home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Friendship Story

Friendship Story

Share:
Author : alfykmn
Published : 24 Nov 2013, Updated : 24 Aug 2014
Cast : D.O, Kai, Sehun, Luhan, EXO
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |52980 Views |1 Loves
Friendship Story
CHAPTER 4 : HunHan Series : Sehun's First Smile

“Sehunnie~ Waktunya makan malam!” seru bibi sembari meletakkan –mungkin lebih tepatnya melempar layaknya pelayan keren berpengalaman– piring-piring berisi lauk-pauk untuk makan malam kali ini. Suara bibi yang sudah nyaring seperti terompet malah tak mendapat tanggapan.

“Coba kau yang menyuruhnya,” Aku mendelik lalu langsung menyendokkan nasi ke mangkukku seolah tak mendengar suruhannya. Kamar Sehun gelap serta lembab –mungkin karena dulu itu digunakan untuk gudang– dan aku sama sekali tidak suka akan dua hal itu.

“Kau hanya perlu berteriak dari sini, Luhannie. Biasanya dia menurut kalau kau yang bicara.”

“Waktunya makan!” seruku sambil mengetuk-etuk sendok ke meja.

Tak ada tanggapan. Aku baru mau menyendokkan nasi yang sudah berkuah ke dalam mulutku tapi bibi malah menepisnya sampai sendok itu melayang.

Aku tau kalau kau bisa kungfu tapi tak usah mempraktikkannya seperti Zi Tao yang sering tiba-tiba beraksi di depan kelas. Aku kan bisa jantungan.

“Kau lupa kalau di keluarga Xi itu makan jika semua anggota keluarga sudah berkumpul?”

Aku melirik ke arah bibi. “Tapi kan dia dari keluarga Oh bukan Xi.”

“Dari dulu aku mau kalau Oh Sehun mengganti marganya jadi Xi tapi kau melarangnya.”

“Xi Sehun? Yang benar saja. Aneh dan terdengar bodoh. Lagipula bukankah anak itu yang juga tak keberatan kalau tak ganti marga? Dia juga bilang tak mau marganya diganti,” Sahutku tak mau kalah.

Bibi menghela nafas berat. “Kalau tidak mau memanggilnya, tak usah memancing pertengkaran Luhannie.”

Aku mengedikkan bahu dan tepat saat itu, suara pintu dari yang sepertinya dari kananku terbuka. Itu kamar Sehun.

“Kenapa dari tadi kau tidak keluar, Sehunnie?”

Sehun mengangkat kepalanya, menatap bibi dan aku bergantian dengan tatapan ‘maafkan-aku’.

Aku langsung membuang muka melihat wajah memelasnya bak anak anjing lalu menggerakkan tangan, menyuruhnya kemari tanpa sedikitpun menoleh.

“Jangan pasang wajah anak anjing begitu. Kau belum terlambat kok. Makanlah selagi masih hangat, ” Aku tersenyum lembut -menjerumusku lemah mungkin karena aku kelaparan- menunjuk uap dari mangkuk besar berisi sup.

Ya, meskipun dia adik tiriku yang tuli menyebalkan, bagaimanapun aku harus bersikap baik agar tidak ditendang ke rumah ini. Lagipula....anak ini tidak terlalu buruk kok.

“Lu-Lu....A-aku pasti salah liat.....”

Aku menoleh arah bibi yang kedua bola matanya sudah haru biru. Ini kenapa?

Aku kembali menoleh ke Sehun, meminta penjelasan lewat tatapannya tapi........tanpa melihat tatapannya pun, aku sudah tau apa yang membuat bibi yang hatinya sekeras baja menjadi luluh saat melihat lengkungan tipis –amat sangat tipis dan aku tidak akan menyadarinya kalau tidak memperhatikan wajahnya dengan serius– ke atas di bibirnya.

***

Bibi masih terus meracau yang aneh-aneh soal -yang katanya keajaiban- Oh Sehun tersenyum. Entah karena efek dia terlalu senang atau karena kebanyakkan minum. Tak tau lah yang mana yang benar, yang membuatku jengkel itu bibi menyuruh kita diam saat makan tapi dirinya sendiri mengoceh terus.

“Luhannie! Gomawo!!!”

Aku mengangguk kaku untuk kesekian kalinya.

“Bi, sebaiknya kau istirahat.” kataku pelan sembari menarik lengan bibi.

“Baik tapi ada satu syarat. Buat Sehunnie tertawa yaaaaa.....”

Aku menoleh ke arah Sehun lagi tapi anak itu hanya tersenyum kaku. Sepertinya dia tidak mengerti jelas maksudku jadi ekspresinya begitu.

Tapi sepertinya ada alasan lain. Mungkin saja kalau aku menurutinya lagi, bibi bisa langsung meminta yang aneh-aneh seperti membuatnya bisa berbahasa Korea, berbahasa Mandarin, atau mungkin membuatnya bisa berbicara. Itu hal yang mustahil.

“Ya, nanti ya bi.” kataku ragu lalu membopong bibi ke dalam kamarnya yang diserong kanan ruang makan.

-TBC-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK