Kris sampai di rumah dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ia tersenyum mendapati Ji Yeon dengan gaun tidurnya berlari kecil menyambut dengan pelukan hangatnya. “Kau sudah makan?” tanyanya perhatian.
“Sudah. Kau tidak usah mencemaskan tentang kesehatanku. Aku ini tidak akan pernah melewatkan jam makan ku.” jawabnya, membalas pelukan hangat Ji Yeon. Jawabannya ini tidak sepenuhnya benar karena ia bisa saja melupakan kesehatannya kalau sudah mencemaskan Ji Yeon. Contohnya seperti kemarin malam. “Hari ini Luhan tidak menemuimu kan?” tanyanya.
Ji Yeon menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum kecil.
“Malam ini kau begitu menggemaskan. Tidak biasanya kau memberikan pelukan hangat ketika aku pulang seperti ini.” Kris terharu dengan sikap Ji Yeon yang mulai bisa membalas perlakuannya dengan baik.
“Tadi siang Eomma dan Luna kemari. Mereka bilang, aku harus mensyukuri apa yang sudah aku punya sekarang. Mereka bilang, kalau kau sangat mencintaiku dan sudah memperlakukanku dengan baik selama ini. Terima kasih Kris.” Jawab Ji Yeon masih dalam pelukan Kris.
“Aku kan sudah katakan kalau aku akan berusaha keras membuatmu bahagia. Kau tidak perlu berterima kasih padaku. Aku hanya butuh cintamu dan lupakan Luhan. Itu saja.” tandas Kris.
“Kris…” Ji Yeon sedikit memberi jarak antara dirinya dan Kris tanpa melepaskan pelukannya.
“Wae?” sahut Kris bertanya. Ia sedikit merasa aneh, namun senang melihat perubahan sikap Ji Yeon yang menjadi lebih manis terhadapnya.
“Apa yang kau rasakan saat bersamaku?” tanya Ji Yeon.
“Aku mencintaimu. Mencintai itu membuat kita bahagia terlepas dari ajaran agama dan moral. Mood ku selalu baik saat menatap matamu, melihatmu tersenyum, melihat tertawa, itu semua membuatku bahagia dan inilah hidupku. Kau hidupku.” Ungkap Kris dan begitu menyentuh perasaan Ji Yeon.
“Aku pernah bercerita tentang cinta pandangan pertama padamu kan?”
Ji Yeon menganggukan kepalanya, mengiyakan apa yang ditanyakan Kris.
“Aku salah satu orang yang percaya dengan cinta pada pandangan pertama karena aku mengalaminya sendiri. Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Tapi, kau bilang itu hanya tipu dayaku untuk merayumu waktu itu.”
Ji Yeon menghembuskan nafas pendek kemudian menyahut, “Kalau begitu, ajarkan aku mencintaimu.”
Kris menatap Ji Yeon tidak percaya dengan apa yang ia dengar langsung dari perempuan sudah resmi menjadi isterinya itu.
“Besok temani aku syutting hari pertama drama terbaruku. Ne? Kau mau?”
Ji Yeon mengangguk antusias. “Aku mau.”
“Arraseo. Sekarang waktunya istirahat. Aku mau mandi dulu. Bisa tolong kau siapkan pakaian tidurku?” Ji Yeon tersenyum dengan anggukan kepalanya.