home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > I Need You

I Need You

Share:
Author : larasatylaras
Published : 13 Nov 2013, Updated : 22 Jan 2014
Cast : Choi Si Won | Choi Na Young | Summer Choi | Jay Lee (Lee Hyun Jae) | Ahn Cheon Sa | Lee Dong Hae
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |13480 Views |2 Loves
I Need You
CHAPTER 7 : For All Of My Life

Cheon Sa terpaku menyaksikan Si Won tengah bermain dengan anaknya dan seorang wanita yang pernah dia temui beberapa waktu yang lalu. Kedua tangannya mengepal keras, dadanya terasa sesak dan matanya memanas. Dia tahu, pada akhirnya akan seperti ini. Giginya bergemurutuk menahan tangis yang siap luruh kapan saja. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ketika tangis itu benar-benar jatuh, dan membawanya pergi meninggalkan apa yang dilihatnya tadi.

            Dengan keras dia membanting pintu mobilnya dan menangis disana. Meraung. Dan berteriak. Entah mana yang harus dia benarkan, perasaannya melihat apa yang sudah Si Won temukan ataukah ada perasaan lain yang tidak dia mengerti.

            BRAKK!!

            Tangisnya sedikit mereda ketika mendengar pintu mobil di sisi kirinya menutup dan mendapati Dong Hae sudah duduk disana.

            “Apa yang kau lakukan?” tanya wanita itu.

            “Aku harus membeli beberapa kebutuhan untuk dapur hotel. Kebetulan pegawai yang biasa membelinya sedang tidak masuk.” Jawab Dong Hae nampak tidak mempedulikan tangis Cheon Sa.

            “Keluar dari mobilku!” suruh Cheon Sa.

            “Cepat lah! Aku harus membuat resep baru. Jadi, segera nyalakan mesin mobilmu dan antar aku ke tempat dimana aku bisa membeli kebutuhan untuk membuat resep baruku itu!”

            Cheon Sa menggeram kesal dan menghapus air matanya cepat. Dinyalakannya mesin mobil dengan kasar, memasukkan gear dan menginjak gas dengan penuh amarah membut Dong Hae yang berada di dalam mobil tersebut berjengit kaget bukan main.

            “Aku masih ingin hidup! Aku juga belum menikahimu! Jangan sembarangan mengendarai mobil!” gertak Dong Hae namun tidak di tanggapi oleh Cheon Sa.

***

            Kesal Cheon Sa semaki menjadi-jadi ketika dirinya mendapati Dong Hae hanya membeli sebungkus mentega.

            “Kau hanya mau membeli itu?” tanya Cheon Sa tidak percaya.

            “Iya. Bukankah ini juga kebutuhan dapur?”

            “Kalau kau hanya ingin membeli mentega, tidak perlu ke Supermarket sebesar ini!”

            “Aku tidak memintamu kemari.” Sangkal Dong Hae enteng.

            Cheon Sa menggeram. “Kau bilang akan membeli kebutuhan dapur untuk resep barumu! Aku pikir kau membutuhkan banyak bahan!”

            “Kau tidak bertanya.”

            “Lalu kenapa menyuruhku juga ikut turun dari mobil?! Kau membuang waktuku!”

            Dong Hae tersenyum berterima kasih pada penjaga kasir dan menenteng belanjaannya diikuti Cheon Sa yang masih kesal di belakangnya.

            “Ah, ice cream! Ayo kita beli ice cream!” ajak Dong Hae berlari menuju kedai es krim.

            “Dong Hae!!” pekik Cheon Sa dan menghentakkan satu kakinya.

            “Kau mau rasa apa?” tanya Dong Hae saat dia menyadari Cheon Sa berdiri di sebelahnya.

            Cheon Sa masih menatap Dong Hae garang.

            “Nona, berikan aku satu sekop rasa vanila dan satu sekop rasa stroberi!” pinta Dong Hae pada penjaga kedai ice cream. “Kau?”

            “Apa ada rasa cabai disini?” tanya Cheon Sa kesal.

            “Nona, apa ada rasa cabai?” tanya Dong Hae pada penjaga wanita itu.

            Penjaga wanita itu terkikik. “Maaf, tidak ada. Kalau Nona ini ingin rasa yang pedas, kami ada rasa mint. Mungkin tidak akan sepedas cabai.”

            Cheon Sa mendelik kesal.

            “Berikan rasa itu 5 sekop untuk Nona yang sudah seperti banteng ini!” pinta Dong Hae lagi membuat Cheon Sa membuka mulutnya tidak percaya.

            “Apa yang sebenarnya kau inginkan?” selidik Cheon Sa.

            “Tidak ada.”

            “Bohong!”

            Dong Hae mengambil 1 cup berukuran kecil dan 1 cup berukuran sedang milik Cheon Sa. “Bayar ice cream ini! Aku tunggu di mobil!” dengan santainya Dong Hae berjalan meninggalkan Cheon Sa.

            Kembali Cheon Sa menghentakkan kakinya kesal dan mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribu won. “Ambil kembaliannya untuk membeli cabai!”

***

            Si Won berjalan gugup menghampiri Na Young yang tengah bercanda bersama Summer, Jay juga anak mereka. Wanita itu kemudian menatap Si Won bingung. Masih dengan kegugupan yang dibuatnya sendiri Si Won akhirnya berkata juga, “ibuku sudah sadar. Baru saja. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Si Won.

            Na Young melemparkan pandangannya pada Summer yang ikut bingung. “Temui dia. Bukankah itu yang seharusnya kau lakukan sebagai anak?”

            “Tapi kau?”

            Na Young mengerti dan tersenyum. “Kau ingin menemuinya bersamaku? Mau menghadapinya bersamaku? Itu yang kau maksud?”

            “Iya.”

            “Eonni, boleh aku titip Dae Hyun? Aku dan Si Won akan ke Rumah Sakit. Ibunya sudah sadar dari koma.”

            “Iya, biarkan Dae Hyun bersama kami.” Ucap Summer.

            “Ayo!” Na Young menyerahkan Dae Hyun pada Jay kemudian menggamit tangan prianya yang sudah dingin. “Semua akan baik-baik saja.”

***

            Si Won mematung di depan pintu kamar ibunya dibelakangnya Na Young juga dengan sabar menunggu Si Won siap untuk menemui ibunya. Perlahan diputarnya kenop pintu, ibunya masih berbaring di tempat tidur. Si Won berjalan mendekat dan memeluk ibunya.

            “Apa ibu baik-baik saja?” tanya Si Won khawatir.

            “Lebih baik. Kau datang sendiri?”

            “Aku,” Si Won berbalik dan sedikit menyingkir agar Na Young bisa terlihat. “Aku bersama dia ibu, istriku.”

            “Kau!”

            Si Won berjalan mundur dan merangkul tubuh Na Young.

            “Maaf ibu, mungkin ini terlalu cepat bagi ibu. Tapi ketahuilah, jika bunga yang selalu menghiasi dan menemani ibu adalah dari tangan menantumu ini. Cheon Sa dan aku hanyalah perantara untuk meletakkannya disini. Aku mencintainya, bukan Cheon Sa. Juga anak kami.”

            “Anak?”

            “Iya, aku telah punya seorang putra darinya. Dia hamil anakku ketika dia pergi—ketika ibu menyuruhnya pergi dariku.”

            Na Young berulang kali menarik napas dan menundukkan kepalanya.

            “Kau kemarilah!”

            Na Young mendongak menatap Si Won meminta pendapat ketika ibu mertuanya memanggilnya. Si Won kemudian menganggukkan kepalanya dan menyuruh Na Young untuk mendekat. Dengan langkah takut Na Young berjalan mendekat masih belum berani menatap wajahnya.

            Tangan yang sudah tidak lagi muda itu kemudian terulur meraih tangan Na Young. Dia sedikit tersentak kemudian menatap Si Won lagi—takut.

            “Aku minta maaf sudah banyak membuatmu menderita. Aku sadar, jika aku salah. Anak lelaki ku rupanya tidak salah memilih seorang pendamping hidup. Dia belajar menjadi pria dewasa dan bertanggung jawab karenamu. Dulu dia hanya lelaki manja yang tidak mau bekerja keras. Karena mu juga dia menjadi seorang pria yang bisa dijadikan sandaran untuk keluarganya. Aku minta maaf, karena sudah menyuruhmu pergi darinya, sudah memeberimu luka, dan... apa lagi kesalahanku? Adakah kau mengingatnya?”

            Na Young mengusap air mata mertuanya dan memeluknya. “Aku sudah tidak ingin mengingat apa yang ibu lakukan padaku. Aku hanya ingin ibu memberikan restu pada kami. Karena restu ibu lah, kami bisa menjalani hidup kami. Selamanya pria itu adalah putramu yang selalu kau banggakan, namun biarkan dia untuk menjadi pria yang bertanggung jawab atas hidupku dan hidup anakku.”

            “Terima kasih, terima kasih. Tuhan sudah menghukumku, semoga kalian selalu bahagia.” Na Young melepaskan pelukannya. “Bisakah aku keluar dari rumah sakit besok? Aku ingin melihat cucuku.”

            “Tidak bisa. Ibu baru saja sadar, ibu masih butuh penyembuhan beberapa hari di rumah sakit. Biar aku yang membawa anakku kemari.” Tolak Si Won.

            “Iya, ibu masih butuh istirahat disini. Biar Si Won yang membawanya kemari.” Tambah Na Young.

            “Ayah sedang di Paris untuk urusan pekerjaan. Jadi dia belum bisa menemui ibu.”

            “Aku tahu.” Kata ibu Si Won lemah. “Baiklah, cepat bawa dia kemari!” nadanya berubah menjadi semangat seketika.

***

            Cheon Sa memandang dengan jengah Dong Hae yang sedang menikmati es krim miliknya. Seketika hatinya berdesir melihat lidah Dong Hae yang menjilati bibirnya sendiri karena es krim, dia kembali teringat tentang perbuatan ‘dosa’ yang sudah dia lakukan bersama Dong Hae. Ciuman pria itu begitu memabukkan, dia tidak menyangka bibir tipis itu sudah mencuri sebagian hatinya.

            “Bisa kita bicara serius?” tanya Cheon Sa akhirnya memecah keheningan.

            “Kau mau bicara apa?” Dong Hae mengusap elehan es krim di sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya kemudian mengelapkannya pada kemeja kotak-kotaknya yang tidak terkancing dan memperlihatkan kaos putis polos yang dia kenakan.

            Ouh, kenapa kau mendadak menjadi sexy dimataku?—lirih Cheon Sa dalam hati. “Jorok!” pekik wanita itu dan mendapat cengiran iseng Dong Hae. Dia kemudian mengambil kotak tisu yang ada di dashboard mobil dan melemparkannya pada Dong Hae.

            “Kau tidak mau makan es krim mu? Sudah meleleh itu.” Tunjuk Dong Hae.

            Mau tidak mau Cheon Sa mengambil es krim tersebut dan memakannya. Keduanya masih berada di dalam mobil di parkiran supermarket.

            “Apa yang ingin kau bicarakan dengan serius?” tanya Dong Hae.

            Oh iya—Cheon Sa hampir saja lupa karena terlena oleh bibir tipis Dong Hae yang penuh es krim. “Aku akan memutuskan hubunganku dengan Si Won.”

            “Kenapa?” tanya Dong Hae santai sembari melahap sendok kecil terakhir es krim nya. Dia kemudian ikut menyerobot milik Cheon Sa.

            “Milikku!” ucap Cheon Sa protektif pada es krimnya.

            “Pelit sekali!” ledek Dong Hae.

            Cheon Sa mencibir. Dia kemudian melihat mata Dong Hae yang terlihat biasa saja mendengar ucapan Cheon Sa. Bukankah harusnya pria itu sudah melonjak kegirnagan mendengar Cheon Sa akan memutuskan tali pertunangannya dengan Si Won dari mulut Cheon Sa sendiri. Apa dia tidak senang?—pikir Cheon Sa.

            “Karena aku dan dia sudah tidak ada harapan. Aku memilih mundur.” Jelas Cheon Sa.

Dong Hae menghembuskan napas panjang. Dia kemudian menatap Cheon Sa yang terlihat juga biasa saja—padahal beberapa jam yang lalu wanita itu menangis meraung-raung. Seperti kilatan flash pada lampu kamera, Dong Hae meraih tengkuk Cheon Sa dan mencium wanita itu membuat Cheon Sa yang tidak siap menumpahkan es krim mint miliknya pada rok yang tengah dia kenakan.

Pria itu melepaskan ciumannya dan menempelkan keningnya pada kening Cheon Sa. “Menikahlah denganku kalau begitu.” Pinta Dong Hae tulus.

“Tidak setelah rok hitam kesayanganku ini bersih kembali.”

***

            Si Won baru saja sampai hotel hendak menjemput Dae Hyun ketika mendapat telepon dari ayah tunangannya. Pria paruh baya yang juga merupakan partner kerja Si Won itu mengatakan jika Cheon Sa tidak ingin melanjutkan acara perjodohan itu. Si Won sudah ketar-ketir sendiri jika ayah Cheon Sa akan menghentikan kerjasamanya dan proyek water park miliknya akan berhenti. Rasanya sudah hampir pecah kepala Si Won memikirkan hal itu.

            Tapi, di luar dugaannya. Ayah Cheon Sa dengan mantap mengatakan, “aku tidak akan memutuskan hubungan kerja sama itu, nak. Toh jodoh bukan urusanku juga. Aku dengar kau sudah menikah bukan?” Si Won megap-megap mendengar ucapan santai namun bersahabat dari ayah Cheon Sa.

            “Jangan gagu seperti itu, nak. Cheon Sa yang bercerita padaku. Tenang, aku tidak akan marah karena merasa dibohongi. Aku sudah mendengar cerita semuanya. Kasihan Cheon Sa-ku, dia terlalu aku manjakan sehingga pria-pria jadi takut untuk mendekatinya.”

            Dan obrolan hangat melalui telepon itu terputus setelah ayah Cheon Sa mengatakan jika dia ingin memberi ‘pelajaran’ pada putri kesayangannya itu.

            Si Won mengulas senyum lembut dan berjalan naik menuju kamar dimana Summer dan Jay menginap.

            “Oh, Na Young mana?” tanya Summer ketika mendapati Si Won datang seorang diri.

            “Di rumah sakit menemani ibuku.”

            “Dia baik-baik saja, kan?” tanya Summer khawatir.

            Si Won tahu maksud pertanyaan Summer. Baik-baik disini adalah bukan ditujukan pada ibunya saja, melainkan perang dingin yang disulut ibunya beberapa tahun lalu kepada Na Young. “Semuanya baik-baik saja. Kau harus tahu jika kembaranmu itu bukan wanita sembarangan.”

            Si Won berjalan masuk ke dalam kamar dan duduk di sofa—Jay ikut duduk menemani Summer sembari menggendong Dae Hyun. Anak kecil itu kemudian melonjak girang melihat ayahnya dan menjulurkan tangannya minta digendong.

            “Iya, aku tahu,” Summer menyandarkan tubuhnya pada Jay. “Hidupnya lebih berat ketimbang aku.”

            “Apa ayah mertua masih disini?” tanya Si Won.

            “Baru saja kembali ke hotel tempat dia menginap setelah melihat kedua cucunya ini. Aya bilang ingin bertemu denganmu.”

            “Aku juga ingin bertemu dengan beliau.” Si Won beranjak dari duduknya dengan menggendong Dae Hyun. “Ibuku ingin melihat cucunya ini. Terima kasih sudah menjaganya.” Ucap Si Won tulus. “Oh iya, Jay,” Si Won berbalik ketika mencapai pintu. “Maaf, sudah mengira istrimu itu istriku. Dan mengira aku tengah flirting kepadanya. Aku juga tidak tahu jika mereka kembar.” Kekeh Si Won dan disambut senyuman tulus dari Jay.

***

-END-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK