Canggung, hanya terdengar suara game yang terdengar dari televisi. Luna ingin membuka suara, tapi ia menahannya sebaik mungkin.
“Nona Choi”Panggil Luhan yang memecah suasana canggung.
“Nde?”Jawab Luna.
“Kau sudah lebih baik?”Tanya Luhan.
“Nde”Jawab Luna gugup dengan pandangan yang masih tertuju pada televisi.
Luhan memegang kening Luna, untuk memeriksanya. Luna mengedip-ngedipkan matanya menahan rasa gugupnya.
“Benar, demammu sudah turun”Kata Luhan.
“Kau belum makan kan? Aku akan menyuapimu”Lanjut Luhan lalu mengambil bubur yang ia bawa tadi.
“A..aniyo Manager Xi. Tidak perlu menyuapiku”Jawab Luna.
“Tidak apa-apa. Kau terus bersandar saja”Balas Luhan sambil mulai mengambil sesendok bubur.
Luna menuruti perkataan Luhan. Terlihat Luna tersenyum karena sikap Luhan itu.
“Aaaaaa”Kata Luhan.
Luna membuka mulutnya dan melahap sesendok bubur yang ada didepan mulutnya.
“Manager Xi, apa kau tidak lelah? Kau bekerja seharian lalu kesini hanya untuk menjengukku?”Tanya Luna.
“Ani, aku hanya mengkhawatirkanmu”Jawab Luhan.
Aku ingin memastikan kau sudah lebih baik, untuk melihatmu, dan menatapmu, kata Luhan dalam hati.
Luna tersenyum.
“Tidak perlu mengkhawatirkanku”Kata Luna.
Tidak bisa, karena aku mencintaimu, kata Luhan dalam hati.
Handphone Luna berdering, telepon dari Kris.
“Yeoboseyo”Kata Luna.
“Selamat bersenang-senang adik manis”Kata Kris.
“Ya! Kau ini”Balas Luna.
“Sedang apa kalian dirumah?”Tanya Kris yang terus menggoda adiknya.
“Apa maksud pertanyaanmu?”Tanya Luna balik.
“Ya! Belikan aku ice cream nanti”Lanjut Luna.
“Aigooo, demammu saja baru turun. Tidak, aku tidak mau membelikannya. Sudah ya”Balas Kris.
“Ya!”
Tut… tut.. tut…. Telepon terputus.
“Orang ini…. Jinjja”Kata Luna.
“Wae?”Tanya Luhan.
“Aniyo”Jawab Luna.
Setelah buburnya habis, Luna mengganti channel tv yang masih game ke acara tv lain. Agar suasana lebih ramai, sekaligus menghilangkan perasaan berdebar Luna.
Luhan menatap Luna sedari tadi. Luna yang menyadarinya, tidak tahu harus berbuat apa, selain menyembunyikan salah tingkahnya dengan pandangan tetap menuju televisi.
Tapi sayangnya Luna tak bisa menahannya lebih lama lagi. Luna tersenyum dan mengarahkan pandangannya ke Luhan.
“Wae? Mengapa kau menatapku?”Tanya Luna.
“Mianhae, apa kau terganggu?”Tanya Luhan.
“Ani, hanya aku jadi merasa tidak enak, kau melihatku seperti melihat superstar”Jawab Luna.
Luhan tersenyum, kemudian mengambil sesuatu di dalam tas kerjanya. Sebuah syal berwarna pink. Lalu ia melingkarkannya di leher Luna. Luna membuka mulutnya ingin mengucapkan sebuah kata.
“Tidak usah protes, supaya kau lebih hangat”Kata Luhan sambil merapikan syal yang melilit leher Luna.
“Gomawo”Jawab Luna.
Apa kau tahu? Berada disampingmu sudah membuat diriku sangat nyaman dan lebih hangat. Dan senyummu yang selalu kau berikan, aku takut terhipnotis lebih dalam lagi. Gumam Luna dalam hati sambil menatap Luhan.
“Manager Xi”Panggil Luna.
“Jangan panggil aku seperti itu, kita tidak sedang berada di Hotel”Balas Luhan.
“Nde, Luhan”Kata Luna.
“Ye?”Balas Luhan.
“Apa kau mau menemaniku besok ke suatu tempat?”Tanya Luna.
“Kemana?”Tanya Luhan.
“Aku ingin mengunjungi makam orang tuaku”Jawab Luna.
“Sudah lama aku tidak kesana, aku merindukan mereka”Lanjutnya.
“Aku akan menemanimu besok”Jawab Luhan.
“Aku akan menemuimu di Hotel sehabis makan siang”Balas Luna.
“Tidak perlu, aku yang akan menjemputmu”Balas Luhan.
“Aniyooo… makam lebih dekat dari Hotel. Supaya lebih cepat. Nde?”Jawab Luna lalu mengedipkan kedua matanya.
Melihat kedipan mata Luna, Luhan mengalihkan pandangannya, dia gugup.
“Baiklah, aku akan menunggumu di Hotel”Jawab Luhan.
Luna mengangguk dan tersenyum, membuat Luhan semakin gugup.
Apa yang dia lakukan? Menatapku dan tersenyum seperti itu, membuatku menjadi tak berani menatapnya. Kata Luhan dalam hati.
Luna heran melihat tingkah Luhan, lalu mengarahkan pandangannya kembali ke televisi.
Luhan memandangi Luna lagi.
Aku hanya ingin menatapmu, jadi kau tidak perlu menatapku juga. Karena itu membuatku lebih mencintaimu lagi. Apa kau juga mencintaiku, seseorang yang lebih indah dari bintang dan lebih terang dari bulan purnama? Kata Luhan dalam hati.