“memang ada acara apa dirumah Myun Ji?” Jinki membantu Jinhya memasukkan kotak besar kedalam bagasi mobil.
“ulang tahun Laura tentu saja” terdengar suara bagasi yang tertutup, Jinki berfikir sejenak. Oh anak perempuan itu. “kau tahu Laura?” Jinhya bertanya.
“ne, Myun Ji memberi tahuku waktu itu”
“oh! Jinjja[1]?” Jinhya terlihat senang “kau harus ikut yah, dia pasti senang kau datang. Dia sangat dekat denganmu, sangat dekat”
“aku tidak yakin” Jinki menyender pada mobil Jinhya.
“makanya kau harus datang, cepat ganti bajumu acaranya sebentar lagi mulai” Jinhya mendorong Jinki untuk masuk kedalam rumah. Kemudian Jinhya melipat tangannya, ia merasa Jinki makin membaik. Semoga.
Beberapa anak kecil sudah berkumpul di teras rumah, ada juga yang berlarian masuk keluar rumah. Dari pagarnya saja sudah terlihat nuansa pesta ulang tahun anak perempuan yang sangat meriah- untuk anak yang usianya baru lima tahun tentunya- . Jinki memakirkan mobilnya di seberang jalan didepan rumah itu, rumah yang terlihat sangat glamour- tentunya tanpa hiasan pink dimana – mana.
“ini rumah Myun Ji?” Tanya Jinki pada Jinhya sambil mengabil kotak besar dari bagasi mobil, kotak itu dihias pita pink. Setidaknya Jinki tahu untuk apa kotak itu. Jinhya mengangguk semangat setelah mengambil tasnya dari dalam mobil.
“kajja” Jinhya sedikit mendorong Jinki. Pandangannya agak terhalang dengan kotak besar berpita pink yang ia bawa itu, jadi ia hanya bisa leluasa melihat ke kiri atau ke kanan. Hampir semuanya warna pink, Bagus! sebentar lagi ia akan sakit mata, bahkan kado – kado yang sudah tersusun rapih di dekat meja penerima tamu dan semuanya berdasarkan warna pink.
“ahjumma!” sebuah teriakan halus menghampiri Jinhya, anak yang tingginya baru mencapai setengah kakinya itu memeluk Jinhya dengan senang.
“lihat siapa yang datang!” Jinhya bergeser, wajah Laura semakin sumringah.
“ahjussi!” Laura mengangkat tangangannya seperti akan ada yang menembaknya kemudian berlari kearah Jinki, dengan spontan Jinki ikut berlari dan gadis kecil itu mengejarnya. Karena tersandung Jinki terjatuh dan sekarang suara tawa anak – anak kecil mulai terdengar. Jinki melirik kotak besar yang ia bawa sudah tergeletak jauh darinya. Anehnya kotak itu tidak sendiri, di sekitarnya terdapat kado dengan berbagai ukuran berserakan, pandangan Jinki beralih pada gadis kecil yang memakai gaun serba pink itu. Wajahnya terlihat kaget kemudian mengeluarkan suara keras sambil berlinang air mata, Jinki hanya dapat memejamkan matanya ia selalu bersikap ceroboh saat berhadapan dengan anak kecil.
***
Myun Ji meletakkan coklat hangat di meja kayu yang menjadi tempat lamunan Jinki. “diminum dulu” Myun Ji berusaha tersenyum, walau sebenarnya hari ini ia agak lelah harus membereskan rumahnya dari semua dekorasi berwarna pink.
“sepertinya anak itu sudah membenciku” Jinki mengesap minumannya.
“Tidak mungkin, dia sangat menyayangimu ia mungkin hanya kaget saja tadi, yang pentingkan pestanya berjalan dengan lancar” Myun Ji tersenyum dan ikut mengesap minuman coklat miliknya.
“apa Laura tinggal disini?” Jinki mulai merasa penasaran dengan orang-orang disekitarnya, setelah Myun Ji giliran si kecil Laura.
“tidak juga, karena kedua orang tuanya sibuk bekerja jadi dia disini hanya sampai weekend, hari sabtu dan minggu dia dirumah, disini memang seperti rumah kedua baginya, oh iya kau sudah bertemu Ayah dan Ibunya?” Tanya Myun Ji dan di jawab anggukan oleh Jinki. Pria itu sempat mengobrol dengan mereka, orang tua Laura. Ayahnya Cho Kyuhyun merupakan sepupu Myun Ji, untung saja ia masih mengingat namanya karena banyak orang yang menyapa dan menanyakan kabarnya tanpa satupun dari mereka ia kenal.
“O, Laura?” Jinki menengok kearah pandangan Myun Ji. Terlihat Laura yang sudah memakai piyama berjalan dengan malu-malu. “kemarilah” ajak Myun Ji. Gadis kecil itu berjalan perlahan dan duduk di pangkuan Myun Ji. “bagaimana pestanya? Kau senang?” Tanya Myun Ji sambil membelai rambutnya. Laura mengangguk.
“soal tadi sore” Jinki mulai berbicara. Laura dan Myun Ji menoleh bersamaan. “aku tidak sengaja, kau mau memaafkanku?” Jinki menyodorkan tangannya. Laura terlihat ragu dan menatap Myun Ji sesaat. Myun Ji mengangguk dan tersenyum kearah Laura. Gadis penggemar warna pink itu turun dari pangkuan Myun Ji dan menjabat tangan Jinki. Jinki mulai tersenyum dengan kaku dan Laura membalasnya dengan senyum manis. Ini agak aneh, biasanya ia tidak begitu kaku dengan anak kecil tapi ada rasa didalam hatinya yang sedikit takut terhadap anak kecil, takut melukainya.
Tiba-tiba tangan Laura memegang kepala Jinki yang masih diperban dengan wajah yang tidak memperlihatkan senyuman. Jinki ikut terdiam dan memperhatikan wajah Laura yang mulai terlihat menujukan wajah sedih.
“oh iya Laura apa kau sudah membuka semua kadonya? Pasti kau belum membuka kado Jinhya Ahjumma, ayo cepat temui Jinha Ahjumma dan minta kadonya, arraso?” Myun Ji segera mengarahkan Laura kedalam dan anak itu berjalan sendiri menuju ruang tamu. Myun Ji hanya tidak ingin melihat kesedihan hari ini, melihat wajah Laura seperti itu Myun Ji seperti merasakannya.
Mata Myun Ji kembali mengarah pada Jinki dan tiba-tiba keduanya merasa canggung “omo, bajumu kenapa?”
“Ah, ini terkena krim kue, tadi ada anak kecil yang menabrakku” Jinki kembali mencoba membersihan nodanya.
“anak kecil disini memang super aktif, kalau begitu ganti baju saja”
“Tapi…” Myun Ji menghentikan langkahnya ketika Jinki terlihat bingung “aku tidak bawa baju”
Myun Ji tersenyum ramah “disini ada banyak baju milikmu, aku ambilkan” Myun Ji menuju kamarnya dan diikuti Jinki dari belakang. Myun Ji membuka lemari dan mengambil baju yang biasa Jinki pakai jika hari sudah menjelang malam.
“ini ganti bajulah, setelah itu turun untuk makan malam”
“kenapa ada banyak baju pria disini?” Myun Ji yang tengah membereskan pakaian didalam lemari berhenti sejenak.
“kau sering menginap disini, emm… untuk menemani Laura” Myun Ji kembali merasa agak canggung dan segera menutup lemari pakaian. Jinki mengangguk dan Myun Ji keluar dari kamar.
***
“Jinki-ya! Ironaa[2]” Jinki membuka matanya dengan malas. Jinhya masih megetuk pintu kamar Jinki dan tidak ada jawaban.
“Noona akan pergi menjemput Siwon Oppa, sarapanan sudah siap, jangan lupa minum obat arrachi?!” Jinhya masih berteriak didepan kamar Jinki. Pria didalam kamar itu tidak memberi jawaban sama sekali. Jinhya menghembuskan napas kecewa dan segera pergi, tapi ia sempat menitipkan pesan kepada pelayan Jung untuk mengawasi Jinki.
Jinki mengembuskan napas lelahnya, lelahnya yang selama ini membuat pundaknya berat. Ia mendudukan badannya. “Siwon Oppa? Siapa lagi dia” keluh Jinki yang masih terus mengingat nama orang itu jika nanti berkenalan dengannya, semenjak koma otaknya seperti terbalik dan mudah lupa nama seseorang kecuali…
Myun Ji.
Jinki beranjak ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Sekarang pandangan matanya menuju kaca yang terpasang diatas wastafel. Ia mengusap wajahnya beberapa kali, berharap semua yang terjadi beberapa hari ini adalah mimpi. Tapi itu tidak mungkin. Semuanya tersanyata dan menyakitkan, badannya terasa aneh, apalagi saat seseorang memanggilnya dengan nama Jinki. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ia bisa berada dalam tubuh yang berbeda?.
Jinki berjalan menuju kamarnya kembali dan duduk diranjangnya sambil memandang telpon yang terletak didekat lampu hias. Tangannya mengambil gagang telpon itu dengan perlahan kemudian menekan tombol nomornya. Tersambung. Jantung Jinki berdegup kencang.
“yeobseo?” sebuah suara terdengar dan berhasil membuat napas Jinki terhenti, suara seorang gadis. “yeobseo? Siapa ini?” suara itu terdengar lagi dan berhasil membuat mata Jinki terasa pedih. Sambungan terputus. Mengetahui gadis itu menutup telponnya Jinki menaruh gagang telponnya perlahan. Ia mengusap wajahnya dan menarik rambutnya. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi, ini benar-benar menyakitkan dan kenapa ini harus terjadi kepadanya?. Ia benar-benar bingung dan isakan mulai terdengar.
Jinhya menutup mulut dengan kedua tangannya meliha Jinki dari sudut pintu yang sudah sedikit ia buka. Tadinya ia hanya ingin mengambil barang yang tertinggal dan ingin kembali mengechek apa Jinki sudah bangun atau belum. Tapi sekarang ia malah melihat Jinki menangis, padahal sebelumnya ia jarang melihatnya menangis ia selalu mengibur semua orang dan terlihat ceria, tapi itu sebelum Jinki koma, setelahnya? semua berubah. Air mata Jinhya kembali turun dan semakin deras, ia kasihan melihat adiknya yang seperti merasa kesakitan, rasa ia ingin memeluknya, tapi ia tahu Jinki butuh sendiri. Jinhya kembali beranjak pergi dan mengusap pipinya. Dari jauh pelayan Jung melihat hal itu dan menunduk dalam.
***
“sudah sampai!” Myun Ji selesai memakirkan mobilnya di teras rumah Jinki.
“ahjumma, apa Siwon ahjussi akan menyukai hadiah dariku?” Myunji melirik Laura yang tengah memegang sebuah kotak dengan dasi berwarna pink didalamnya. Myun Ji memaksakan senyumnya dan memangangguk.
“Siwon Ahjussi pasti suka dengan apapun yang kau berikan, sekarang ayo turun” ucap Myun Ji dan gadis kecil disampingnya kembali menutup kotak dan turun dari mobil.
Sehabis pulang dari kantor Myun Ji mengajak Laura ke rumah Jinki, karena Siwon -suami Jinhya- baru saja pulang dari New York, dan mengenai cerita Jinhya tentang Jinki yang menangis di kamar membuat Myun Ji sedikit khawatir juga.
“selamat datang Nona” pelayan wanita menyambut mereka masuk dan beberapa lama kemudian Siwon dan Jinhya menyambut mereka.
“Omo, ada princess Lauraa!” seru Siwon dan Laura berlari kearahnya. Siwon menggendong Laura dan mecubit pipinya. Myun Ji masih berjalan mendekati mereka.
“kalian tepat sekali datang saat jam makan malam” goda Jinhya dan Myun Ji mengeluarkan senyum yang dibuat-buat.
“apa yang kau bawa untukku?” Tanya Siwon sambil menunjuk sebuah kotak coklat.
“lihat saja” ucap Laura malu-malu. Siwon segera membukanya dan mengambil barang yang ada didalamnya. Jinhya sudah membalikkan badannya dan menahan tawa sedangkan Myun Ji menggaruk lehernya.
“dasi? Warna pink?” Siwon menatap heran Laura.
“kata Myun Ji ahjumma, ahjussi senang dengan apapun yang aku berikan” Laura mengerutkan keningnya. Siwon tertawa kaku.
“senang? Tentu saja aku sangat sangat senang, gomapseumnida”
“baiklah, ayo makan Jinki sudah menunggu kita di meja makan” ajak Jinhya dan mereka berjalan bersama keruang makan. Jinki menyambut mereka dengan senyuman kaku.
“Jinki, makanlah yang banyak” Siwon menepuk pundak Jinki dan pria itu hanya membungkuk sesaat. Siwon hanya menatap miris adik iparnya itu. Tadi pagi setelah beberapa minggu tidak bertemu, Siwon akhirnya bisa melihat keadaan Jinki sekarang, dan tahu ia mengapa wajah Jinhya tidak secerah saat terakhir ia meninggalkan New York untuk melihat pernikahan adiknya. Tapi sepertinya telah banyak yang berubah.
“Ah, Myun Ji bagaimana keadaanmu? Apa kau baik?” Siwon kembali menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
“ne” jawab Myun Ji
“lalu bagaiamana dengan Ayah dan Ibumu? Kenapa tidak kemari, huh?”
“Appa terlihat lelah hari ini, jadi mereka akan datang besok pagi”
“O, apa ahjussi masih suka mengurusi kebunnya? Ah benar-benar, hobinya masih saja suka bertanam lihatlah rumahmu akan jadi hutan” Siwon menggeleng kepalanya. Myun Ji dan Jinhya tertawa bersamaan.
Jinki melirik kearah mereka sekilas, benar-benar keluarga yang harmonis, ia sangat iri. Jinki yang sesungguhnya sangat beruntung, meski sudah tidak memiliki orang tua, tapi banyak yang menyayanginya. Sedangkan dirinya, kehidupan masa lalunya begitu kelam dan hampir hancur jika ia tidak mengingat seorang gadis yang selalu membutuhkannya, gadis yang ia hubungi tadi pagi.
***
Tok..tok..tok..
Setelah suara itu terdengar bunyi pintu terbuka. Terlihat Myun Ji datang sambil membawa peralatan P3K dan air minum.
“aku belum menyuruhmu masuk” langkah Myun Ji terhenti ketika suara sarkastik Jinki mengaggetkannya.
“mianhe, aku kira…” Myun Ji terlihat merasa bersalah.
Jinki memutar bola matanya “yasudahlah, apa yang ingin kau lakukan?”. Myun Ji mendekat dan menaruk kotak P3K di samping Jinki.
“luka dikepalamu harus dibersihkan dan diberi obat lagi agar cepat kering” ucap Myun Ji sambil mengeluarkan kapas dan obat oles dari dokter. Dengan perlahan Myun Ji membuka kapas yang menempel di kepala Jinki kemudian membersihkan lukanya. Jinki seperti terhipnotis, ia hanya diam ketika Myun Ji meyentuh kepalanya dengan lembut. Siakapnya sangat lembut dan keibuan Jinki tidak berani menatap wajah gadis itu.
“lukamu sudah mulai membaik, apa kepalamu masih sering sakit?” Tanya Myun Ji ketika selesai membersikan luka itu. Jinki mengangguk samar “minum obatnya lagi setelah ini lalu istirahat” Myun Ji masih berbicara ketika ia memberi obat dan menutup luka di kening Jinki dengan kapas yang baru.
“gomawo” tiba-tiba kata-kata itu terucap dari bibir Jinki. Bukannta tanpa sengaja, Jinki merasa gadis didepannya juga melewati masa sulit dan tetap terlihat tegar. Myun Ji tersenyum.
“apa kau sudah mengingat sesuatu?” Myun Ji kembali membereskan peralatan P3K yang agak berantakan di kasur.
“aku sudah bilang padamu, tidak ada yang harus aku ingat” tangan Myun Ji terhenti diudara matanya perlahan menatap wajah Jinki yang memandangnya serius. Sebelum Myun Ji membalas tiba-tiba pintu terbuka lebar dan Laura berlari kedalam kamar.
“aku ingin tidur disini ya Ahjussi?” Laura melompat diatas kasur.
“Laura hentikan, Jinki Ahjussi harus istirahat kau tidak boleh mengganggunya” Myun Ji meneggur Laura dan gadis kecil itu duduk di kasur dengan sedih.
“tidak apa-apa dia bisa tidur disini, kau temani saja aku akan tidur di kamar lain” Jinki bangun dan Myun Ji memperhatikkannya.
“kalau begitu minum obat dulu” Myun Ji mencegah langkah Jinki. Pria itu mengangguk dan pergi kelaci tempat ia menaruh obat. Laura sudah berbaring dengan senyum merekah sambil melihat kearah Jinki. Myun Ji membereskan semua peralatan dan berbaring di samping Laura. Hari ini pekerjaannya sedang menumpuk dan ia benar-benar lelah, belum lagi ia menemani Laura membeli dasi itu.
Setelah meminum obatnya Jinki bergegas pergi. Tapi ketika ia menyentuh gagang pintu kepalanya kembali menoleh. Ia melihat Laura yang memandang kearahnya dan Myun Ji yang sudah memejamkan mata sambil memeluk Laura. Jinki tersenyum kearah anak manis itu dan keluar.
Sekarang Laura memandang Myun Ji yang mulai memejamkan mata. “ahjumma” ucapnya dengan perlahan.
“eemmm” Myun Ji tidak mebuka matanya.
“Jinki Ahjussi kapan sembuh?” Laura memainkan rambut panjang Myun Ji.
Myun Ji membuka matanya yang sebenarnya sudah mengantuk. “kau berdoa saja, agar Jinki Ahjussi segera sembuh dan dapat bermain denganmu, ne?” Laura mengangguk dan matanya mulai berkaca-kaca. “kau kenapa lagi?” Myun Ji melihat Laura sudah membuat mimik sedih diwajahnya. Myun Ji memeluknya dengan erat. Ia dan Laura memiliki perasaan yang sama seperti merasa kehilangan Jinki dan merindukan Jinki yang dulu.
Jinki melihat semua itu dibalik pintu. Ketika Laura membangunkan Myun Ji, Jinki belum sepenuhnya menutup pintu dengan rapat dan mendengar rasa sedih dari seorang anak kecil yang merindukan sosok Jinki. Kalau ia terlahir kembali ia ingin menjadi seorang Jinki yang sesungguhnya, dicintai banyak orang dan memiliki keluarga yang harmonis, ia selalu menginginkannya.
Jinki mengangkat dan memandang kedua tangannya. Melihat ini bukan tubuhnya yang sebenarnya ia merasa Tuhan ingin memberi kesempatan untuknya, kesempatan untuk merasakan kebahagiaan. Kesempatan untuk mencintai dengan tubuh ini.
[1] Jinjja? = benarkah?
[2] Irona = bangun
Waah~ terima kasih yang sudah baca FF ini, dan makin kesini makin banyak ya cameo-nya. Siwon kayaknya cuma mampir di chapter ini aja deh hehe.
Jangan lupa tinggalkan jejak! like, love, share or comment. Comment kalian akan menambah semangat aku untuk membuat lanjutannya^^ Don't be silent readers! and be good readers!!