Hari sabtu pagi pukul 08:00 Luna sudah rapih dan telah selesai menyiapkan sarapan. Seung Hyun dan Kris yang baru keluar kamar terkejut.
“Kau mau kemana? Ini hari sabtu, tidak biasanya kau sudah cantik seperti itu”Kata Seung Hyun lalu duduk di meja makan.
“Aku tahu Hyung, pasti dia ingin menemui Manager Xi”Balas Kris.
“Yap, That’s right. Aku ingin ke Apartementnya”Jawab Luna.
“Tapi ini masih pagi”Kata Seung Hyun.
“Araaa… nanti aku akan pergi ke pasar tradisional dulu untuk berbelanja. Karena bahan makanan di rumah kita sudah menipis”Jawab Luna.
“Kau pergi diantar Kris”Kata Seung Hyun.
“Shiro.. Kris Oppa kalau mandi dua jam. Aku malas menunggunya”Jawab Luna.
“Ya! Tidak separah itu. Yasudah, aku tidak perlu mandi”Balas Kris.
“Ani, nanti kau bau. Mandi saja dulu, tapi hanya 15 menit. Ani, 10 menit”Jawab Luna.
“Ya! Itu tidak cukup untukku”Balas Kris.
“Itu harus cukup”Balas Luna.
“Ani”Jawab Kris.
“Yasudah aku pergi sendiri”Balas Luna.
“Apa-apaan ini, sudah makan saja dulu. Bertengkar di meja makan itu tidak baik”Omel Seung Hyun.
Mereka pun sarapan bersama. Setelah itu, berdasarkan keputusan yang Seung Hyun buat, Kris harus mandi 20 menit sementara Luna harus menunggu. Kris dan Luna terpaksa menuruti perintah kakaknya itu.
20 menit kemudian, Kris keluar kamar.
“Kau ini lama sekali, ini lebih dari 20 menit”Omel Luna.
Kris tertawa.
“Sudah jangan banyak protes, kajja”Jawab Kris.
Luna memukul lengan Kris.
“Aku berangkat Oppa”Teriak Luna pada Seung Hyun yang sedang membaca Koran di ruang keluarga.
“Hati-hati”Jawab Seung Hyun.
Kris melajukan mobilnya ke pasar tradisional. Di perjalanan, Luna mengirimkan Luhan sebuah pesan.
Apa kau sudah bangun?
Lalu Luna memperhatikan Kris.
“Ya! Kenapa kau memandangiku?”Tanya Kris.
“Oppa, kulitmu lebih putih dariku”Jawab Luna sambil mensejajarkan tangannya dengan Kris yang sedang menyetir.
“Itu karena aku malas keluar rumah saat di China”Jawab KKris.
“Wae?”Tanya Luna.
“Itu kan semakin membuatmu kesepian”Lanjut Luna.
“Jika aku bermain juga aku merasa kesepian. Makanya lebih baik aku dirumah”Jawab Kris.
“Aku tak bisa membayangkannya. Kau disana tinggal dirumah ibumu?”Tanya Luna.
“Nde”Jawab Kris.
“Kau tinggal dengan siapa?”Tanya Luna.
“Bibiku”Jawab Kris.
Mereka terus berbincang sampai tiba di tempat tujuan. Kris menemani Luna yang tampak piawai dalam memilih bahan makanan dan juga pintar menawar harga. Sekitar satu jam Luna berkeliling memutari pasar, dan itu membuat Kris sangat bosan karena harus membawakan belanjaan yang Luna beli.
“Apa kau tidak lelah? Ini sudah banyak sekali”Kata Kris sambil memperlihatkan 4 kantong plastik ukuran sedang.
“Apa kau lelah?”Tanya Luna balik.
“Menurutmu?”Balas Kris.
“Arasseo, ayo kita pergi”Jawab Luna.
Setelah masuk mobil.
“Banyak sekali yang kau beli”Kata Kris lalu menyalakan mobilnya dan menginjak gas menuju Apartement Luhan.
“Tiga kantong untuk di rumah, satu kantong untuk Luhan”Jawab Luna.
“Aisshh kau sangat perhatian sekali dengannya”Balas Kris.
Luna ingat dia tadi mengirim Luhan pesan. Lalu ia mengambil handphone dari dalam tas cokelatnya. Namun, belum ada balasan dari Luhan.
“Kemana dia? Apa belum bangun?”Gumam Luna.
“Wae?”Tanya Kris.
“Aku mengirimkan pesan tapi belum dibalas”Jawab Luna.
“Mungkin dia sedang pergi dengan yang lain”Balas Kris.
“Ya! Jangan bicara seperti itu”Omel Luna sambil memukul pundak Kris.
“Aigooo… sakit sekali. Aku hanya bercanda”Jawab Kris dengan satu tangan yang mengelus pundak yang Luna pukul.
Sekitar 15 menit kemudian, mereka sampai di depan gedung Apartement Luhan.
“Mau aku antar sampai atas?”Tanya Kris.
“Aniyo”Jawab Luna yang mengambil satu kantong plastik berisi makanan di pintu belakang.
“Baiklah, hati-hati. Jangan pulang malam. Kalau ingin dijemput, hubungi aku”Balas Kris.
“Araaaa….”Jawab Luna.
Luna melambaikan tangan kanannya, Kris kembali ke rumah. Luna berjalan memasuki gedung dan menaiki lift. Dia mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Luhan.
Telpon pertama……. Tut….. tuuuut…. Tuuut… tuuuut…. Tuuut…. Maaf, nomer yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan.
Luna mencobanya lagi,
Tut….. tuuuut…. Tuuut… tuuuut…. Tuuut…. Maaf, nomer yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan.
“Ya! Kemana orang ini”Luna kesal di dalam lift.
Luna mencoba lagi,
Tut….. tuuuut…. Tuuut… tuuuut…. Tuuut….
“Yeoboseyo”Kata Luhan dengan suara yang sedikit terdengar sambil menguap.
“Apa kau baru bangun?”Tanya Luna.
“Omo, Luna? Mianhae, aku baru bangun”Jawab Luhan.
Pintu lift terbuka, Luna berjalan menuju pintu Apartement Luhan.
“Sudah kuduga. Dua kali panggilanku tak kau jawab”Jawab Luna.
“Hehehe. Aku lelah sekali, aku pulang larut dari Hotel”Balas Luhan.
Luna sampai di depan Apartement Luhan.
“Coba lihat ke depan Apartementmu”Pinta Luna.
“Ada apa? Aku belum cuci muka”Jawab Luhan.
“Ada sesuatu. Cepaaat”Pinta Luna.
Tak sampai 10 detik, Luhan membuka pintu.
“Tadaaaaaaaa”Teriak Luna sambil mengangkat plastik yang ia bawa.
Luhan tersenyum dengan wajah dan rambut yang masih berantakan.
“Kau benar-benar baru bangun”Kata Luna.
Luhan hendak memeluk Luna.
“Stop! Kau belum mandi”Cegah Luna, lalu ia masuk ke dalam.
“Kau harusnya menelponku dulu, biar kujemput”Balas Luhan.
“Aku ingin memberimu kejutan. Cepat mandi, kau pasti belum sarapan. Akan ku buatkan untukmu”Jawab Luna.
“Kau ini. Tunggu sebentar, aku mandi sebentar”Balas Luhan lalu berlari menuju kamar mandi.
Dia memang yang paling istimewa. Dia menjadi orang pertama yang kulihat hari ini. Setiap hari juga hanya dia yang ingin ku lihat pertama kali. Walaupun hanya dari foto yang ada di handphoneku.
Luna membereskan bahan makanan yang ia beli. Memasukkannya ke dalam lemari es, dan sebagian ia taruh di dekat wastafel untuk di cuci. Ia melakukannya dengan senyuman, tanpa henti.
15 menit kemudian, Luna sedang memotong-motong dan menumis bahan yang ia masak.
“Kau belum selesai?”Tanya Luhan yang sudah selesai mandi.
“Ani”Jawab Luna.
“Aku sudah lapar, aku sudah tak sabar”Balas Luhan lalu duduk di kursi dapur.
“Ya! Kenapa kulkasmu tidak berisi bahan makanan?”Tanya Luna.
“Aku kan tidak bisa memasak. Aku selalu membeli makan diluar”Jawab Luhan kemudian mengutak-atik sebuah kamera.
“Di dalam kulkasmu hanya ada snack dan minuman bersoda. Itu tidak baik jika kau selalu makan itu”Balas Luna.
“Aku ingin membeli, tapi aku tak mengerti bahan makanan satu pun”Jawab Luhan.
“Tapi kalau aku beli, aku juga tak bisa memasak kan”Lanjut Luhan.
“Setidaknya kau punya persediaan. Kalau aku kesini aku kan bisa memasakkannya untukmu”Jawab Luna.
“Baiklah, aku mau kalau begitu. Tapi kau juga menemaniku membelinya”Balas Luhan.
Klik, bunyi kamera. Luhan memfoto Luna yang sedang memasak.
“Ya! Apa yang kau lakukan?”Tanya Luna.
“Memotretmu”Jawab Luhan yang sedang melihat hasil jepretannya.
“Kau harus memberitahuku dulu. Supaya hasilnya lebih bagus”Balas Luna.
“Tanpa berpose pun sudah sangat cantik”Jawab Luhan.
“Kau bisa saja”Balas Luna yang sedang menuangkan masakannya ke piring.
“Apa mau ku bantu?”Tanya Luhan.
“Ani, ini sudah selesai”Jawab Luna.
“Biar aku yang merapikannya di meja makan”Balas Luhan sembari menghampiri Luna dan mengangkat piring yang berisi makanan.
“Baiklah”Balas Luna.
“Aromanya membuatku ingin langsung memakannya”Kata Luhan yang menghirup harum masakan Luna.
Luhan menaruhnya di meja makan, setelah itu ia duduk. Memandangi Luna yang sedang mengambilkan semangkuk nasi untuknya.
Aku beruntung, sangat-sangat beruntung bisa mencintainya. Aku juga beruntung karena dia mencintaiku. Dia yang cantik tanpa perlu menunjukkannya. Benar-benar cantik saat dia melakukan hal apapun. Kata Luhan dalam hati.
“Kau tidak makan?”Tanya Luhan.
“Aku sudah sarapan di rumah. Aku tak akan diizinkan pergi jika belum sarapan”Jawab Luna.
“Kalau begitu jangan menatapku. Nanti aku tersedak”Balas Luhan.
Luna tersenyum.
“Araaaaaa”Jawab Luna.
“Masakanmu enak sekali”Kata Luhan dengan mulut penuh makanan.
“Sudah jangan bicara saat makan”Jawab Luna.
Luna beranjak dari kursinya.
“Jangan kemana-mana. Temani aku dulu”Kata Luhan.
Luna mengambil kamera yang tadi Luhan pakai, kemudian duduk kembali. Luna mengutak-atik kameranya. Klik, Luna memotret Luhan yang sedang makan.
Luhan mencoba protes.
“Habiskan dulu”Kata Luna, lalu tertawa.
Luhan tidak jadi bicara.
Klik, Luna memotret lagi sampai ketiga kalinya.
“Ya! Jangan memotretku”Kata Luhan.
“Wae?”Tanya Luna.
“Aku tidak sepertimu yang terlihat bagus difoto dalam keadaan apapun”Jawab Luhan.
“Aku tidak berkata kau tampan atau bagus. Lihat, ini lucu”Balas Luna yang sedang melihat ke kamera.
Lalu Luna melihat makanan Luhan yang sudah habis.
“Oh, sudah habis”Kata Luna lalu beranjak dari kursinya hendak membereskan piring.
“Aniyo, biar aku saja”Jawab Luhan.
Luna mengangguk.
Kemudian Luhan membawa piring dan gelas itu ke wastafel dan mencucinya. Luna berjalan menuju kamar Luhan.
“Ini kamarmu kan?”Tanya Luna.
“Ne”Jawab Luhan.
“Boleh aku masuk?”Tanya Luna sambil menunjuk ke pintu.
“Silahkan”Jawab Luhan yang sedang mencuci piring.
Luna membuka pintu kamar Luhan dan masuk ke dalam. Tampak sebuah kamar yang sangat rapi untuk ukuran pria. Luna melihat kesekeliling, di sudut ruangan ada koleksi tumpukan rubik yang tertata rapi. Luna mengambil satu lalu ia duduk di tempat tidur Luhan.
Luhan masuk ke kamar,
“Kau orang pertama yang ku izinkan masuk ke kamarku. Sebelumnya tidak pernah kecuali ibuku. Dan hanya kau yang ku izinkan untuk duduk dan mendekati tempat tidurku”Kata Luhan.
“Wae?”Tanya Luna.
“Karena aku sudah menatanya dengan susah payah”Jawab Luhan.
Luna tersenyum lalu mengarahkan pandangannya ke rubik yang ia pegang.
“Kau menyukai permainan ini?”Tanya Luna.
“Aku sangat menyukai rubik”Jawab Luhan.
“Bukankah ini susah?”Tanya Luna.
“Ani”Jawab Luhan.
“Kau ingin aku memainkannya?”Lanjut Luhan.
“Nde”Jawab Luna.
“Coba kau acak sesukamu”Balas Luhan.
Luna mulai mengacak rubik itu, sekitar tiga menit dan rubik itu sudah tidak beraturan.
“Ini”Kata Luna sambil memberikan rubik itu.
“Kau perhatikan ya, dan jangan kagum padaku nanti”Balas Luhan.
Luhan mulai merapikan rubik, Luna memperhatikannya dengan seksama. Dengan gerakan kedua tangannya yang sangat cepat, membuat Luna sedikit bingung. Tak sampai dua menit, rubik itu sudah rapi kembali.
“Wow”Kata Luna.
“Cepat sekali kau merapikannya”Lanjut Luna.
“Sudah kukatakan jangan kagum padaku”Jawab Luhan.
“Aigooo… aku hanya memujimu”Balas Luna.
“Tapi itu sangat sulit untuk merapikannya”Lanjut Luna.
“Kau mau ku ajari? Aku akan memberi tahumu rahasianya nanti. Tapi kau jangan kasih tahu orang lain”Pinta Luhan.
“Wae?”Tanya Luna.
“Karena kau…”
“Orang pertama yang kau beri tahu?”Potong Luna.
Luhan tertawa lalu menggeleng. Luna mengerutkan kening.
“Karena kau orang yang kucintai”Jawab Luhan.
“Ayo keluar”Kata Luhan lalu memegang tangan Luna dan membawanya keluar kamar.
“Kau tidak ingin pergi?”Tanya Luhan.
“Ani, aku sedang malas pergi”Jawab Luna.
“Kalau begitu kita duduk-duduk saja di sini”Balas Luhan lalu duduk di sofa ruang keluarga, diikuti Luna.