“Ya! Wae?”Tanya Luna yang terkejut.
“Ani”Jawab Luhan.
“Jadi aku cinta pertamamu?”Tanya Luna.
“Apa kau tidak mengerti maksud ucapanku kalau kau orang pertama yang bisa membuatku memandang wanita? Itu karena kau cinta pertamaku”Jawab Luhan.
“Arraseo”Balas Luna.
“Tapi aku bukan cinta pertamamu kan?”Tanya Luhan.
Luna berpikir, kemudian mejawab.
“Ne, kau bukan cinta pertamaku. Cinta pertamaku itu teman sekolahku di Sekolah Menengah. Satu tahun sebelum aku ke London”Jawab Luna.
“Dia pasti sungguh beruntung saat itu”Balas Luhan.
“Tapi kami hanya dua minggu menjadi kekasih. Karena aku lebih senang bersama Kris Oppa ketimbang dirinya”Jawab Luna.
“Dia cemburu?”Tanya Luna.
“Nde”Jawab Luna.
Luna menguap.
“Apa kau mengantuk?”Tanya Luhan.
“Sedikit”Jawab Luna.
“Rebahkan kepalamu disini”Balas Luhan sambil menepuk pangkuannya.
Luna merebahkan kepala di pangkuan Luhan.
“Luhan”Panggil Luna.
“Ne?”Tanya Luhan.
“Apa alasanmu bisa mencintaiku?”Tanya Luna.
“Aku menyukaimu, pertama karena bola matamu, kedua karena kau sangat indah sehingga membuatku ingin selalu menatapmu. Tapi aku mencintaimu tanpa alasan. Bukan karena kau adik Presdir, kau cantik, kau…”
“Araaaa”Jawab Luna.
“Lalu, apa yang membuatmu mencintaiku?”Tanya Luhan.
“Karena kau membuatku nyaman, dan kehangatanmu yang selalu membuatku ingin berada denganmu. Lalu, senyummu yang pertama kali membuatku menyukaimu, lalu terhipnotis”Jawab Luna.
“Jadi kau mencintaiku karena terhipnotis?”Tanya Luhan.
“A..aniii… “Jawab Luna.
“Lalu, kau juga bilang kalau mataku seperti bulan purnama kan?”Tanya Luna.
“Mwo? Kau tahu darimana?”Tanya Luhan kaget.
Luna bangkit dari pangkuan Luhan.
“Ya! Kau juga gugup saat ku tatap seperti ini kan?”Tanya Luna sambil mendekatkan wajahnya ke Luhan dan mengedipkan matanya.
Seketika Luhan gugup.
“Jangan lakukan itu, hentikan”Pinta Luhan.
Lalu Luhan mengenggam tangan Luna dan tersenyum manis padanya.
Luna terpaku.
“Ya! Kau mau membalasku?”Tanya Luna.
“Ani hahaha”Jawab Luhan.
“Aku ingin tidur”Kata Luna.
Luna merebahkan kepalanya lagi di pangkuan Luhan. Luhan membelai kepala Luna.
10 menit kemudian, Luna sudah tak bersuara.
“Luna”Panggil Luhan tapi Luna telah tertidur.
“Cepat sekali dia tertidur”Kata Luhan.
Luhan menunggu 15 menit agar Luna tertidur nyenyak. Kemudian dia mengangkat kepala Luna sekitar 5 cm dari pangkuannya. Luhan berpindah dan meletakkan bantal sofa di bawah kepala Luna. Luhan berdiri dan memandang Luna.
Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku membawanya ke kamar? Tanya Luhan dalam hati.
Ani… nanti dia terbangun jika kugendong. Sebaiknya kuambilkan selimut. Katanya lagi.
Luhan masuk ke kamarnya dan kembali dengan membawa selimut. Lalu menyelimuti Luna. Luhan menggeser meja sedikit menjauh dengan tanpa suara. Kemudian ia duduk di lantai di depan Luna. Tujuannya adalah untuk memandangi Luna yang sedang tertidur.
Luhan tersenyum.
Dia sangat cantik kan? Katanya dalam hati.
Lalu mengangkat jari telunjuknya dan mendekatkannya pada wajah Luna. Luhan menggerakkan telunjuknya mengikuti pola wajah Luna. Sekitar 2 cm dari wajah Luna, Luhan menggambar wajah Luna diudara. Dari mulai kening, alis, mata, hidung, kemudian berhenti di bibir Luna.
Luhan mendekatkan wajahnya, dan mengecup Luna yang sedang tertidur. Setelah itu ia menjauh dan membelai pipi Luna.
Satu jam kemudian,
Luhan juga tertidur dengan kepala bersandar di sofa, dan wajah yang berhadapan dengan wajah Luna. Kaki Luhan ditekuk dan satu tangan mengenggam tangan Luna.
Tak lama, Luna sedikit menggerakkan badannya. Kemudian perlahan membuka matanya. Yang pertama ia lihat adalah Luhan yang tertidur layaknya anak kecil yang tak berdosa.
Mengapa dia tidur di lantai? Aku harus bagaimana? Kata Luna dalam hati.
Luna hendak bangun, namun tangan kanannya digenggam Luhan dengan erat, sehingga tak mudah melepaskannya.
Jika aku melepaskannya, nanti dia terbangun. Sebaiknya aku tetap disini.Kata Luna dalam hati.
Luna merebahkan kepalanya kembali. Ia menatap Luhan yang sedang tertidur.
Jadi seperti ini saat ia sedang tidur. Kata Luna dalam hati sambil tersenyum.
Kemudian ia mendekatkan tangan kirinya. Menyentuh pipi Luhan dengan jari telunjuknya. Begitu pula kening, hidung, mata. Lalu Luna menggerakkan tangannya pada bibir Luhan, mengikuti garis bibirnya.
Namun Luhan menggerakan matanya dan ia terbangun.
“Aku sudah membangunkanmu, mianhae”Kata Luna.
“Padahal aku baru mulai bermimpi”Jawab Luna.
“Mianhae. Tapi kenapa kau tidur di lantai? Aku tak mau kau kedinginan”Balas Luna.
“Apalagi kalau bukan untuk memandangmu saat kau tertidur, dan untuk menjagamu”Jawab Luhan.
Kemudian Luhan menaruh dagunya ke sofa dan tersenyum di depan wajah Luna.
“Selalu seperti itu jawabanmu”Balas Luna.
“Kau tidak suka?”Tanya Luhan.
“Itu membuatku merinding”Jawab Luna.
Luhan mencium mata Luna. Luna tersenyum.
Kemudian Hanphone Luhan berdering.
“Aisshh, menganggu saja”Katanya lalu melihat handphonnya.
Luna tertawa.
Ternyata sebuah pesan.
“Luna, apa kau mau pergi ke danau? Akan ada festival kembang api disana”Kata Luhan.
“Ini kan hari sabtu, bukankah biasanya menerbangkan Lentera Harapan disana?”Tanya Luna.
“Tak tahu, aku kenal seorang pegawai disana. Dia mengirimiku pesan akan ada festival kembang api jam 7 malam nanti”Jawab Luhan.
“Kalau begitu, ayo kita kesana”Pinta Luna.
Luhan melihat jam ditangannya. Jarum jam menunjukkan pukul 17:00.
“45 menit lagi kita berangkat”Kata Luhan.
“Arasseo”Jawab Luna.
40 menit kemudian, Luna menunggu Luhan yang sedang bersiap di kamar.
“Luhan, ayo cepat. Nanti kita tejebak macet”Teriak Luna dari ruang tamu.
Luhan berlari menghampirinya.
“Kita tidak akan terjebak macet karena kita naik motor. Tapi kau harus memakai ini”Jawab Luhan lalu memakaikan jaket berwarna hitam pada Luna dan membuat Luna sedikit gugup.
“Kajja”Ajak Luhan setelah selesai memakai jaket.
Mereka pun menuju tempat dimana motor Luhan terparkir. Luhan naik dan diikuti Luna. Setelah memakai helm, Luna berpegangan tapi lebih tepatnya memeluk Luhan dengan erat.
“Ya! Kau membuatku sedikit sesak”Kata Luhan.
“Mianhae”Jawab Luna lalu memindahkan tangannya ke pinggang dan tidak memeluk Luhan lagi.
“Aku hanya bercanda”Balas Luhan lalu mengembalikan posisi tangan Luna ke tempat semula.
Mereka pun berangkat menuju Danau yang biasa mereka kunjungi. Setelah sampai, Luna heran dengan pintu masuk yang ia lewati. Sepertinya Luhan masuk ke area yang berbeda dari biasanya mereka ke sana. Setelah mereka memarkir motor,
“Kita kesana dulu”Kata Luhan.
“Kenapa?”Tanya Luna.
“Aku ingin membeli bubble tea dulu. Sudah lama aku tidak membelinya”Jawab Luhan.
Kemudian ia menggandeng tangan Luna menuju penjual Buble Tea langganannya.
“Anyeonghaseyo Ahjumma, buatkan dua Bubble Tea untukku”Kata Luhan pada Ahjumma penjual Bubble Tea.
“Arasseo”Jawabnya lalu mulai membuatkan apa yang Luhan pesan.
“Ya! Sudah lama kau tak kesini, sekarang kau sudah punya kekasih”Kata Ahjumma itu sambil melirik ke arah Luna.
Luna tersenyum.
“Mianhae Ahjumma. Aku sibuk belakangan ini. Kenalkan dia kekasihku”Jawab Luhan.
“Anyeonghaseyo, Choi Luna imnida”Sapa Luna ramah.
“Kau cantik sekali”Jawab Ahjumma.
“Benar kan dia cantik?”Tanya Luhan.
Yang dipuji hanya tersenyum malu.
“Ini sudah selesai”Kata Ahjumma sambil memberikan dua Bubbl e Tea.
“Kamsahamnida”Jawab Luhan lalu menyerahkan uang.
“Sering-sering ajak kekasihmu ke sini”Kata Ahjumma.
“Itu pasti Ahjumma”Jawab Luhan.
Kemudian Luhan dan Luna menuju ke pinggir danau.
“Kau suka ini?”Tanya Luna sambil memandangi Bubble Tea yang ada di tangannya.
“Sangat suka”Jawab Luhan.
Kalau begitu aku akan mencari tahu cara membuatnya. Kata Luna dalam hati.
“Ya! Bukankah ini bukan tempat yang biasa kita datangi?”Tanya Luna sambil melihat kesekeliling yang hanya sedikit orang.
“Ini sama Danau yang biasa kita kunjungi. Tapi hanya berbeda area. Sepertinya dari sini kembang apinya akan terlihat lebih indah”Jawab Luhan lalu melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul 18:50. Lalu mereka duduk di pinggir Danau.
“Disini juga tempatnya sepi, jadi tidak ada yang bisa menganggu kita”Lanjut Luhan dengan sedikit berbisik.
“Ya! Memang apa yang mau kau lakukan kalau sepi?”Tanya Luna
“Ya! Kau sedang berpikir yang bukan-bukan pasti”Jawab Luhan lalu tertawa.
Luna meminum Bubble Teanya.
“Luhan”Panggil Luna.
“Apa kau tidak berniat memanggilku Oppa atau….. Chagiya?”Tanya Luhan.
“Jadi kau ingin aku memanggilmu Oppaaaaa”Balas Luna sambil mempraktekan cara memanggilnya sama seperti memanggil kedua kakaknya.
“Atau Chagiya…. Ya! Chagiyaaaa”Lanjut Luna, kali ini dengan nada suara yang sangat manja dan berlebihan.
“Ya! Lunaku tidak seperti itu. Itu terdengar seperti Noona Noona”Jawab Luhan.
“Kupikir kau menyukai Noona Noona”Balas Luna.
“Ani, Noona itu agresif. Aku tidak menyukai wanita seperti itu”Jawab Luhan.
Luna tertawa.
“Lalu kau memangnya mau memanggilku apa?”Tanya Luna.
“Hemmmm…. Moon…nie?”Tanya Luhan.
“Moonnie?”Balas Luna.
“Karena matamu yang seperti bulan, maksudku lebih indah dari bulan”Jawab Luhan.
“Geurae”Kata Luna sambil mengangguk.
“Lalu kau mau memanggilku apa jadinya?”Tanya Luhan sambil memandangi Luna.
“Ehmm… Lu..Han.. Lu..Han..Nie? Hannie…..”
Tanpa satu dua tiga Luhan mengecup bibir Luna. Luna terkejut. Luhan memejamkan matanya. Sementara Luna tidak bergerak, ia terpaku, dan hanya bisa mengedipkan matanya.
Lalu terdengar bunyi kembang api. Luhan melepas kecupannya dan melihat kembang api. Namun Luna masih diam terpaku.
“Ya! Luna… Moonnie.. Kau tidak apa-apa?”Tanya Luhan sambil membelai pipi kekasihnya itu.
Perlahan Luna telah tersadar.
“Mianhae, aku menciummu tanpa izin”Kata Luhan.
“Aniyo”Jawab Luna.
“Lalu kenapa kau begitu?”Tanya Luhan.
Luna hendak membisikkan sesuatu.
“My first kiss”Bisiknya dan membuat Luhan tertawa.
“Ya! Kenapa kau tertawa? Bukankah itu juga yang pertama untukmu? Seharusnya jika aku cinta pertamamu berarti itu juga yang pertama”Lanjut Luna.
“Itu bukan, my first kiss”Jawab Luhan juga dengan bisikan.
“Ya! Lalu dengan siapa?”Tanya Luna kesal lalu memukul Luhan.
“Kenapa kau memukulku?”Tanya Luhan sambil mengelus tempat yang Luna pukul.
“Kata Eommanim aku harus memukulmu jika kau macam-macam”Jawab Luna dengan muka cemburut namun sangat lucu ekspresinya.
“Moonnie… kau cemburu? Tenang itu bukan dengan gadis lain”Jawab Luhan.
“Lalu dengan siapa? Kapaaaan?”Tanya Luna.
Denganmu, saat kau tertidur tadi. Kata Luhan dalam hati.
“Hannie… jawab aku. Kenapa kau hanya tersenyum?”Tanya Luna.
“Itu coba kau lihat kembang apinya. Sangat cantik bukan?”Tanya Luhan.
Luna mengalihkan pandangannya pada kembang api yang bertaburan di langit malam.
“Ini bukan yang pertama juga untukmu”Bisik Luhan.
“My First Kiss…. itu denganmu. Tapi bukan disini”Bisiknya lagi.
Luna berpikir, kemudian ia tersenyum. Tidak mempermasalahkannya lagi.
Mereka pun menikmati indahnya langit dengan kembang api yang cantik dan menyala-nyala. Seperti cinta mereka yang saat itu sedang meledak diangkasa. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.