Reina masuk ke dalam mobil Van berwarna Hitam. Ia semobil dengan Luhan yang duduk di sampingnya namun terpisah bangku, Kris, Tao, Baekhyun, Kai, dan Chanyeol. Sisanya ada di mobil Van putih dengan Manager Kim.
Di perjalanan, yang duduk di belakang sangatlah berisik. Terutama Chanyeol dan Baekhyun. Berbeda dengan Luhan dan Reina yang terdiam dengan pandangan keluar jendela.
Lalu Ipad Reina berdering, panggilan skype dari Wanda. Reina mengangkatnya dengan menggunakan earphone.
“Tolong kecilkan suara kalian sebentar”Pinta Reina.
Semua member yang berisik pun diam.
“Wanda, tumben kamu nggak chat dulu”Kata Reina.
Kris, Chanyeol, Baekhyun, Tao, dan Kai saling pandang karena Reina menggunakan Bahasa Indonesia. Begitu pula Luhan yang melirik ke arah Ipad Reina, ia penasaran.
“Nyanyi? Untuk apa?”Kata Reina.
“Yaampun, kok bisa? Tapi aku lagi dimobil”Lanjut Reina.
“Aduh, bagaimana ya”Kata Reina lagi.
“Sebentar”Kata Reina.
Lalu ia membalikkan tubuhnya ke belakang.
“Seorang temanku memintaku untuk bernyanyi, karena ia lupa nada, padahal harus mengikuti test Piano sepuluh menit lagi. Bolehkah aku bernyanyi disini?”Tanya Reina.
Luhan mendengarkan perkataan Reina.
“Silahkan”Jawab Kai.
“Tapi kalian jangan berisik”Balas Reina.
“Ne”Jawab Chanyeol.
Lalu Reina kembali memasangkan earphone ke telinganya.
“Oke, aku mau Wan”Kata Reina dalam bahasa Indonesia.
“Siapa yang sedang bersamamu?”Tanya Wanda.
“Seorang teman”Jawab Reina bohong.
Lalu Reina mulai bernyanyi sebuah lagu.
I'd like to say we gave it a try
I'd like to blame it all on life
Maybe we just weren't right, but that's a lie, that's a lie
And we can deny it as much as we want
But in time our feelings will show
'Cause sooner or later
We'll wonder why we gave up
The truth is everyone knows
Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have known that you wanted me
The way I wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each others arms
Here we almost, we almost knew what love was
But almost is never enough
Reina menyanyi dengan merdu. Membuat member EXO yang ada di dalam mobil kagum. Tapi Luhan menyembunyikan perasaan kagumnya itu dengan memandang keluar jendela.
“Gimana Wan?”Tanya Reina.
“Aku sudah ingat. Yaampun, thank you banget loh Re…. yasudah aku masuk dulu ya”Jawab Wanda.
“Iyaaa”Balas Reina.
Sambungan terputus.
“Assistant Lee, kenapa kau tidak ikut audisi SM saja?”Tanya Baekhyun.
“Apa kau bercanda? Aku saja tak tertarik dengan KPOP”Jawab Reina.
“Tapi suaramu bagus”Balas Tao.
“Kau juga bisa bermain gitar”Sambung Chanyeol.
“Lalu kenapa kau mau menjadi Assistant Manager kami?”Tanya Kai.
“Karena situasi”Jawab Reina.
Situasi? Situasi apa? Apa mungkin dia terlilit hutang dengan Presdir hingga bersedia menjadi seorang Assistant? Entahlah. Ya! Kenapa kau memikirkannya? Gumam Luhan dalam hati.
“Luhan kenapa kau diam saja. Biasanya kau ramai di mobil”Kata Kris.
“Aku sedang malas bicara”Jawab Luhan.
Reina melirik pada Luhan. Merasa mungkin karena pertengkaran itu.
Lalu sampailah mereka di gedung SM.
Jadi ini kantor Appa, baru pertama kali aku kesini. Gumam Reina dalam hati.
Reina menunggu Luhan turun dari mobil, ketika Luhan turun.
“Mianhae, jika kau tidak suka dibangunkan dengan cara begitu. Tapi aku hanya ingin membangunkan dengan cepat”Kata Reina dengan suara pelan.
“Aku mau beli air mineral. Kalian pergi saja”Kata Reina lalu ia berlari.
Kris mendengar perkataan Reina. Luhan tak menyangka jika Reina minta maaf lebih dulu. Tapi sebenarnya ia merasa bersalah, karena ini juga salahnya.
Luhan menghebuskan napas.
Memang seperti itu. Kau pernah jadi leader untuk teman-temanmu. Dan kau pernah merasakan hal yang lebih buruk dari ini. Minta maaf adalah hal yang bisa membuat semuanya menjadi lebih baik. Kau benar. Gumam Reina yang terus berjalan.
Setelah membeli air mineral, Reina menuju ruang latihan EXO. Namun, saat ia berjalan tanpa memperhatikan orang di sekitarnya. Reina menabrak seseorang.
“Omo..”Kata Reina.
“Ya! Tak bisakah kaau berjalan melihat ke depan?”Omel pria itu.
Reina yang terjatuh mengangkat kepalanya. Tampak seorang pria tinggi memakai kaca mata hitam tebal dan sangat stylist.
“Kau juga, kau pikir ini ruangan terbuka? Kenapa kau memakai kaca mata hitam?”Tanya Reina.
Pria itu membuka kacamatanya.
“Kau ini, salah tapi tak mau minta maaf”Balasnya.
Dia laki-laki, tapi wajahnya seperti perempuan. Aigoo… kenapa di gedung ini memiliki banyak pria cantik. Gumam Reina dalam hati.
Lalu Reina melihat Ibunya memasuki gedung dan juga melihatnya. Ibunya mendekat dan hendak memanggil namanya.
“Annyeonghaseyo Nyonya Han”Kata Reina yang membuat Ibunya tak jadi memanggilnya, lalu membungkuk.
Pria tadi juga membungkukkan badan saat Nyonya Han mendekat.
“Heechul? Sedang apa kalian disini?”Tanya Eomma.
“Dia menabrakku tapi tidak mau disalahkan”Jawab pria yang bernama Heechul itu.
“Dia juga menabrakku Nyonya Han, itu karena ia memakai kacamata di pagi hari dan di dalam gedung”Balas Reina.
“Lain kali kau tidak boleh memakai kacamata setebal itu Heechul”Pinta Nyonya Han.
Heechul bingung karena Nyonya Han memihak Reina. Sedangkan Reina kesal karena Ibunya membelanya.
“Ne, Arasseo Nyonya. Kau sedang apa disini? Apa ingin bertemu Presdir?”Tanya Heechul dengan ramah.
“Ani, aku hanya berjalan-jalan disini”Jawab Nyonya Han.
“Kalau begitu aku permisi Nyonya Han”Kata Reina sambil mmembungkuk hendak pergi.
“Ne”Jawab Eommanya.
Reina berlalu dan menuju lift. Tak lama Ibunya muncul dengan berjalan cepat hingga berdiri disampingnya.
“Ya! Tak bisakah kau berjalan pelan sedikit?”Tanya Eomma dengan suara pelan.
“Kita kan sedang berakting Eomma. Bersikap biasalah”Jawab Reina.
“Tak ada orang disini. Tak apa”Balas Eomma.
“Kenapa Eomma membelaku tadi. Nanti membuat orang itu curiga”Jawab Reina.
“Orang itu? Dia Heechul hunny, member Super Junior”Balas Eomma.
“Super Junior? Sepertinya aku pernah dengar. Tapi lupa”Jawab Reina.
“Kau kan memang tak perduli dengan KPOP. Padahal Appamu bisnis di bidang ini”Balas Eomma.
Pintu lift terbuka, Reina dan Ibunya masuk. Di dalam ada orang lain, hingga membuat Reina harus kembali akting lagi.
Yuk jangan jadi silent readers
Berikan comment, LOVE, LIKE.
Kamsahamnida