Ya Tuhan, kumohon tolonglah aku... Ucap Sunkyu dalam hati
“Chagi, maaf telah membuatmu menunggu. Kajja.” Tiba-tiba seorang pria yang berhasil menerobos benteng kedua orang ini menarik tanganku untuk meninggalkan tempat ini. Tidak lupa, ia berbicara kepada dua orang menyeramkan ini dengan menggunakan bahasa Thailand.
Cho Kyuhyun. Akhirnya ia datang menyelamatkanku. Aku tidak bisa berhenti menangis mengingat kejadian yang baru saja aku alami. “Kamsahamnida.” Ucapku disela-sela tangisanku.
“Ya, dari awal kan sudah kubilang bahwa tempat ini berbahaya. Sekarang kau merasakan sendiri kan bahayanya. Untung aku tadi menemukanmu.” Ia mengelap air mataku yang tidak bisa berhenti mengalir.
“Jeosonghamnida.” Aku tidak tahu perkataan apa lagi yang bisa kuucapkan selain kata maaf. Aku menyadari betul bahwa kejadian tadi terjadi karena ulahku yang sok-sokan ingin mencoba tantangan.
“Sudahlah kita pulang saja. Hari sudah larut.” Tidak ingin membahas masalah ini lagi, Cho Kyuhyun kembali berjalan sambil masih menggenggam tanganku. Aku berusaha melepaskan tangannya namun ia malah memperkuat genggamannya. “Akan lebih baik seperti ini, supaya kita tidak terpisah lagi. Jalanan disini sangat ramai. Lagipula mereka juga tidak akan mengganggu orang yang jalan berpasangan.”
Kamipun kembali berjalan dengan bergenggaman tangan.
Keluar dari Patpong Road, Kyuhyun menghentikan langkah kami. Tangan kirinya memegangi dadanya, tangan kanannya segera melepas genggamanku dan menaruhnya di atas tangan kirinya. Napasnya kembali tersengal-sengal. Ia agak menunduk untuk menahan rasa sakitnya. Kejadian ini hampir mirip saat di guesthouse waktu itu.
“Cho Kyuhyun-ssi, gwenchanayo?” Ucap Sunkyu dengan nada panik. Tangannya langsung memegang pundak Cho Kyuhyun. Tidak ada balasan dari Kyuhyun. “Ya kau kenapa? Aku mohon jangan membuatku takut seperti ini.” Air mataku kembali mengalir.
Cho Kyuhyun menatap Moon Sunkyu sesaat sambil berusaha mengatur napasnya agar kembali stabil. Ia mengibaskan tangan kanannya sambil berkata kalau ia baik-baik saja. Ia bilang, ia tidak tahan dengan asap rokok yang dihirup sepanjang jalan Patpong Road, terlebih lagi dengan padatnya orang disana yang membuat udara semakin terasa pengap.
“Sebaiknya kita istirahat dulu di dalam.” Tutur Sunkyu seraya menunjuk kedai yang terdapat tepat didepannya. Kyuhyun mengiyakan ajakannya. Tidak lupa, Sunkyu menghapus air matanya.
Saat memasuki kedai, Sunkyu langsung memesan dua teh hangat. “Minumlah teh hangat ini untuk menghangatkan tubuhmu.”
Kyuhyun langsung menyeruput teh hangat tersebut. “Ah, aku baik-baik saja.” Kyuhyun langsung membuka mulutnya setelah melihat Sunkyu yang sedari tadi terus menatapnya cemas.
“Apakah kau punya penyakit asma?”
Kyuhyun tampak kaget akan pertanyaan yang dilontarkan Sunkyu namun pada akhirnya ia hanya mengiyakan pertanyaannya.
“Seharusnya kau membawa obat asma. Sudah dua kali aku melihatmu seperti itu, mengapa kau selalu membuatku panik?” Kali ini Sunkyu berbicara dengan nada membentak.
“Maaf... Emm, obatnya tertinggal di guesthouse.” Kyuhyun menggaruk kepalanya dan berbicara dengan nada yang gelagapan.
Sunkyu menatapnya dengan sebal. Tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulutnya setelah itu.
“Mengapa kau selalu menangis setiap melihatku seperti tadi?” Kyuhyun agak ragu untuk menanyakan hal ini, tapi rasa penasarannya lebih kuat sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya hal ini kepada Sunkyu.
Sunkyu terdiam sejenak sambil menatap Kyuhyun, ia berpikir apakah ia harus menceritakannya atau tidak. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan alasannya.
Sunkyu bercerita bahwa ia memiliki seorang kakak perempuan yang ia kenal di panti asuhan. Ia sudah seperti separuh nyawa untuk Sunkyu. Namanya adalah Shin Chaegyong. Setiap ada masalah yang menimpa Sunkyu, Chaegyong pasti selalu ada untuk menolongnya.
Ia menceritakan tentang kehidupan malang Shin Chaegyong yang dibuang oleh orang tuanya. Chaegyong tahu akan keberadaan ibunya dan sesekali menjumpai ibunya untuk merasakan kasih sayang. Sebenarnya ibunya sangat menyayangi Chaegyong, ia selalu memberi kasih sayang padanya, namun ibunya lebih mencintai harta yang dimiliki suaminya. Ibunya tidak pernah mau menganggapnya di depan suaminya tersebut. Suaminya bukanlah ayah Shin Chaegyong, ia selalu meminta ibunya untuk memberitahu keberadaan ayahnya namun ibunya juga tidak tahu.
Suatu hari ibunya memberitahu keberadaan ayahnya yang telah berhasil dilacak oleh orang suruhannya. Ia bilang bahwa ayahnya tinggal di Thailand. Maka dari itu, ia bercita-cita ingin ke Thailand untuk menemui ayahnya. Namun baru dua bulan menabung, ia kembali mendapat kabar bahwa ayahnya telah meninggal. Walaupun ia sangat sedih atas berita ini, tapi ia tidak menghentikan impiannya, ia tetap ingin bertemu dengan ayah kandungnya.
Ia terus menabung begitu pula dengan Sunkyu. Sunkyu ingin ikut kemana dia pergi, karena baginya Chaegyong adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki setelah Sunkyu kehilangan kedua orang tuanya yang meninggal akibat kecelakaan.
Tapi naas, belakangan baru diketahui bahwa Shin Chaegyong menderita penyakit kanker hati stadium 3. Dari awal Shin Chaegyong memang sering mengeluh sakit di sekitar perutnya. Namun karena keterbatasan biaya, semua orang panti hanya asal menganalisa penyakitnya. Mereka menduga bahwa Chaegyong memiliki penyakit maag. Jadi mereka selalu memberi Chaegyong obat maag jika ia sedang mengalami rasa sakit. Dan tahun lalu, dokter gagal menyembuhkannya. Ia pun menghembuskan napas terakhirnya.
“Aku tidak bisa berhenti menangis saat itu. Aku marah kepada Tuhan, mengapa ia selalu mengambil orang yang kusayangi. Tapi aku tidak mau terus larut dalam kesedihan. Aku ingin membahagiakan eonnie ku, jadi aku terus menabung untuk mewujudkan impiannya yang sudah menjadi impianku juga.”
“Apakah kau sudah berhasil menemukan makam ayahnya Chaegyong.” Ucap Kyuhyun yang baru membuka mulut setelah sedari tadi menyimak cerita Sunkyu.
“Ne. Hari pertama aku menginjakkan kaki di Thailand aku sudah kesana. Aku mendapatkan alamat pemakaman ayah Chaegyong eonnie dari ibunya Chaegyong eonnie. Sebenarnya ia sangat menyayangi Chaegyong eonnie, tapi seperti yang tadi kubilang ibunya lebih menyayangi harta yang dimiliki oleh suaminya itu.”
“Maaf, bolehkah aku bertanya. Bukankah tadi kau bilang kalau ibunya sudah kaya? Lalu kenapa ia tidak meminta uang dari ibunya untuk pergi ke Thailand?”
“Yang kaya itu suaminya. Suaminya sangat menyeramkan, ia mengetahui semua gerak-gerik yang dilakukan oleh ibu Chaegyong eonnie. Untuk melacak keberadaan ayahnya Chaegyong eonnie saja, ibunya harus merasakan pukulan dan tamparan suaminya.”
“Mengapa ibunya mau membantu Chaegyong untuk menemukan ayah kandungnya?”
“Mungkin karena ia sadar bahwa Chaegyong juga membutuhkan sosok ayah yang mungkin lebih bisa diandalkan darinya.”
“Lalu kenapa orang tuanya berpisah?” Kini Kyuhyun semakin penasaran dengan cerita mengenai Shin Chaegyong.
“Ya tuan, aku rasa kau sudah melewati batas topik. Untuk hal itu aku tidak akan menjawabnya. Lagipula aku memang tidak tahu alasannya.” Ucap Sunkyu sambil menyeruput teh hangatnya.
“Kau sendiri yang menjawab pertanyaanku kesana kemari.”
Sunkyu menatap Kyuhyun sambil memutar kembali cerita yang baru saja ia ceritakan. Sunkyu merutuki dirinya sendiri yang telah bicara panjang lebar mengenai Shin Chaegyong yang seharusnya tidak perlu diketahui oleh Kyuhyun.
“Pabo.”
Sunkyu menginjak kaki Kyuhyun karena sebal mendengar Kyuhyun yang mengejeknya. Kyuhyun merintih kesakitan karena Sunkyu menginjak kakinya dengan sekuat tenaga.
***
“Cho Kyuhyun-ssi, kamsahamnida.” Sunkyu menunjukkan senyum sumringahnya kepada pria yang kini duduk di sebelahnya.
Tadi pagi Kyuhyun menanyakan rencana perjalanan yang akan dilakukan Sunkyu. Di itinerary Sunkyu tertulis bahwa perjalanan hari ini akan ia lalui ke China Town. Sebenarnya Sunkyu sangat ingin ke tempat wisata Elephant Village, tapi karena letaknya yang sudah keluar dari kota Bangkok dan dari yang ia cari di internet, harga untuk menjangkau ke tempat wisata tersebut tidaklah murah. Jadi ia mengurungkan niatnya untuk berwisata ke sana.
Untungnya Kyuhyun sedang berbaik hati dan mengusulkan ide untuk ikut tour “One Day tour to Elephant Village and Floating Market”. Sebenarnya tour tersebut hanya boleh diikuti oleh wisatawan yang menginap di hotel tertentu yang telah bekerja sama, tapi pemilik travel yang mengadakan tour tersebut adalah pamannya Kyuhyun. Jadi kami bisa ikut tour tersebut dan dengan harga miring. Itulah sebabnya senyum Sunkyu pagi ini sangat sumringah.
“Ini tidak gratis. Nanti malam kau harus mentraktirku makan di RESTORAN.” Kyuhyun menegaskan kata restoran, karena kemarin Sunkyu hanya mentraktirnya di sebuah kedai yang harga makanannya masih terbilang murah. Merasa jasanya kali ini sangat besar, ia meminta Sunkyu untuk makan yang harganya lebih mahal.
Senyum sumringah yang semula menghiasi wajah Moon Sunkyu perlahan lenyap. “Ya Cho Kyuhyun-ssi, tidak bisakah kau ikhlas saat menolong seseorang? Mengapa kau sangat suka imbalan?” Kini Sunkyu mengerucutkan bibirnya.
“Karena dalam berhubungan dengan seseorang, aku menyukai simbiosis mutualisme. Kalau kau untung, aku juga harus untung. Tidak boleh bersenang-senang sendiri.” Ia mengakhiri perkataannya dengan senyuman tidak berdosa.
“Tapi kau selalu mengambil keuntungan yang lebih daripada keuntungan yang kudapatkan.”
“Benarkah? Kalau begitu aku bisa membatalkan tour ini, aku akan bilang kepada pamanku kalau kita berhenti disini saja. Lung (Paman) Sam, ka—“ Omongannya terhenti saat tangan Sunkyu berhasil menutup mulut Kyuhyun.
“Baiklah aku setuju untuk mentraktirmu makan di res-to-ran.” Sunkyu berbicara dengan nada pelan sehingga hanya terdengar oleh Kyuhyun.
“Tan mai (Kenapa)?” Pamannya menyahut panggilan Kyuhyun.
“Mai chai (Tidak) Lung.” Kyuhyun memberi isyarat pada pamannya kalau ia tidak jadi berbicara kepadanya. Setelah itu Kyuhyun menunjukkan ekspresi kemenangannya kepada teman sebelahnya tersebut.
“Kau memang pandai mengancam.” Sunkyu masih menunjukkan wajah cemberutnya. Dari awal bertemu dengan makhluk ini, Sunkyu tidak pernah bisa menang dalam masalah adu mulut.
“Hahahaha, ekspresimu disini jelek sekali.” Sunkyu tidak bisa berhenti menahan tawanya saat melihat foto Kyuhyun yang ketakutan saat naik gajah. Karena sedang berada di restoran yang pengunjungnya menyukai keheningan, Sunkyu tertawa sambil menutup mulutnya agar tidak terdengar berisik.
Di Elephant Village, para wisatawan bisa menaiki gajah dengan biaya TBH 600 per orang. Satu gajah bisa dinaiki oleh dua orang dewasa. Awalnya Kyuhyun tidak ingin naik, tapi karena Sunkyu terus mengejeknya payah, Kyuhyun pun menyetujui untuk naik gajah. Benar saja, saat naik gajah, Kyuhyun selalu memegangi tangan Sunkyu dan sering memejamkan kedua matanya. Sunkyu yang tidak mau melewatkan kejadian langka inipun akhirnya mengabadikan momen ini.
“Nona matahari, hapus foto itu sekarang juga.” Ucap Kyuhyun berbisik sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sunkyu.
“Waeyo? Ini kan hpku. Aku yang berhak menentukan untuk mengahapusnya atau menyimpannya. Kau lanjutkan saja makanmu.” Sunkyu menjulurkan lidahnya karena berhasil balas dendam kepada Kyuhyun.
“Ya, kau benar. Lebih baik aku makan. Jika kau suka, simpanlah. Aku tahu kau pasti menyimpannya karena kau begitu menyukaiku. Besok kan kau sudah harus kembali ke Seoul, jadi untuk terus mengingat wajah tampanku, kau harus menyimpan fotoku. Jika kau mau, kau bisa berfoto denganku nanti.” Sifat evil-nya kembali muncul. Tingkat percaya dirinya benar-benar sudah sampai atas langit.
“YAAAA!!!!” Sunkyu tidak bisa menutupi kekesalannya kepada makhluk bernama Cho Kyuhyun ini. Ia sadar bahwa ia baru saja berteriak di tempat yang salah. Iapun segera meminta maaf dan membungkuk kepada pengunjung yang terus menatapnya. Sedangkan Cho Kyuhyun, lagi-lagi menunjukkan tawa kemenangannya.
***
“Sunkyu-ya, kurasa ini sudah waktunya untuk kau masuk ke dalam.” Kyuhyun memberitahu Sunkyu sambil menunjuk layar flight information.
“Eoh? Barusan kau memanggilku apa?” Sunkyu justru tertarik pada cara Kyuhyun yang memanggil dirinya dengan gaya akrab.
“Sunkyu-ya? Waeyo? Tidak apa-apa kan? Kau kan lebih muda dariku.” Kyuhyun menghilangkan kata ‘-ssi’ dan mengganti kata ‘-ah’ untuk memanggil Sunkyu. Di Korea sangat menjunjung hubungan tua-muda dan akrab-tidak akrab. Kata ‘-ssi’ merupakan kata yang dipakai untuk memanggil orang yang dianggap belum akrab atau baru kenal, sedangkan kata ‘-ya’ dan ‘-ah’ digunakan untuk memanggil orang yang sudah masuk ke dalam daftar teman sepantaran ataupun yang lebih muda.
Maka dari itu Sunkyu cukup terkejut dengan panggilan yang Kyuhyun berikan kepadanya. Itu berarti, Kyuhyun telah menganggap Sunkyu sebagai temannya. Sunkyu sangat senang mengetahui bahwa ia telah masuk daftar teman Kyuhyun.
“Kalau begitu aku masuk ya, Kyuhyun op-pa.” Sunkyu masih merasa canggung dengan panggilan barunya untuk Kyuhyun. Mukanya sedikit memerah setelah menyebutkan kata oppa. “Gomawo sudah mengantarkanku sampai bandara.” Sunkyu memberikan senyum tulusnya untuk Kyuhyun.
Kyuhyun membalas dengan mengusap rambut Sunkyu dengan senyuman yang membuat pipi Sunkyu semakin berwarna tomat. “Emm, Sunkyu-ya sebelum kau pergi berikan aku nomor ponselmu.” Kyuhyun menyodorkan ponselnya kepada Sunkyu.
“Eoh?” Sunkyu menunjukkan wajah bingungnya.
“Bukankah kau adalah temanku? Bukankah seorang teman harus memiliki nomor temannya?” Kyuhyun menggaruk kepalanya karena bingung juga untuk memberikan penjelasan.
Pada akhirnya Sunkyu menuruti permintaan Kyuhyun. Ia memberikan nomor ponselnya kepada pria yang tinggal bersama dengannya selama kurang lebih satu minggu ini.
Sunkyu memberikan ponsel Kyuhyun kembali setelah selesai mengetikkan nomor ponselnya. Wajahnya berubah panik setelah melihat wajah pucat Kyuhyun yang menahan sakit, “Oppa, gwenchanayo? asmamu kambuh lagi? Apakah kau tidak membawa obat?”
Lagi-lagi Kyuhyun menghembuskan napas yang tidak teratur. “Gwenchana. Masuklah. Aku akan meminum obat nanti di rumah.”
Sunkyu pun menuruti perkataan Kyuhyun dan segera masuk ke dalam karena pesawat akan berangkat sebentar lagi. Namun tidak dipungkiri, Sunkyu masih merasa cemas dengan keadaan Kyuhyun walaupun Kyuhyun sudah bilang kalau ia baik-baik saja.
Sementara itu, Kyuhyun menahan rasa sakitnya dan bersikap seperti baik-baik saja karena tidak mau perempuan yang ada di hadapannya tadi khawatir.