Suara khas gemerincing dari pintu toko berbunyi ketika Na Young masuk dan mendapati Hye Mi sudah datang dan menyiapkan rangkaian bunga yang akan diantar hari ini. Gadis muda itu langsung berlari kecil menyambut kedatangan Na Young dengan mengambil Dae Hyun dari gendongannya. Na Young tersenyum kecil kemudian menyiapkan rangkaian bunga yang belum selesai itu.
“Ini akan dikirim di tempat biasa kan?” Tanya Na Young.
“Iya. Tapi eonni hari ini aku tidak bisa mengantarnya. Aku ada ujian hari ini.” Sesal Hye Mi.
“Tidak apa. Aku yang akan mengirimnya.”
“Dae Hyun?”
“Aku akan menitipkannya pada bibi yang menjual tteokboki di depan itu sebentar. Tidak apa. Atau bisa juga aku mengajak pria tampan kecil itu.”
“Apa tidak merepotkanmu?”
“Tidak.”
“Syukurlah kalau begitu. Alamatnya ada di meja. Rumah sakit Seoul.”
Na Young mengambil secarik kertas bertuliskan alamat serta nomor ruangan.
“Eonni nanti mengganti bunga yang kemarin kita kirim dengan yang ini. Katakan pada suster yang ada disitu jika eonni menggantikanaku.”
“Aku tahu.”
***
Summer berjalan pada jalan setapak tidak jauh dari kamar hotel tempat dia menginap. Sesekali matanya terpejam ketika angin musim gugur yang dingin menyapanya di pagi hari pada saat matahari baru bangun dari tidurnya. Terkadang dia juga menyaksikan matahari yang perlahan mulai memberikan kehangatan seolah mengejek jika dirinya menang, karena telah menyapapagi terlebih dahulu.
Langkah Summer kemudian berhenti pada taman kecil yang dipenuhi oleh dedaunan berwarna cokelat keemasan yang pergi meninggalkan rantingnya memilih terombang-ambing oleh angin atau jatuh dengan lembutnya ditanah. Summer berjongkok menyaksikan dedaunan tersebut berlarian tertiup angin.
“Apa yang sedang kau lakukan nona Summer?”
Summer terkesiap ketika suara berat memanggilnya dan membuat perhatiannya teralih. Summer tidak beranjak dari tempat tersebut. Memilih kembali sibuk dengan dedaunan tersebut.
“Aku tidak tahu apa yang menarik di pengelihatanmu saat ini.”
Summer tidak bergeming dari tempatnya. Kemudian raut wajahnya berubah menjadi takjub ketika melihat kumparan angin kecil membawa dedaunan itu.
“Oh, lihat! Lihat! Itu angin twister kecil!!” pekik Summer.
“Bukan, itu anak angin.” Sanggah orang tersebut dan membuat Summer mengeryit bingung.
“Anak angin? Kenapa anak angin?”
“Karena kecil. Kalau besar maka disebut induk angin.”
Summer memberengut kesal. “Tidak lucu Tuan Si Won.” Summer berdiri dari semula dia berjongkok dan mengibas-ngibaskan jaket panjangnya yang mungkin saja kotor terkena tanah.
“Aku tidak sedang melucu Nona,ah, maaf Nyonya Summer,maksudku.” Si Won tersenyum kecil menunjukkan lesung pipinya. “Apa kau suka melihat dedaunan itu tertiup angin?”
“Iya. Juga ketika angin bertiup kepadaku. Rasanya seperti memelukku erat.”
“Iya, kau benar. Ketika angin bertiup seolah dia memelukkita dengan erat.” Si Won kemudian menghembuskan napas sejenak. “Apa yang kaupikirkan tentang hujan?”
“Hujan?” Summer memiringkan kepalanya mampak mengingat-ngingat.“Entahlah, aku tidak tahu.”
“Seharusnya kau bisa lebih banyak menceritakan padaku tentang angin dan anak anaknya. Sayang sekali ingatanmu akan diriku masih belum mau kembali kedalam pikiranmu. Jika kau sudah bisa mengingatnya, temui aku ditempat kita pernah bersama.” Setelahnya Si Won pergi meninggalkan Summer ditaman tersebut dengan beribu pertanyaan di kepala Summer.
***
“Aku kemari untuk mengganti bunga di ruang ini.” Na Young menunjukkan secarik kertas pada seorang suster di bagian receptionist.
“Ah, ruang 203? Kau hanya tinggal lurus saja. Nanti disisi kanan lorong ada tangga. Kau hanya perlu naik ke lantai 2 dan ruang 203ada tepat di sisi kanan tangga tersebut.”
“Terima kasih. Apa aku boleh menitipkan anakku sebentardisini. Tidak lama, aku hanya akan mengganti bunga ini.”
“Iya, silahkan!”
Na Young melepaskan tas gendong Dae Hyun kemudian memberikan anaknya pada suster itu sebentar. Dengan langkah cepat karena tidak ingin merepotkan suster, Na Young menuju ke ruang tersebut.
“Pasti orang kaya.” Lirih Na Young saat melihat dari kaca luar betapa mewahnya ruangan tersebut. Diputarnya kenop pintu dan yang terdengar olehnya hanyalah suara mesin pendeteksi detak jantung si Pasien. Dengan langkah berjingkat, Na Young mengambil vas bunga yang ada pada nakas dekat tempat tidur pasien tersebut. Dia kemudian mengalihkan pandangannya padapasien yang hanya memejamkan matanya tidak bergerak sama sekali, detik berikutnya wanita itu terkejut bukan main melihat pasien yang sedang tidak sadarkan diri itu.
“E-eomo-nim?” dengan masih tidak percaya, Na Young bergerak mendekat demi memastikan apa yang baru saja dia sadari. “Eomo-nim.” Ulang Na Young lagi seraya mengusap tangan keriput pasien yang dia panggil ‘eomo-nim’ tadi. “Kenapa, kenapa bisa?” tangan Na Young bergetar ketika menggenggam tangan tua itu, tangan yang dulu pernah memberikan luka di pipi sebelah kirinya. Kini tangan itu sudah tidakberdaya.
Na Young kemudian mencium tangan tua itu penuh rasa hormat. “Jweosonghamnida.” Ucapnya lagi.
Terdengar suara pintu terbuka dan membuat Na Young ketakutan jika Si Won yang datang. Namun ketakutan itu hilang ketika diamelihat seorang perempuan cantik masuk. “Kau siapa?” tanya perempuan itu.
“Ah, aku hanya akan mengganti bunga ini.”
“Kau dari toko bunga yang biasa mengganti bunga diruangan ini?” tebak perempuan itu dan dijawab anggukan oleh Na Young.
“K-kau sendiri?”
“Aku Cheon Sa, calon menantu eomoni.”
“Calon menantu?” ulang Na Young tidak percaya. “Jadi, kau calon istri Choi Si Won?”
“Eoh, kau kenal dia? Iya, kau benar sekali.”
“Tidak, aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali.” Bohong Na Young.
Cheon Sa mengeryitkan keningnya, merasa tidak asing dengan wajah Na Young. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
“Tidak, aku rasa ini pertama kalinya aku bertemu denganmu.”
“Aku merasa pernah bertemu denganmu atau—“
“Mungkin hanya orang yang mirip denganku. Wajah ini sangat pasaran aku rasa.” Canda Na Young. “Aku akan mengganti bunga ini.” NaYoung segera mengeluarkan bunga lily yang sudah layu tersebut dan menggantinya dengan bunga lily yang baru.
“Aku permisi.” Pamit Na Young pada Cheon Sa ketika telah selesai mengganti bunga di vas tersebut.
“Tunggu!” Cheon Sa mendahului langkah Na Young. “Bisakah kau kirimkan sebuket mawar berwarna merah ke alamat ini? Ini kartu ucapan dariku. Dan ini uangnya.” Cheon Sa mengulurkan secara bersamaan.
“Tolong, kau antar malam ini, ya?”
“Baiklah. Aku akan mengantarnya tepat waktu. Green Resort and Hotel, kan? Tapi untuk siapa?”
“Tentu saja untuk Choi Si Won, calon suamiku. Malam ini aku akan merayakan ulang tahunnya. Akan ada pesta di hotelnya.”
“Baiklah.” Ucap Na Young seraya berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Langkahnya Nampak berat dan wajahnya tidak lagi seceria tadi. Dia kemudian mengambil Dae Hyun di receptionist, anak kecil itu nampak gembira menyambut kedatangan ibunya mengabaikan wajah murung ibunya.
“Hari ini, mommy lupa jika daddy ulang tahun.” Na Young berkata lirih pada Dae Hyun yang ada di gendongannya. “Semoga daddy sehat selalu hingga nanti mommy bisa menemuinya bersamamu. Ah iya,tadi mommy bertemu dengan nenekmu,dia sakit, nak. Doakan nenek cepat sembuh ya, nak, walaupun dulu nenek pernah memisahkan kita dengan daddy.”
***
“Kau sudah siap?” Tanya Jay pada Summer yang nampak merapikan diri di depan cermin berukuran sedang. Pria itu kemudian memeluk Summer dari belakag dan mengecupi tengkuk wanita itu.
“Hentikan, Jay! Geli!” wanita itu melepaskan pelukan Jay kemudian memutar dan merapikan dasi kupu-kupu Jay yang miring juga jas suaminya yang terlihat tidak rapi di matanya.
“Baby D?”
Summer menunjuk pada ranjang king size diamana anaknya juga sudah rapi dengan setelan kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, dan terlihat tampan. Jay kemudian menggendong anaknya dan mengajak Summer untuk segera keluar kamar karena pesta ulang tahun Si Won segera dimulai.
“Jay,”
“Ya?”
“Kau yakin aku tidak punya teman bernama Si Won atau yang lain yang mungkin wajahnya mirip dengan dia?”
“Tidak. Kenapa?”
“Hanya saja, pagi tadi aku bertemu dengannya lagi dan diamenatapku dengan tatapan yang sama saat pertama kali kita bertemu dengannya.Tatapan seorang pria yang sangat merindukan seseorang yang dicintainya.”
“Aku harus berhati-hati dengan ini.”
“Dengan apa?” Tanya Summer bingung.
“Dengan pria itu. Dia mungkin saja rekan kerjaku, tapiaku juga bisa saja menghajarnya jika dia berani merebut wanitaku. Kau harus ingat itu, Summer.”
“Kau menyeramkan!” tawa Summer meledak melihat wajah kesal Jay. “Aku tidak akan pergi ke laki-laki lain, kecuali,” Summer menggantungkan kalimatnya.
“Kecuali apa?”
“Kecuali aku sudah bosan denganmu, bukan begitu Baby D?” kembali Summer tertawa.
***
Pesta itu telah dimulai. Suara denting gelas beradu dengan lamat-lamat suara piano memenuhi setiap sudut hall. Si Won hanya diam duduk menyaksikan keramaian itu mengabaikan jika itu adalah pestanya, pesta ulang tahunnya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, Summer sendiri tengah mengobrol dengan Dong Hae, disebelahnya ada Jay yang menggendong anak mereka. Pandangan Si Won nampak lekat memperhatikan Summer. Dia merindukan bagaimana Na Young berbicara, tertawa dan memanggilnamanya.
Seharusnya malam ini dia bisa merasakan kebahagian bersama Na Young merayakan pesta ulang tahun seperti pesta kecil yang selalu NaYoung buat untuknya beberapa tahun silam.
Namun di sudut lain, di sudut yang tak nampak oleh pengelihatan Si Won, Na Young hadir diantara pengelihatannya pada Summer,berdiri menyaksikan lelaki yang sudah mengambil sebagian hatinya dengan tatapan kerinduan. Kakinya berulang kali melangkah walaupun hanya satu senti namun diaurungkan dua senti karena kerinduan itu masih kalah pada egonya.
“Tidak bisa nak, tidak bisa sekarang.” Na Young menatap sedih anaknya yang ada digendongannya. Namun balita itu nampakya seperti memaksa ibunya agar segera memanggil ayahnya. “Jangan sekarang ya?” pelas NaYoung.
“Selamat malam,”
Perdebatan hati Na Young seolah berhenti ketika mendengar suara Si won yang tidak seperti membelai di telinganya, namun lebih terdengar sambutan dingin mendengar pengeras suara. Mata Na Young mencari-cari sosok itu yang ternyata sudah berdiri pada panggung kecil dan menyita perhatian semua tamu undangan. Na Young menciut melihat dirinya seperti tamu tidak diundang dengan bunga kiriman yang ada ditangannya.
“Terima kasih sudah datang dan turut merayakan ulangtahun saya. Terima kasih untuk sahabat saya Dong Hae karena telah membuat pestaini,” Si Won berhenti sejenak, di sudut lain Na Young melihat sosok Cheon Sayang berdiri di sebelah Dong Hae tengah berharap namanya juga turut disebut.“Terima kasih untuk seorang yang aku tahu dia ada disini,”
Napas Na Young seperti terkecat dan kegugupan merubunginya seketika. Apa dia melihatku?Apa dia tahu aku disini?—tanyanya dalam kepanikan.
“Aku tidak merokok seperti yang dia minta, namun aku melanggar satu hal ketika dia pergi, aku kembali meminum minuman keras. Aku makan dengan teratur, tidak meletakkan baju kotor di asal tempat, dan memebenci hujan karena takut dia akan menangis dan merindukan hembusan angin layaknya dia memelukku.”
Tangan Na young semakin keras memegangi rangkaian bunga pesanan Cheon Sa menahan dengan sangat kerinduan itu. Summer yang berdiri tepatdi hadapan Na Young namun membelakangi wanita itu memperhatikan dengan seksama apa yang pria itu ucapkan.
“Semoga dia tidak melupakan apa yang sudah dia tuliskanuntukku. Cheers, untuk kesehatan kita semua!” Si Won mengangkat gelas wine yangsedari tadi dia pegang dan diikuti teriakan ‘cheers’ oleh tamu undangan lainnya.
Na Young berbalik dan memberikan rangkaian itu pada salah seorang pegawai yang tidak sengaja berdiri di belakangnya sedari tadi. “Maaf,tolong berikan ini pada Tuan Choi Si Won. Kiriman bunga dari Nona Cheon Sa.” NaYoung hendak melangkah pergi namun tertahan ketika pegawai yang dia titipi bunga memanggilnya.
“Nona!”
Na Young berbalik.
“Bukankah Nona menginap disini juga?”
“Tidak. Anda mungkin salah orang.”
“Tidak, aku tidak salah orang. Pagi ini aku melihat anda dan Presedir di taman. Anda istri Tuan Jay? Arsitek yang akan membangun water park?”
Na Young semakin bingung mendengar pembicaraan pegawai wanita tersebut. “Anda salah orang.” Tegas Na Young sekali lagi dan pergi meninggalkan ballroom itu.
***
“Tampan, ayo tiup lilin ini! Satu dua tiga!” dan ruangan itu menjadi gelap seketika. Na Young segera menyalakan lampu dan tersenyum melihat anak laki-lakinya tertawa sembari menepuk-nepukkan kedua tangannya. “Kau tadi melihat daddy? Dia hari ini ulangtahun. Doakan dia sehat selalu hingga kita bertemu ya, tampan.” Na Youngmencium pipi anaknya gemas.
Jam sudah melewati tengah malam. “Sudah lewat, nak.” Ucap Na Young pada anaknya lagi. Satu-satunya orang yang bisa Na Young ajak bicara dan bercerita hanyalah Dae Hyun—anaknya—yang masih belum mengerti apa-apa. Anak kecil itu hanya tertawa mengira jika ibunya mengajak bercanda. “Tapi ulang tahunmu baru saja dimulai. Selamat ulang tahun tampan kecilku!” sekali lagi Na Young mengecupi wajah anaknya dan membuat Dae Hyun mengerang kesal.
“Sekarang saatnya kita tidur!” Na Young menggendong Dae Hyun kemudian mematikan lampu yang menerangi toko bunganya dan berjalan naik kelantai atas dimana dia dan Da Hyun selama ini tinggal berdua.
***
“Kau minum?” Si Won bertanya heran saat dilihatnya Summer menegak habis minuman beralkohol.
“Satu gelas saja untuk malam ini.”
“Kau suka minum?”
“Well, aku banyak minum dulu. Itu kata Jay, aku bahkan sudah lupa.”
“Lupa?”
“Iya, kecelakaan beberapa tahun lalu dan membuat sebagian memoriku hilang.” Summer tersenyum tipis. “Ah iya, tentang wanita yang kaubicarakan tadi. Siapa dia?”
“Istriku.”
“Istrimu?”
Si Won mengangguk sekali. “Dia pergi dua tahun lalu.”
“Maaf.” Summer berdehem sejenak menghilangan kecanggungan setelah tahu jika ternyata istri dari rekan kerja suaminya itu pergi meninggalkannya.“Lalu dengan gadis itu?” Summer menunjuk pada Cheon Sa yang sedang berbincang dengan Jay juga Dong Hae.
“Hanya wanita yang dijodohkan oleh ibuku.”
Summer mengangguk mengerti dan tidak berusaha mengorek lebih dalam lagi. Tak lama seorang pegawai wanita datang menghampiri Si Won danmenyerahkan sebuket bunga untuknya.
“Eoh? Nyonya? Anda cepat sekali berganti pakaian.”
Summer mengeryit bingung. “Berganti pakaian? Maksudmu? Sedari tadi aku mengenakan baju ini dan berada di pesta ini.”
“Tapi tadi Nyonya—ah, mungkin benar, kata pengantar bunga itu. Pengantar bunga ini memiliki wajah yang sangat mirip dengan Nyonya.” Jelas peagwai wanita itu.
“Mirip? Denganku?”
“Iya. Sangat mirip sekali. Dia kemari mengantarkan bunga pesanan Nona Cheon Sa untuk Tuan. Dia mengantarkan dengan menggendong seorang anak.”
“Dimana kau melihatnya?” Tanya Si Won. Jantung pria itu berdetak lebih cepat dan dadanya serasa ingin meledak.
“Tadi dia berdiri disana!” pegawai wanita itu menunjuk pada pintu keluar. “Dia berdiri disana saat Tuan berada di atas panggung. Setelah itu dia menyerahkan bunga itu kepada saya dan dia pergi.”
“Apa sudah lama?”
“Tidak Tuan. Aku rasa belum jauh. Baru saja.”
Tanpa banyak bertanya lagi dan melemparkan karangan bungaitu ke sembarang tempat, Si Won berlari menuju pintu keluar.
***