home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > I Need You

I Need You

Share:
Author : larasatylaras
Published : 13 Nov 2013, Updated : 22 Jan 2014
Cast : Choi Si Won | Choi Na Young | Summer Choi | Jay Lee (Lee Hyun Jae) | Ahn Cheon Sa | Lee Dong Hae
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |13479 Views |2 Loves
I Need You
CHAPTER 3 : Found The Reason Of My Life

            “Kau… seperti orang gila.” Jay tersenyum meihat Summer yang sedari tadi tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. “Kau senang?”

            “Tentu saja. Akhirnya kita menginjakkan kaki di Korea juga. Bukan begitu Baby D?” Tanya Summer pada anaknya yang tengah bergumam tidak jelas. “Kita disini benar-benar untuk waktu yang lama?”

            “Iya. Sampai pekerjaanku selesai. Kenapa? Tidak suka?”

            Summer mengulum senyum. “Tidak. Aku sangat suka. Setidaknya aku bisa menemukan apa yang menurutku menghilang dari ingatanku tentang Negara ini. Kau akan membantuku, kan?”

            “Definitely.”

            Summer kembali melemparkan pandangan pada jendela mobil dan menyaksikan kesibukan Seoul yang sepertinya tidak pernah padam. Pandangannya kemudian terkunci pada seorang wanita yang berdiri di depan toko bunga. Wanita tersebut membelakanginya sehingga dia tidak bisa mengenali wajahnya. Keningnya seketika berkerut dan kepalanya berdenyut pelan membuatnya sedikit mengerang kesakitan.

            “Kau baik-baik saja?” Jay meraup wajah Summer dan memperhatikannya dengan seksama.

            Dengan jarak yang sebegitu dekatnya, Summer bisa membaca kekhawatiran di wajah Jay. “Aku baik-baik saja. Hanya saja,”

            “Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Dokter sudah bilang untuk tidak mengingatnya begitu keras.”

            “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit jetlag mungkin. Aku sedang tidak berusaha mengingat apapun.” Elak Summer berusaha tidak membuat suaminya itu nampak khawatir.

***

            “Apa ini?” Tanya Si Won penasaran ketika Dong Hae menyodorkan kotak bertuliskan Mozarto untuknya.

            “Resep baru di café-ku. Dan akan menjadi resep baru juga di hotelmu tentunya.”

            Si Won membuka bungkusan kotak tersebut. Sementara itu Dong Hae berjalan mengitari ruang kerja Si Won yang tertata sangat rapi. Langkahnya berhenti pada buffet kecil yang terletak di sudut ruang kerja Si Won. Tangannya terulur mengambil sebuah pigura kecil yang ada di buffet tersebut.

            “Ah iya, kau masih akan melanjutkan perjodohan itu?” Tanya Dong Hae sembari memandangi pigura yang dipegangnya.

            “Sebenarnya tidak.”

            “Bukankah ibumu sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Ibumu koma sudah untuk waktu yang lama. Jadi, kenapa kau tidak batalkan saja perjodohan itu? Bukankah ayahmu juga berada di pihakmu?” Dong Hae kembali meletakkan pigura yang dipegangnya. “Setidaknya kau bisa mencari wanita yang fotonya terpajang di pigura ini.”

            Si Won melayangkan pandangannya pada pigura kecil yang dipegang oleh Dong Hae.

            “Ayahnya bekerja sama denganku untuk membuat water park tidak jauh dari hotel ini. Bagaimana aku memutuskan itu tiba-tiba. Semua usahaku akan hancur.”

            “Jadi, sekarang kau lebih memikirkan uang ketimbang wanita ini?” tunjuk Dong Hae pada pigura kecil tersebut.

            “Tidak. Sampai kapan pun aku akan tetap dan masih sangat mencintainya. Water park ini—“ Si Won menggantungkan kalimatnya dan mengingat kejadian beberapa tahun silam saat setelah dirinya menikah dengan Na Young.

            “Kenapa dengan waterpark itu?”

            “Tidak. Tidak ada. Mungkin dengan water park itu aku bisa menemukannya.”

            “SI WON!!!”

            Secara bersamaan Si Won dan Dong Hae melemparkan pandangan mereka pada seorang wanita yang berteriak kencang. Si Won memutar matanya jengah dan memutar kursi kerjanya untuk membelakangi wanita yang baru saja datang tersebut. Diliriknya Dong Hae sekilas meminta bantuan.

            “Si Won, aku tadi menghubungimu. Tapi hand phone-mu tidak aktif. Aku juga menitipkan pesan pada sekretarismu itu. Apa dia tidak menyampaikannya?”

            “Ya, Cheon Sa-ya.” Dong Hae berjalan menghampiri wanita tersebut dan menarik lengannya untuk menjauh dari Si Won.

            “Wae?”

            “Ah iya, bukankah kau ingin belajar membuat kue untuk—“

            Cheon Sa buru-buru menutup mulut Dong Hae dengan tangannya sebelum Dong Hae melanjutkan perkataannya. Cheon Sa memelotototinya dan berbisik, “jangan keras-keras. Aku berniat memberinya kejutan untuk ulang tahunya. Jadi bisakah kita pergi dari sini sekarang? Sebelum kau membocorkannya lebih banyak lagi.”

            Dong Hae menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangan Cheon Sa yang masih membekap mulutnya. “Arraseo,” kesal Dong Hae. “Si Won-ah, kami pergi ke dapur hotel dulu. Aku ada disana dengan wanita ini jika kau mencariku.”

            “Eoh, arraseo.”Jawab Si Won singkat.

            “Si Won-ah, pastikan setelah ini kita makan siang bersama!” ucap Cheon Sa sebelum dia pergi menyusul Dong Hae yang sudah terlebih dahulu meninggalkan ruang kerja Si Won.

***

            Jay membukakan pintu mobil untuk Summer ketika mereka telah sampai pada hotel dimana mereka akan menginap untuk beberapa hari. Sementara itu anak mereka sudah tidur terlelap di gendongan Summer. Lagi-lagi Summer tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

            “Untuk sementara waktu kita akan menginap disini. Hotel ini milik orang yang akan membangun water park itu. Setelah aku menemukan tempat tinggal tidak jauh dari tempat aku bekerja, kita akan pindah kesana. Bagaimana, tidak masalah bukan?”

            “Jangan khawatir. Aku suka hotel ini. Tidak biasa. Apa kita akan menginap di kamar yang seperti itu?” tunjuk Summer pada salah satu yang nampak dari lobby hotel.

            “Iya, lebih mirip cottage memang. Kamar kita nanti tidak jauh dari area bermain anak-anak. Jadi little Messi bisa bermain disana.”

            “Jangan memanggilnya Messi.”

            “Hahaha, I know.”Jay tertawa kecil dan menyuruh Summer untuk menunggu sejenak di lobby sementara dirinya mengurus administrasi di receptionist.

            Pandangan Summer menelisik ke seluruh bangunan hotel yang sangat menarik untuknya. Summer kemudian berjalan pada jendela besar yangterletak di sisi kiri lobby dengan pemandangan yang langsung mengarah pada area taman dengan jogging track yang mengelilingi hotel berkonsep nature ini.

            “Summer!” Summer menolehkan kepalanya saat Jay menghampirinya. “Aku akan mengenalkanmu dengan seseorang. Dia pemilik hotel ini. Ayo!” Jay merangkul bahu Summer mengajak istrinya menuju restaurant hotel tersebut yang terletakdi bangunan lain dari bangunan utama. Restaurant yang lebih mirip café tersebut terletak di dekat area bermain anak. Disana seorang pria sudah menunggu Jay juga Summer.

            “Itu dia!” tunjuk Jay. “Choi Si Won-ssi?” orang yang dipanggil tersebut segera bangun dari duduknya dan berbalik.

            Si Won—pria itu—serasa membeku di tempatnya ketika mendapati Summer berdiri di hadapannya sembari tersenyum ramah. “Na Young?”panggilnya lirih.

            Summer menatap Jay bingung.

            “Ah, Choi Si Won-ssi. Perkenalkan ini istriku, Lee Summer. Juga ini anak kami, Lee Messi.”

            “Jay!” peringat Summer ketika Jay lagi-lagi memanggil anaknya dengan sebutan Messi.

            “Maaf, aku suka memanggilnya Messi. Namanya Lee Da Young.”

            Si Won masih menatap Summer kemudian pandangannya beralih pada bayi berusia satu tahun lebih yang ada di gendongan Summer. “Istrimu? Dan anakmu?” Tanya Si Won tidak percaya.

            “Iya, istri dan anakku.” Ulang Jay, dia kemudian menatap Summer bingung. “Apa ada sesuatu?”

            “Ah, anim-nida. Hanya saja—“ Si Won menggantungkan kalimatnya. “Tidak. Lupakan.” Kemudian pria tersebut tersenyum. Tidak ada yang tahu jika kini dirinya dengan sekuat tenaga tengah menahan keinginan untuk memeluk Summer erat-erat. “Silahkan duduk!”

            “Maaf, sudah menunggu lama. Tadi sedikit macet dijalan.” Ucap Jay sedikit berbasa-basi. Tapi Si Won tidak menghiraukannya dan terus menatap Summer.

            Summer yang merasa jika sedari tadi Si Won menatapnya, merasa tidak nyaman.

            “Choi Si Won-ssi?”panggil Jay mengalihkan perhatian Si Won.

            “Ya? Maaf, aku sedang banyak pikiran. Bagaimana Seoul? Menyenangkan kembali ke kampung halaman?”

            “Seoul sudah banyak berubah. Istriku selalu merengek untuk kemari, hanya saja karena pekerjaanku yang tidak bisa ditinggalkan jadi aku selalu menolaknya.”

            “Sudah berapa lama kalian menikah?”

            “Ini tahun ketiga kami. Summer adalah sahabatku saat kami sama-sama kuliah di New York. Aku mengenalnya saat di perkumpulan mahasiswa Asia.”

            “Jadi begitu.”

            Jay melirik Summer yang juga ikut kebingungan.

            “Saya lupa jika ada janji makan siang. Silahkan anda dan istri anda menikmati istirahat di hotel kami. Saya permisi dulu.” Si Won beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Jay juga Summer.

            “Jay, dia aneh sekali.”

            “Aneh bagaimana?”

            “Dia terus menatapku seolah aku adalah orang yang sudah lama tidak dia jumpai. Apa aku mengenalnya Jay?”

            “Tidak. Kau baru bertemu dengannya hari ini. Seingatku, kau tidak pernah punya teman dia. Atau… mungkin dia teman lamamu.”

            Summer memiringkan kepalanya mencoba mengingat. “Aniya, aku rasa aku juga baru melihatnya.”

***

            Dong Hae memperhatikan Si Won yang berjalan bolak-balik sembari berkacak pinggang di depannya. Pria itu sedari tadi belum disapa sahabatnya semenjak dia datang di café miliknya itu. Si Won sendiri masih sibuk memikirkan kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Dia yakin jika wanita yang dilihatnya adalah Na Young—istrinya yang dia cari selama ini.

            “Kau mengajak makan siang bersama atau kau menyuruhku melihatmu berjalan bolak-balik seperti itu?” keluh Dong Hae dan membuat Si Won menghentikan langkahnya. Pria itu kemudian menarik kursi dan duduk di hadapan Dong Hae.

            “Aku menemukannya!”

            Dong Hae mengeryit bingung. “Siapa?”

            “Na Young! Aku menemukannya!” kata Si Won antusias.

            “Dimana?” Dong Hae tidak kalah terkejut.

            “Di hotel ku. Dia berdiri di hadapanku!”

            “Benarkah? Lalu dimana dia sekarang?”

            Si Won menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya pada kursi Nampak putus asa.

            “Eeeii, kenapa aura muka mu mendadak berubah seperti itu?”

            “Dia tidak mengenaliku. Juga,” Si Won menyilangkan tangannya. “Dia datang bersama seorang pria dan seorang bayi.”

            “Apa?!”

            “Dia bernama Summer sekarang, mempunyai seorang bayi lucu dari pria lain bernama Jay.”

            “Jay?”

            “Iya, dia adalah arsitek yang akan merancang water park-ku nanti.”

            “Tidak mungkin.”

            “Tidak mungkin bagaimana?”

            “Tidak mungkin jika Na Young sudah menikah lagi.” Jelas DongHae.

            “Tapi nyatanya dia sudah menikah lagi dan mempunyai anak. Apa dia menghianatiku?”

            “Tidak mungkin, dia tidak seperti itu!” bela Dong Hae.

            Si Won berjengit bingung. “Kenapa kau membelanya? Kau pernah bertemu dengannya lagi sebelumnya?”

            “Tidak!” sanggah Dong Hae cepat. “A-aku tidak pernah bertemu dengannya dua tahun ini. Tapi aku mengenalnya Si Won, dia bukan orang yang seperti itu.”

            “Aku setuju denganmu.”

            “Kita harus memastikannya jika itu benar-benar Na Young atau… bukan.”

***

            Sementara itu di sebuah toko bunga yang terletak di pusat perbelanjaan Myeong Dong, satu-satunya toko bunga yang ada, seorang wanita nampak sibuk merapikan bunga-bunga yang memenuhi tokonya. Sesekali dia bersenandung kecil dan menghirup lama aroma bunga. Bunyi gemerincing bel pintu mengalihkan kesibukannya untuk sementara. Dilihatnya seorang gadis berumur sekitar 20 tahun masuk ke dalam tokonya dengan seorang bayi berusia satu tahun lebih tujuh bulan.

            “Oh, Hye Mi-ya.”Wanita itu segera mengambil bayi yang ada di gendongan gadis yang dia panggil Hye Mi tersebut. “Aigoo, pria kecil tampanku ini habis jalan-jalan darimana saja bersama Hye Mi noona, eum?” anak kecil itu bergumam seperti menceritakan habis kemana saja dia pergi.

            “Ini,” Hye Mi menyerahkan kotak roti bertuliskan Mozartokepada wanita itu. “Tadi aku membeli roti. Dan itu untuk eonni.”

            “Oh, gomawo HyeMi-ya.”

            “Eonni, apa hari ini ada pesanan bunga?”

            “Iya, aku sudah menyiapkannya di sepedamu. Alamatnya ada di atas meja.”

            “Baiklah, aku akan mengantarkan bunga itu.”

            Hye Mi berjalan cepat mengambil kertas alamat yang ada diatas meja dan membacanya sejenak.

            “Bye bye, Dae Hyun-ah!” Hye Mi melambaikan tangannya pada anak kecil yang ada di gendongan wanita itu. “Na Young eonni, setelah aku mengirimkan bunga ini, aku akan langsung pulang. Ibuku datang dari Busan.” Jelas Hye Mi dan dijawab anggukan kepala oleh wanita itu.

            “Eoh, hati-hati di jalan! Samapaikan salamku untuk ibumu!”

            Na Young—wanita itu—memandangi Hye Mi hingga tidak terlihat lagi. Dia kemudian kembali masuk ke dalam tokonya dan meletakkan anaknya pada kereta bayi.

            “Dae Hyun-ah, hari ini mommy sangat merindukan daddy. Apa angin akan bertiup dengan kencang untuk menyampaikan salam mommy?” Na Young tersenyum saat melihat Dae Hyun meresponnya dengan menangkupkan tangan kecilnya pada wajah ibunya. “Mommy minta maaf. Kau pasti sangat merindukan daddy bukan? Nanti jika waktunya tepat, kita pasti akan menemuinya. Tapi untuk saat ini mommy masih belum bisa menemuinya. Mommy takut jika daddy-mu akan marah dan tidak mau menemui mommy lagi karena telah meninggalkannya.”

            Na Young meraih tangan mungil Dae Hyun dan mengecupnya bergantian.

            “Mommy minta maaf membuat daddy tidak bisa menemani mommy saat melahirkanmu. Tidak bisa membuat daddy mendengar tangis pertamamu, tawa pertamamu, dan melihat langkah pertamamu saat kau mulai belajar berjalan seperti sekarang ini. Dae Hyun tidak membenci mommy kan?”

            Na Young mencium dahi dan pipi Dae Hyun kemudian memainkan hidungnya dengan hidung anaknya membuat anak kecil itu tertawa geli.

            “Suatu hari nanti, jika kita sudah bertemu dengan daddy. Ceritakan semuanya apa yang sudah kau lakukan, bagaimana caramu menangis yang begitu keras, dan ceritakan juga jika mommy sangat mencintai daddy. Mengerti?” Na Young tersenyum dan mengusap pipi anaknya.

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK