Flashback on
Malam hari, Ji Yeon dengan pakaian seragam Senior High School lengkapnya menangis tersedu-sedu sambil mengapit ponsel di tangannya di lapangan basket sekolahnya. Ia sedang menunggu seseorang yang tak kunjung tiba. Ia juga tidak menyadari Kris yang sedang memperhatikannya sejak ia baru memasuki gedung lapangan basket dan duduk dalam diam di salah satu bangku penonton. Kris tahu kalau Ji Yeon sedang menunggu Luhan dan Kris juga tahu kalau Luhan tidak akan pernah menepati untuk menemui Ji Yeon di lapangan basket sesuai dengan yang dijanjikan Luhan.
Kris semakin tidak tega saat mendengar tangis Ji Yeon yang semakin tersedu-sedu. Ia pun berjalan, menghampiri Ji Yeon.
“Jangan menangis malam-malam begini.” Teriak Kris. Deg!!! Nafasnya tersendat ketika melihat Ji Yeon yang sudah berbalik dan berjalan ke arahnya sambil tersenyum dengan matanya yang basah. ‘Bagaimana bisa ia tersenyum seperti itu padaku?’ Terkadang Kris merasa Ji Yeon juga tertarik padanya karena setiap mereka bertemu, Ji Yeon pasti selalu menyapa dan tersenyum padanya yang selalu bersikap dingin dan acuh.
“Kris sunbae.. Kau sahabat Luhan Oppa kan? Kau tahu dimana Luhan Oppa sekarang? Luhan Oppa berjanji untuk menemuiku disini malam ini. Tapi, sudah hampir dua jam aku menunggunya disini, dia tidak kunjung datang. Kau tahu dia ada dimana? Kris sunbae?” tanya Ji Yeon dengan penuh harap kalau Kris mengetahui keberadaan Luhan, lelaki yang begitu ia gilai. Kris tahu itu, bahkan hampir seluruh murid di sekolah tahu kalau Ji Yeon itu sangat mengidolakan Luhan si suara emas kebanggaan sekolah.
“Bicaralah pelan-pelan.” Jawab Kris dengan dingin. “Pulanglah. Luhan tidak akan pernah kemari. Mungkin sekarang dia sudah tidur damai di tempat tidur nyamannya.” Lanjutnya.
“Mwo?” Ji Yeon tampak tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kris.
“Iya. Apakah kau tidak menyadari kalau Luhan itu tidak pernah mencintaimu? Dia menerima pernyataan cintamu waktu itu karena ia ingin semakin populer dengan mendompleng namamu yang berpredikat model berbakat.” Deg!! Kris, dia merasakan jantungnya semakin berdebar-debar hebat ketika Ji Yeon berjalan lebih dekat ke arahnya hingga kini ia bisa merasakan deru nafas Ji Yeon menerpa wajahnya. Ji Yeon sudah berdiri tepat di hadapannya. Suara deru nafas Ji Yeon begitu terdengar jelas di sepasang telinga Kris. Namun, ada satu objek yang begitu menggoda penglihatannya dan hasratnya kini. Bibir Ji Yeon yang mungil membuat Kris ingin menciumnya. Sudah lama ia ingin melakukan itu pada Ji Yeon.
“Luhan Oppa selalu seperti ini. Dia selalu bilang kalau dia akan menghubungiku, tapi ia tidak pernah melakukannya. Dia juga sering tidak pernah menepati janjinya seperti malam ini.” hembusan nafas Ji Yeon semakin terasa jelas di permukaan kulit Kris yang lebih tinggi dari Ji Yeon. “Keesokan harinya, aku mencoba marah dan meminta penjelasannya. Tapi, dia bilang tidak mau membahas masalah itu.” Ji Yeon terlihat begitu sedih.
Bibir itu, Kris semakin menginginkannya. Ia berusaha mengendalikan dirinya sendiri. Tapi, melihat bibir itu terus berucap tentang Luhan membuatnya hilang kendali hingga Ji Yeon terkejut, sepasang matanya nyaris membulat sempurna ketika Kris menciumnya tanpa terduga, jantungnya berdebar-debar seketika hingga membuatnya melayang dengan ciuman lembut tanpa nafsu yang diberikan Kris untuknya. Kris merasa enggan melepaskan bibir manis Ji Yeon dari bibirnya. Dia menunggu sesuatu….. hingga ia tersenyum saat merasakan bibir Ji Yeon yang mulai membalas setiap lumatan lembutnya. Menyadari ada sesuatu yang salah dan tidak seharusnya ia lakukan, Ji Yeon segera membuka matanya dan mendorong tubuh Kris. Ia menundukan kepalanya menahan rasa malu di hadapan Kris. Jantungnya semakin berdebar-debar ketika ia merasakan ibu jari Kris mengusap lembut bibir basahnya karena ulah Kris. “Terkadang lelaki tidak suka berpikir terlalu dalam soal cinta. Salah satunya Luhan. Ku harap kau mengerti maksudku.” Ucap Kris dan menimbulkan perasaan aneh masuk ke dalam hatinya.
Sejak kejadian itu, Ji Yeon benar-benar menjauhi Kris. Ia semakin dekat dengan Luhan yang tanpa disangka perlahan menumbuhkan rasa suka di hati Luhan pada Ji Yeon.
Hubungan Luhan dan Ji Yeon semakin membaik bahkan dianggap sebagai pasangan terbaik di sekolah. Tidak hanya semakin populer di sekolah, Luhan dan Ji Yeon juga semakin populer di dunia entertainment yang sedang mereka geluti. Luhan sebagai penyanyi solo muda sukses dan idamkan banyak perempuan di semua kalangan terutama para remaja. Ji Yeon sebagai model cantik yang sukses dengan semakin banyak tawaran job mendatanginya, sesekali ia mengisi sebuah talk show atau acara musik sebagai host. Dan Kris, dia perlahan ikut menjajakan karier di entertainment juga sebagai aktor pendatang baru yang langsung mendapatkan banyak pujian dan komentar positive dari netizen karena dibalik sikap tampan dan dinginnya menyimpan bakat akting yang patut dipuji, belum lagi kharismanya sebagai aktor berhasil meluluh lantahkan fans perempuan juga para artis perempuan seprofesinya.
Kris yang akhirnya berada di puncak popularitas, lebih populer dari seorang Luhan. Di usianya yang sangat muda, ia sudah memperoleh banyak pujian, penghargaan, tawaran job yang datang silih bergantian, tidak hanya semakin menaikan popularitasnya juga menjadikannya sebagai aktor berpenghasilan tertinggi. Ia bisa membeli apapun dan hal itu tanpa ia sadari menumbuhkan sikap angkuh dan tidak mau kalah. Dengan semua yang ia dapatkan, ia ingin mendapatkan perempuan yang masih ia sukai, Park Ji Yeon. Beruntung setelah diselidiki, ayah Ji Yeon adalah salah satu pegawai di perusahaan yang dimiliki sekaligus dipimpin oleh ayahnya sendiri. Kris meminta sang ayah menjodohkannya dengan Ji Yeon lewat ayah Ji Yeon. Jika tidak, ayah Ji Yeon akan dipecat.
Flashback of