setiap pagi padahal pulang malam. Jinki beranjak dan segera mengambil handuk kemudian menuju kamar mandi.
Sekarang pria itu sudah memandangi cermin. Tangannya mulai terangkat menuju wajahnya. Ini sudah menginjak dua bulan ia bersama tubuh ini dan dia belum bertemu dengan Jinki yang asli. Ini tidak boleh terus berlangsung, ia juga tidak bisa selamanya hidup didalam tubuh ini. Mau tak mau ia harus berkata jujur sebelum terlalu lama dan semuanya terlihat makin tidak bisa di percaya.
Jinki bergegas mandi. Setelah selesai mandi ia memilih baju kantor dan mulai memasang dasi. Ini aneh, Jinki mulai menikmati hidup barunya, hidup tanpa tekanan, hidup disekelilingi orang-orang yang baik. Tiba-tiba suara ketukan terdengar membuyarkan lamunannya. Jinki membuka pintu dan mendapati Myun Ji yang sedang terenyum kearahnya.
“pagi!” ucapnya dan masuk ke dalam kamar. Myun Ji segera membuka tirai kamar yang harusnya sudah dibuka sejak tadi. “sudah lama aku tidak membereskan tempat tidurmu, biasanya kamar ini dirombak dua bulan sekali, mejanya, tempat tidurnya pasti berpindah karena kau cepat sekali bosan” Myun Ji terus berbicara tanpa ada yang bertanya, tapi hal itu yang membuat Jinki tersenyum. Wanita ini sangat periang dan giat, awalnya Jinki terganggu dengan wanita ini, tapi ia berhasil membuat Jinki nyaman dengannya.
“kau tidak ke kantor?” Tanya Jinki dan Myun Ji masih sibuk membereskan seprai.
“Ani, sekarang kantor diliburkan, hanya bagian produksinya saja yang masih berjalan, itu pun setengah hari. Boss-ku hari ini menikah” Myun Ji selesai membereskan tempat tidur dan menuju meja kerja Jinki yang sedikit berantakan. “nanti sore aku datang ke resepsinya, apa kau mau ikut?” Myun Ji membalikkan badannya dan melihat Jinki sibuk dengan dasinya.
Padahal kemarin Jinki sudah sedikit bisa meski berantakan. Jinhya yang mengajarinya menggunakan dasi dengan benar meski ia lebih suka menggunakan dasi langsung pakai. Myun Ji mendekat dan membantu Jinki.
“bukannya Jinhya eonnie sudah mengajarimu?” Jinki mengangguk sambil melihat dasinya. “masa masih tidak bisa? Mendongaklah, biar aku yang pakaikan” ucap Myun Ji dan Jinki menurut. Wajah Jinki langsung menghadap Myun Ji, ia menelan ludahnya dan membuang muka. Aneh, kenapa ia jadi salah tingkah.
“aku tahu kau bosan mendengarnya, tapi apa kau-“
“aku tidak bisa mengingat apapun, tidak ada yang bisa aku ingat” Myun Ji menatap wajah Jinki sedih. “aku hampir terlambat, terima kasih sudah membantuku” Jinki mengambil tas dan jasnya . Myun Ji masih tak bergeming. Menyadari itu Jinki menghentikan langkahnya dan berjalan kearah Myun Ji. Jinki menyentuh wajah gadis itu. “maafkan aku, tapi aku memang tidak ingat apa-apa dan aku berjanji akan memberi tahumu alasannya” Jinki tersenyum kemudian mengecup kening Myun ji “kamar ini… tidak usah kau ubah, aku sudah menyukainya” ucapnya kembali. Kaki Jinki kembali berjalan menjauh dan tubuhnya hilang dibalik pintu.
Myun Ji memang tidak mengerti setengah apa yang Jinki katakan. Tapi ia cukup senang dengan tindakan manis Jinki pagi ini. Sifat dinginnya memudar dan tangannya hangat, tapi belum sehangat Jinki yang dulu.
***
“Hi Jinki!” Yong Hwa masuk ke ruangan Jinki dengan wajah cerianya seperti biasa. “bagaimana kabarmu? Wah, luka di keningmu sudah memudar?” ucapan Yong Hwa hanya dibalas senyuman oleh Jinki. “ya! Bahkan kau sudah bisa tersenyum seperti itu, hati-hati kau bisa merebut semua wanita di kantor ini”
“merebut?”
“kau dulu pernah bilang, setengah wanita di kantor ini milikku, kau tahu sendiri kita sangat terkenal di kantor ini, dua pria tampan akan di perebutkan, bukan? Makanya jangan lebih tampan dariku, jaga wajahmu, arra?” Jinki menahan tawa dan menggelengkan kepalanya. Matanya kembali focus pada layar computer, hal itu membuat Yong Hwa berdecak.
“Ya! Ayolah ini sudah jam makan siang, ayo kita pergi”
“pergi? Kemana?”
“ke restoran tempat dulu kita biasa makan” Jinki tertarik dan mengikuti arah tarikan Yong Hwa. Mereka berjalan menuju parkiran dan pergi menggunakan mobil Yong Hwa. Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah restoran yang tidak begitu besar, tapi terlihat mewah dan rapi.
“jadi kita sering kesini?” Tanya Jinki saat sedang melihat menu makanan.
“tentu saja, saat jam makan siang atau pulang dari kantor kita menyempatkan kemari” Jinki mengangguk “dank au paling suka makanan seafood disini”
“benarkah? Kalau begitu pesankan aku makanan yang sering aku pesan” Jinki menaruh menu di meja. Dengan senyum yang merekah Yong Hwa langsung memesan makanan kesukaan Jinki.
Mereka menikmati makanan sambil bercerita tentang cerita lucu di SMA, Jinki tidak tahu ternyata masa lalu mereka sangat menyenangkan. Tampa disadari, makanan sudah habis dan Jinki sangat menikmatinya meski sebenarnya ia tidak begitu menggemari sea food.
“akh! Benar-benar” ucap Yong Hwa sambil menatap ponselnya.
“wae?”
“pacarku, dia sangat cerewet dia memintaku mencarikan kaset drama secret garden padahal saat dramanya diputar ia tidak pernah absen menontonya, dasar wanita!” Yong Hwa membanting pelan ponselnya. Jinki kembali menahan tawa.
“mungkin ceritanya seru, sudah turuti saja” Jinki mengesap Jus apelnya.
“seru apanya! Hanya cerita tentang arwah yang tertukar saja seru” Jinki terdiam dan mendongak menatap Yong Hwa. “kau beruntung Myun Ji tidak seperti pacarku”
“kau percaya?”
“tentu saja, Myun Ji memang sangat berbeda dengan pacarku”
“bukan itu, tentang arwah yang tertukar, apa kau percaya?” Jinki mengerutkan keningnya. Yong Hwa tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
“kenapa? Kau ingin menonton drama itu bersamanya?” Yong Hwa menyeka air matanya dan pengunjung di restoran itu sudah menatap mereka heran. Jinki memejamkan matanya.
“diamlah” mendengar itu, Yong Hwa malah semakin tertawa. Jinki menyesal menanyakan hal itu, pendapatnya tentang Yong Hwa saat bertemu pertama kali adalah benar. Dia aneh. Mungkin sama anehnya dengan Jinki yang asli.
***
“eomma, aku pergi! Laura sedang bermain di rumah Joon tolong jemput dia, ne?” Myun Ji memakai High heels-nya dan mengambil mantel.
“ya! Kau saja yang jemput Laura” Ibunya muncul dari dapur sambil membawa teh gingseng hangat.
“tidak bisa, aku sepertinya pulang malam”
“boss-mu aneh sekali, menikah di hari kerja” keluh Ibu Myun Ji.
“karena hari sabtu sajangnim sudah berbulan madu, lagi pula sebentar lagi dia akan di gantikan oleh sajangnim yang baru, sudahlah aku sudah terlambat” Myun Ji tidak sempat menjelaskan lebih lama ia bergegas pergi dan menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Musim panas segera berakhir, sore ini angin sudah mulai membawa hawa dingin. Myun Ji memasuki mobilnya dan segera melaju.
Setengah jam berlalu dan Myun Ji sudah memakirkan mobilnya diantara mobil-mobil tamu lain. Dengan dress selutut berwarna nila dan rambut ikalnya yang lembut dibiarkan terurai Myun Ji mulai menarik perhatian tamu yang lain. Myun Ji memang memiliki wajah yang manis, tinggi yang cukup dan aura yang cerah dapat dengan mudah menarik perhatian banyak orang. Apalagi wajah cantik alaminya yang membuat iri wanita yang telah mengeluarkan bajet lebih untuk mendapatkan wajah yang mereka idamkan.
“selamat atas pernikahannya sajangnim” Myun Ji menunduk dan memberi senyum.
“O, Myun Ji senang melihatmu datang, apa kau datang sendiri?”
“iya aku datang sendiri”
“Ah sayang sekali, padahal aku ingin melihat suamimu” ucapan pria itu membuat wajah Myun Ji murung, tapi dengan sekejap berhasil Myun Ji ubah dengan senyumnya. Bossnya ini memang tahu bahwa Myun Ji sudah menggelar pesta pernikahan sebelum dirinya, tapi ia juga tidak tahu bahwa pernikahan itu tidak pernah terjadi. Myun Ji berjalan menjauh setelah sedikit mengobrol dengan pria itu kemudian membiarkannya menyambut tamu yang lain.
“Myun Ji eonnie!!” Yoon Ahn memanggil Myun Ji dan gadis itu menghapirinya. Ia tidak berdiri sendiri, disampingnya ada seorang wanita mungil berkaca mata, wajahnya manis.
“Yoon, apa kau datang dari tadi?”
“Ne, Ah iya kenalkan ini, Hye Jin dia keponakan sajangnim” ucap Yoon Ahn.
“Annyeonghaseyo” ucap wanita itu dan Myun Ji balas menyapa.
“dia ini seorang penulis, dan ternyata penulis yang aku sukai, dia penulis Novel 2 in 1” ucap Yoon Ahn semangat. Wanita itu hanya tersenyum malu. Myun Ji ingat, Yoon Ahn pernah bercerita tentang Novel itu. Tentang orang yang tertukar rohnya.
“Ah, aku ingat, buku yang menarik, bukannya itu menjadi Novel best seller di musim panas tahun lalu?” Wanita itu membenarkan dan tersipu malu. “dari mana kau mendapat inspirasi?” sekarang Myun Ji sudah menanyakan pertanyaan seperti sedang presscon, sebenarnya wanita ini wartawan atau apa?.
“aku memang suka menulis gendre seperti itu, mudah saja mendapat inspirasinya karena aku juga suka menonton drama seperti itu jadi tidak sulit bagiku” Myun Ji dan Yoon Ahn mengangguk hampir bersamaan.
“memang kau percaya dengan hal seperti itu?” Myun Ji sedikit bercanda.
“menurutku tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Keajaiban tidak hanya terjadi pada Novel, aku yakin banyak kehidupan yang dipenuhi magis di dunia ini” Myun Ji kembali mengangguk, ternyata bahasa penulis susah di mengerti.
***
Laura menguap sambil menggaruk kepalanya. Laura terlalu lama bermain, setelah pulang sekolah pasti ia kerumah Joon, temannya.
“apa kau sudah mengantuk?” Myun Ji menyentuh rambut Laura dan gadis itu mengangguk.
“biar aku yang bawa dia ke kamar” ucap Jinki yang langsung membopong Laura. Hari ini Ayah Myun Ji mengundang Jinki dan Jinhya makan malam keluarga dirumah mereka. Makan malam sudah selesai dan semua berkumpul di ruang tamu sambil mengobrol.
“Myun Ji, apa boss di kantormu sudah diganti?” Jinhya memulai obrolan.
“belum, pengganti bossku itu dari London dan dia harus menyiapkan beberapa hal untuk pindah ke kantor jadi wakil sajangnim yang menggantikan sementara” Jinhya mengangguk paham.
“baiklah semua sudah berkumpul?” Ayah Myun Ji datang dan duduk di sofa, semua mendekat.
“Jinki masih di kamar Laura” ucap Jinhya. Ayah Myun Ji mengangguk dan menunggu.
“Appa, sebenarnya apa yang ingin kita bicarakan?” Tuan Kim itu memandang Anaknya sambil tersenyum. Memang hanya Myun Ji dan Jinki yang belum mengetahui topik malam ini.
“kita tunggu Jinki dulu, ne?”
Tak berapa lama kemudian Jinki datang dan duduk di samping Myun Ji. “baiklah semua sudah berkumpul” ucap Ayah Myun ji kemudian menatap Jinki. “Jinki, bagaimana keadaanmu?”
“aku belum ingat apa-apa, tapi aku cukup baik” ucap Jinki kaku. Ayah Myunji kembali mengangguk. “begini, seperti yang kita ketahui pernikahan Jinki dan Myun Ji sempat di batalkan dan mengingat Jinki yang sudah mulai membaik semua pihak keluarga sudah setuju untuk segera menyiapkan pernikahan kembali” Ayah Myun Ji tersenyum dikuti wajah gembira keluarga yang lain. Jinhya memeluk Myun Ji senang dan Myun Ji balas memeluk Jinhya. Jinki masih tidak bergeming.
Menikah?. Tapi…
“aku, masih butuh waktu” Jinki kembali bersuara dan ia berhasil menarik suasana bahagia di ruangan itu.
“Jinki” Jinhya menegur dan Myun Ji menatapnya tidak percaya. Jinki bangkit dan membungkuk.
“maafkan aku aboji, aku butuh waktu sedikit lagi” Jinki kembali membungkuk.
“Jinki-ya!” Jinhya sedikit emosi dan ikut menatap Jinki tidak percaya.
***
Suasana di dalam mobil itu sangat sunyi sampai mobil itu terparkir di depan sebuah rumah putih bertingkat kedua orang di dalam mobil itu tidak berbicara sedikitpun. Jinhya lebih dulu keluar dari mobil.
“Noona!” Jinki memanggil, tapi tidak ditanggapi oleh Jinhya sampai mereka masuk kedalam rumah Jinki masih memanggil wanita itu. “mianhae!” Jinhya menghentikan langkahnya saat menaiki tangga.
“dua kali Jinki, kau belum puas?” Jinhya menahan tangisnya. “ini bukan tentangku, tapi tentang kau, mereka sudah cukup lama bersedih dengan semua ini, apa kau tidak lihat wajah sedih mereka? tidak kah kau lihat wajah Myun Ji?” Jinhya menutup matanya sejenak dan kembali berjalan.
Jinki menatapnya sedih. Dengan tubuh lemas Jinki berjalan ke kamarnya. Ia juga bingung mau bertindak seperti apa, ini bukan tubunya, ini bukan hidupnya ia tidak boleh seenaknya menikmati kehidupan orang lain. Menikah itu bukan hal yang sederhana untuk di jalani. Ini kehidupan Jinki, bukan kehidupannya.
Jinki duduk ditepi ranjang. Ia meraih ponsel di saku celana jeansnya dan menekan beberapa tombol. Dengan ragu ia menempelkan benda itu di telinga. Lama tidak diangkat sebuah suara menyambutnya, pas sekali. Suara itu, suara miliknya dulu. Jinki membasahi tenggorokannya.
“ini aku” suara Jinki sedikit bergetar. Tiba-tiba suara dari ponsel itu lenyap. Jinki tahu, pria itu sangat shock mendengar suaranya sendiri didalam telpon.
“temui aku di club besok malam, alamatnya ada di laci kamar kertasnya berwarna hitam” ucap Jinki dan langsung mematikan sambungan. Lagi-lagi jantungnya berdegup kencang. Tidak ada pilihan lain, ia harus segera mengakhirinya sebelum ia jatuh lebih dalam. Jatuh dan semakin melukainya. Melukai wanita yang mulai ia cintai.
-
Tinggalkan jejak dong! readers kece^^ support ff ini terus yah! Gomawo sudah dibaca *hug