home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction

YOU

Share:
Author : Rezkyka
Published : 08 Jan 2014, Updated : 21 Aug 2016
Cast : Kim Myun Ji (oc), Lee Jinki, Choi Minho, Jung Yong Hwa, Seo Hyun, Choi Sulli
Tags :
Status : Complete
3 Subscribes |128946 Views |13 Loves
YOU
CHAPTER 4 : BAB IV

“selamat pagi” Jinhya menyapa Jinki yang kemudian duduk didepannya. Jinki belum memakan sarapannya, ini aneh mereka hanya berdua.

“Siwon Hyung…”

“ah! Dia sudah kembali ke New York, maaf tidak pamit padamu dia harus segera pergi karena urusan kantornya, tapi tenang dia akan kembali lagi” Jinhya tersenyum.

“kapan?” padahal Jinki sudah mulai akrab dengan pria itu. Sifatnya hangat dan sangat mengayomi, dari dulu ia sangat menginginkan kakak laki-laki.

“saat kau dan Myun Ji menikah” lagi-lagi Jinhya tersenyum tanpa dosa. Jinki menghentikan napas sejenak kemudian bernapas lagi, menikah?. “Wae Jinki? Kau tiba-tiba murung?” Jinki berusaha menormalkan wajahnya dan menggeleng cepat. Ia segera melahap sarapannya dengan sedikit lamunan. Jinhya yang merasa peruabahan ekspresi Jinki menaruh sumpitnya.

“Jinki-ya” Jinhya memanggil dan adiknya itu mendongak. “apa kau mulai ingat sesuatu?” Jinhya menatapnya serius. Pertanyaan itu sering dilontarkan kepadanya, tapi bukan wanita yang ini tapi yang satu lagi. Jinki menggeleng. “kalau ada yang ingin kau beritahu kepadaku, beritahu saja jangan sungkan” lagi-lagi Jinki mengangguk dan meneruskan makan.

Jinhya ingat perkataan suaminya ketika ia membantunya membereskan pakaian.

“aku akan kembali ketika Jinki jadi menikah dengan Myun Ji”

“jadi? Maksudmu mereka akan membatalkan pernikahan?”

“aku sudah memperhatikan Jinki dari kemarin, dia tidak seperti orang yang aku kenal, dia baik tapi bukan baik seorang Jinki, tanyakan sesuatu padanya mungkin dia ingin cerita jika padamu”

“aku benar-benar tidak mengerti ka-“

“aku juga tidak mengerti, tapi aku selalu percaya tentang takdir Tuhan, ada alasannya Tuhan menunda pernikahan Jinki dan Myun Ji dengan sebuah kecelakaan yang merubah semuanya”

Jinki memperhatikan Jinhya yang tidak bersemangat makan dan seperti memkikirkan sesuatu. Ia merasa ikut sedih melihatnya.

“Noona, maaf jika selama ini aku merepotkan” Jinhya mendongak dan mendapati Jinki telah menyelasikan sarapannya. “aku juga berharap kecelakaan ini tidak pernah terjadi dan ingatanku bisa kembali, tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa semua ini terjadi begitu saja, jadi aku akan berusaha mengingat semuanya” senyum Jinhya merekah mendengar kata-kata Jinki. Kekhawatirannya sedikit memudar, mungkin Siwon terlalu berlebihan, ini hanya cobaan sementara untuk menguatkan tali persaudaraannya juga ikatan cinta Jinki dan Myunji. Semuanya akan baik-baik saja.

***

Jinki mengehentikan mobilnya di seberang jalan depan sebuah rumah. Ia membuka kaca jendela mobilnya dan melihat seorang gadis yang tengah keluar menggunakan baju seragam. Jinki memperhatikan wajah ceria gadis itu. Ia menatapnya heran, wajah gadis itu masih sedikit pucat tapi terkalahkan oleh senyum yang mengembang di wajahnya.

Seorang pria tinggi dan rambut hitam yang dibiarkan jatuh mengenai wajahnya itu ikut keluar. Jinki menatapnya tak percaya, tebakkannya kali ini benar. Rohnya bertukar tempat. Jinki melihat gadis yang dirindukannya itu melambai pada pria yang baru saja keluar dan bergegas pergi ke sekolah. Jinki menjambak rambutnya. Ia benar-benar tidak percaya, benar-benar tidak percaya.

Tiba-tiba ponselnya berdering dan terdapat nama Myun Ji tertera di layarnya. Ini adalah ponsel pemberian Myun Ji karena ponsel milik Jinki telah hancur bersama mobilnya.

“yeobseo?”

“kau dimana?” Jinki mulai menyukai suara itu, pikirannya jadi sedikit tenang.

“waeyo?”

“aku benar-benar bingung, tolong aku” suaranya terdengar panic.

“kau dimana?”

“Seoul Hospital” sekarang suaranya serak, perasaan Jinki tidak enak.

“baik aku kesana” Jinki mematikan ponselnya dan menatap rumah disampinya sekilas. Dengan perasaan kacau Jinki menjalankan mobilnya. Aku janji akan menjawab semua teka-teki ini. Jinki membatin.

***

Jinki melihat semua keluarga berkumpul, semuanya sedang menangis. Jinki mendekat dan Myun Ji tersadar dari lamunannya.

“ada apa ini?” Tanya Jinki. Myun Ji segera memeluk Jinki dan matanya kembali mengeluarkan air. Jinki pun bingung apa yang harus dilakukannya, tangannya pun mulai terangkat perlahan dan membalas pelukan Myun Ji.

“orang tua Laura, kecelakaan dan…” Jinki melepaskan pelukannya.

“dan?”

“dia menjadi yatim piatu sekarang” Myun Ji membekap mulutnya dan memendam suara tangisnya. Mata Jinki ikut merasa perih, anak sekecil itu harus mengalami hal seperti ini.

“dimana Laura?”

Myun Ji mengusap air matanya “dia ditaman bersama Jinhya eonnie, dia tidak berbicara sedikit pun aku sudah berusaha berbicara padanya tapi dia hanya diam. Aku minta tolong padamu karena biasanya saat ia sedih hanya kau yang bisa berbicara padanya” Myun Ji memohon. Jinki mengangguk paham dan segera berlari menuju taman yang di maksud Myun Ji. Langkah Jinki terhenti ketika menemukan gadis berambut coklat panjang sedang duduk memunggunginya, dia bersama Jinhya.

Jinki berjalan mendekat dan kakinya terhenti. Ia berpikir, ini memang tubuh Jinki, tapi didalamnya adalah orang lain. Apakah ia akan melakukan hal yang sama saat Jinki berhadapan dengan kesedihan Laura. Tapi mengingat kejadian tadi saat Jinki yang asli berperan dalam kehidupannya, ia melakukannya dengan baik dan dapat menjaga adiknya. Kenapa ia tidak bisa? Ia harus membangkitkan kehidupan Jinki yang sebenarnya.

Jinki mendekat dan berdiri disamping Laura. Jinhya yang melihat kemudian berdiri “dia tidak mau berbicara” Jinhya menatap sedih Laura. Jinki mengangguk mengerti dan Jinhya pergi sambil berusaha menghapus air matanya. Jinki duduk disamping Laura yang sedang memainkan setangkai bunga liar yang entah ia dapat dari mana.

“bunganya bagus” Jinki memulai pembicaraan tapi Laura tidak merespon sama sekali.

“kau sedih? Sama aku juga, tapi kau lebih beruntung nasibmu tidak sejelek nasibku”

“ahjussi bicara apa sih? Aku tidak mengerti” ucap Laura yang tidak lepas menatap bunga ditangannya.

“tentu saja bicara tentang orang tuamu” Jinki terlalu jujur dengan anak kecil. Laura mendelik kearahnya.

“Ayah dan ibu sedang pergi membeli peralatan untuk calon adikku, kenapa semua orang menangis untuk mereka aneh kan?” Jinki menyenderkan tubuhnya pada penyangga kursi.

“Ahjussi, kata ibu aku akan segera punya adik dan kata dokter adikku laki-laki” Laura tetap menunduk, Jinki merasa kasihan dengan anak ini. Ternyata Tuhan tidak memilih siapapun orangnya, ia tetap memberikannya cobaan. Tapi Laura? Bukankah dia masih sangat kecil?.

“O, kau beruntung sekali karena adikmu akan jadi pangeran surga” sekarang Laura menoleh. “sekarang adik dan kedua orangtua mu sedang pergi menuju surga, Tuhan ingin adikmu lahir disana, dan karena Tuhan tidak bisa mengurus bayi jadi orangtua mu ikut ke surga, tidak apa-apakan? Ahjussi akan selalu menemanimu” Laura masih menatap Jinki dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

“tenang saja, mereka akan baik-baik saja disana asal kau tetap mendoakannya, arrachi?” Jinki berusaha tersenyum sambil memandang wajah pilu Laura. Tiba-tiba air mata gadis itu mengalir, Laura segera menghapusnya dan masih berusaha serius memandang wajah Jinki, mungkin menunggu kelanjutan ceritanya.

“Tuhan menyayangi orangtua dan adikmu, makanya ia mengambil mereka terlebih dahulu” Jinki mulai bicara perlahan sambil menatap Laura yang berusaha menghapus air mata yang tidak di kehendakinya itu. “sudahlah, jangan menghapusnya seperti itu wajahmu bisa terluka” Jinki memeluk Laura dengan erat.

Myun Ji masih menunggu didepan sebuah kamar pasien. Tidak lama kemudian Jinki datang sambil menggandeng Laura, wajah gadis itu sangat sedih, hidung dan pipinya memerah. Myun Ji segera berjalan kearahnya dan menyamakan tingginya dengan anak itu. Laura langsung memeluk Myun Ji dan kemudian menangis dengan susah payah Myun Ji menggendong Laura dan menenangkan gadis itu.

“sudah ya sudah” Myun Ji menangkan gadis itu kemudian menatap Jinki sambil tersenyum. Ini lebih baik dari pada melihat Laura yang tidak menangis sama sekali.

***

Upacara pemakaman telah selesai. Hari pun sudah menjelang malam, didalam rumah itu menyisakan beberapa anggota keluarga dekat saja. Laura sudah tertidur didalam kamar dan sekarang anggota keluarga sedang merapatkan sesuatu di ruang tamu.

“rumah ini tinggal Laura sendiri” ucap Minsu sepupu Jinki yang meratapi nasib si kecil Laura.

“dia mungkin bisa tinggal dengaku, dia biasa menginap disana” Myun Ji angkat bicara.

“iya benar, selama ini Laura sangat dengat dengan Myun Ji dan Jinki aku berharap kalian bisa menjadi pengganti untuk orangtuanya” ucap Nyonya Kim. Myun Ji dan Jinki hanya diam sambil menunduk.

“lalu, bagaimana dengan rumah ini?” Tanya Jinhya pada keluarganya.

“aku belum ada rencana, mungkin sementara waktu akan di biarkan dulu atau mungkin disewakan, aku belum memikirkannya” kini giliran Tuan Kim. Jinki memperhatikan, biasanya Tuan Kim selalu melucu, sekarang ia bisa melihat wajah sedih dan wajah seriusnya.

“aku benar-benar memikirkan nasib Laura setelah ini” Minsu menekuk wajahnya.

“Laura?” Jinhya melihat Laura turun dari tangga sambil mengucek matanya. Semua mata tertuju padanya, ia berjalan kearah Jinki.

“aku ingin tidur ditemani Ahjussi” sekarang mata yang menatap Laura mengarah pada Jinki. Pria itu tersenyum kaku dan kemudian berjalan mengikuti tarikan tangan Laura. Setelah mereka menghilang Myun Ji menghembuskan napas yang panjang.

“aku rasa makin lama Jinki makin membaik” ucap Nyonya Lee. “dari dulu dia memang selalu bisa menarik perhatian Laura” lanjutnya kembali, Myun Ji membenarkan dalam hati.

***

“dia sudah tertidur?” Myun Ji mengecilkan suaranya.

“emm.. tapi dia tidak mau melepaskan tangannya” ucap Jinki. Myun Ji duduk ditepi ranjang dengan perlahan.

“aku mohon padamu temani dia disini sampai besok pagi aku…”

“sudah tidak usah banyak bicara, aku sudah mengantuk” Jinki mebenarkan sedikit posisinya dan mulai memejamkan matanya. Myun Ji meruncingkan bibirnya kemudian menahan senyum, Setelah membelai rambut Laura Myun Ji bergegas pergi.

“Aku…” Myun Ji kembali mendengar suara Jinki. “aku mau menjadi Ayah bagi Laura kalau memang itu di perlukan” Myun Ji kembali membalikkan badannya. “tapi selain Ayah dia juga butuh Ibu, jadi aku butuh bantuanmu” jantung Myun Ji berdegup kencang. “kau ingin membantuku?” Jinki menunggu jawaban Myun Ji.

“untuk kebahagiannya, akanku lakukan apapun, selamat malam” Myun Ji mematikan lampu dan berjalan keluar kamar. Setelah menutup pintu kamar jantungnya berdegup kencang, ia tahu tidak lama lagi Jinki akan segera ingat semuanya.

***

Satu bulan telah berlalu, kini Laura tinggal dirumah Myun Ji. Kadang setiap weekend ia menginap di rumah Jinki, meski orang tuanya telah tiada ia memiliki kehidupan baru. Sekarang Jinki, Myun Ji dan Laura tengah berada di kebun binatang. Laura asik melihat hewan sambil duduk dipundak Jinki.

“bagaimana minggu pertama di kantor?” Tanya Myun Ji saat mereka tengah menemani Laura melihat gajah. Jinki tersenyum.

“baik, mereka sangat membantuku dan aku mulai mengingat nama mereka satu-satu”

“aku ikut senang mendengarnya” Myun Ji tersenyum dan pandangan keduanya bertemu sesaat. Masih ada rasa kecanggungan di kedua mata itu. Jinki kembali menatap kedepan dan menghembuskan napas panjang. Ia berjanji setelah semuanya berjalan dengan normal ia akan memberitahu Myun Ji semuanya dan akan mempertemukan Myun Ji dengan Jinki yang sebenarnya.

 

-

 

Mianhae chapter ini cuma sedikit, semoga tetap memuaskan. Gomawo yang udah baca FF ini, tetap tinggalkan jejak yah! ^o^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK