Yesung pov
Aku tersenyum seraya mendekap hangat tubuh gadis cantikku yang kini duduk di pangkuanku. Ku eratkan sepasang lenganku yang melingkar perut ratanya dari belakang dan menumpu daguku di bahunya sebelah kanannya, menghirup aroma parfum yang sering ia pakai dan aku sangat suka aromanya. Gadis cantikku tertawa kegelian dengan aksiku.
“Oppa meminta Hyomin Eonnie agar aku segera ke ruanganmu hanya untuk memelukku seperti ini?” gadisku sepertinya sedang mulai menggodaku.
“Ne. Wae?” sahutku dan membalikan pertanyaan padanya.
“Oppa! Di bawah itu banyak sekali pembeli yang harus kami layani. Aku tidak mungkin membiarkan Hyomin Eonnie menangani mereka sendirian.” Omelnya.
“Sssstt!!! Jangan mengoceh!! Hari ini Jong Jin tidak masuk karena sakit. Kau bisa lihat sendiri di atas meja kerjaku banyak dokumen-dokumen transaksi keuangan. Seharusnya dia yang mengecek semua itu. Bukan aku! Sepertinya aku akan memotong gajinya bulan ini.” ucapku seraya memejamkan mataku menghirup aroma tubuh Ji Yeon lewat lekuk lehernya yang jenjang.
“Ahh… Oppa!!” gadisku mendesah. “Hentikan!! Jangan bernafas di leherku. Menggelikan.”
Aku tersenyum dan terus menghirup nafas di area lehernya. Ini pembalasanku sayaang.
“Aku ingin terus mendekapmu seperti ini. Terus dekatmu seperti ini.” Aku merasa dengan mendekapnya seperti ini, membuatku tenang dan bahagia. “Aku takut… mimpi-mimpi romantis yang telah kita rencanakan akan terhenti tiba-tiba.” Ungkapku. Aku berkata jujur. Rasa takut kehilangannya kerap terlintas di pikiranku. Aku tidak mau itu terjadi.
“Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu? Apa Oppa ingin melepaskanku?” gadis cantikku sepertinya tidak menduga kalau aku berkata seperti tadi. Tapi, yaa… Aku hanya ingin gadisku tahu tentang apa yang selama ini ku takutkan dari hubungan yang telah kami jalani. Sungguh! Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering takut kehilangannya.
“Anniya. Lupakan. Jangan dipikirkan perkataanku tadi. Sekarang aku mau kau mempersiapkan dirimu untuk ku nikahi. Appa dan Eomma ku tidak sabar menantimu menjadi menantu mereka. Aku akan menunggumu siap untuk ku nikahi.”
Aku tidak mendengar sahutan dari gadisku. Yaa… sebenarnya aku sudah mengungkapkan keinginanku untuk mempersuntingnya menjadi isteriku sejak beberapa minggu yang lalu. Ji Yeon menjawab kalau dia butuh waktu untuk mempersiapkan dirinya lebih matang dan lebih siap untuk mendampingiku di sisa hidupnya. Dia bilang, dia hanya ingin menikah sekali dengan pria yang dia cintai.
Pertanyaanku, apakah selama ini Ji Yeon belum yakin dengan perasaan cintanya padaku? Memikirkan jawabannya saja sudah membuat ketakutan akan kehilangannya kembali timbul di pikiranku.
Aku tidak mau mengalami masa-masa menggetirkan karena kehilangan Ji Yeon. Aku ingin Ji Yeon menjadi pendamping hidupku. Kami akan menjalani sisa hidup kami bersama-sama dan berbahagia bersama putera-puteri kami kelak. Mewujudkan mimpi-mimpi romantis kami,
Yesung pov end.