Luhan termangu ditemani sang manager ‘Suho’ di berada kamar apartementnya.
“Aku heran padamu. Apakah sisa hidupmu itu hanya akan dihabiskan untuk memikirkan perempuan yang sudah pergi dan meninggalkan kehancuran di hatimu?” tanya Suho retoris.
“Ji Yeon tidak akan pergi kalau tidak ada Kris yang memisahkan kami.” Sahut Luhan. Emosinya mudah tersulut kala membahas tentang Kris. “Aku dan Ji Yeon sudah bertahun-tahun bersama dan harus berpisah gara-gara Kris.” lanjutnya, terlihat senyum sinisnya.
“Park Ji Yeon memang gadis cantik pemilik senyum begitu manis. Senyumnya itu begitu menghangatkan. Pantas saja Kris yang terkenal dingin itu luluh oleh Ji Yeon. Senyum Ji Yeon itu bisa menghangatkan perasaannya yang beku.” Suho tersenyum samar-samar membayangkan Ji Yeon yang begitu ramah dan dia hanya bisa tersenyum pada saat-saat tertentu, salah satu di depan kamera. Senyum Ji Yeon itu begitu maut.
“Yak!!” bentak Luhan. “Kenapa kau terlihat membela Kris?” ketus Luhan.
“Sudahlah! Sebaiknya kau cari penggantinya. Sekarang dia sudah menjadi isteri Kris. Kau berniat membuat scandal hah? Popularitas dan reputasimu taruhannya kalau berniat menjadi orang ketiga antara Kris dan Ji Yeon.”
“Yang orang ketiga itu Kris bukan aku!!” tegas Luhan. “Public lebih dulu mengetahui kalau kekasih Ji Yeon itu aku bukan Kris.”
“Itu dulu! Ketika kalian masih berkencan. Status kalian yang sekarang berbeda. Ji Yeon itu sudah menjadi isteri resmi Kris, si aktor dengan bayaran termahal itu.”
“Tsk!!” Luhan hanya menggerutu kesal. Tidak ada yang ada di pihaknya. Bahkan Suho yang sudah menjadi manager nya sejak debut juga tidak berpihak padanya.