Jiyeon mengerjapkan matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia merasakanpegal dan kaku di seluruh tubuhnya. Bahkan ia tidak bisa menggerakkan tangannya sama sekali. ’Apa aku sudah lumpuh?’ batinnya. Kepalanya juga sedikit pusing. Jiyeon menegakkan kepalanya untuk melihat sekeliling. ’Dimana aku?’ Itulah yang ada di benak Jiyeon saat ini. Sepertinya ini adalah sebuah kamar. Kamar yang sangat mewah menurutku. Jiyeon mencoba mengeluarkan suaranya. Tapi nihil, yang keluar hanya gumaman tak jelas. Tentu saja, karena mulut Jiyeon tengah tertutup dengan sebuah selotip hitam yang besar. Jiyeon mengedarkan matanya untuk mengamati tubuhnya sendiri. Ia menyadari sekarang tengah duduk di sebuah kursi dengan kedua tangan yang terikat dibagian belakang kursi. Begitu juga dengan kedua kaki nya yang tidak bisa bergerak sama sekali. Jiyeon lelah berusaha mencoba melepaskan diri. Kembali Jiyeon mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan, mungkin saja ada yang bisa ia gunakan untuk melepaskan diri. Jiyeon terpaku saat melihat seseorang yang tengah terbaring dengan beberapa selang menancap di tubuhnya. Jiyeon memicingkan matanya agar bisa melihat lebih jelas sosok itu. Ia yakin sosok itu adalah namja. Wajahnya tidak asing bagi Jiyeon, omoo!! Bukankan itu Gikwang—Lee Gikwang. Terakhir kali Jiyeon bertemu dengannya 1 tahun lalu saat kompetisi Taekwondo antar klub.
***
Pagi ini mendung menyelimuti kota Seoul, dengan nafas memburu Siwon masuk ke kelas karena ia sudah terlambat akibat perdebatannya dengan Kyuhyun. Tapi dari raut wajahnya tersirat kekhawatiran karena sejak tadi ia tidak bisa menghubungi Jiyeon dan semakin khawatirlah ia saat di kelas pun ia tidak melihat yeoja yang mulai di cintainya itu. Perasaannya mengatakan terjadi sesuatu dengan Jiyeon.
Jam istirahat tiba, Siwon tidak sabar untuk mengintrogasi ke dua chingu Jiyeon, siapa lagi kalau bukan Shinhye dan Suzy. Mungkin saja mereka tahu dimana Jiyeon saat ini.
“Shinhye-a, Jiyeon oddiya?” tanya Siwon.
”Mulla, mungkin saja penyakit malasnya sedang kambuh. Kau seperti tidak tau dia saja.” jawab Shinhye.
”Tidak mungkin, tadi pagi dia sangat bersemangat sekali mengajakku sekolah. Aku pergi bersama-sama dengannya. Tapi ada sedikit masalah di tengah jalan, jadi dia pergi duluan.”
“Apa terjadi sesuatu padanya?” tanya Suzy.
“Nado mulla, makanya aku bertanya pada kalian.”
“Kau sudah menghubungi ponselnya?” tanya Shinhye
“Sudah, tapi tidak aktif.”
“Mungkin dia kembali ke rumah. Aku hubungi saja telepon rumahnya.” kata Suzy sambil mengeluarkan ponselnya.
” ”
”Ahjumma, bisakah aku berbicara dengan Jiyeon?”
” ”
”Jinjja?”
” ”
”Eoh, geure. Khamsahamida.”
”Eotte?” tanya Siwon
”Jiyeon tidak ada di rumah. Katanya dia sudah pergi kesekolah denganmu. Kau menginap di rumah Jiyeon ya?”
”Oeh, itu—, sudahlah dia memintaku menemaninya tadi malam.”
”Kau benar-benar berpacaran dengannya?” tanya Shinhye.
”Ani. Kalian tidak tau kan, selama ini Jiyeon mendapat teror. Kalian ingat kejadian di loker waktu itu?”
”Ne”
Lalu Siwon menceritakan kejadian teror tadi malam. Kedua yeoja itu bergidik ngeri dan juga mengkhawatirkan Jiyeon.
”Geurom, kejadian apa lagi yang membuat kalian terpisah? Bukankah kau pergi bersamanya tadi pagi?” tanya Suzy.
“Tadi di tengah jalan kami melihat Kyu—, ah matta!!” Siwon melesat pergi meninggalkan dua yeoja itu yang saling memandang dengan tatapan bingung.
Siwon mencari Kyu ke kelasnya. ”Kyu, kau tau dimana Jiyeon?”
”Wae? Dia di sini kan?” tanya Kyu dengan gaya cool nya.
“Kalau dia disini aku tidak perlu bertanya padamu?”
“Mulla. Waegere?”
“Dia hilang.”
“MWOO!!!”
“Ponselnya tidak aktif.”
“Yaaa!!! Jiyeon kecelakaan!!! Ayo kita lihat beritanya di tv kantin!!!” teriak seorang hakseng dengan kepala menyembul di balik pintu. Semua murid di kelas Kyu berhamburan keluar kelas menuju kantin. Tidak terkecuali, Siwon dan Kyu yang tengah cengo(?) mendengar berita barusan.
Terlihat di tv seorang reporter tengah memberitakan telah terjadi sebuah kecelakaan mobil berwarna biru metalik yang jatuh ke dalam jurang. Tapi korban belum di temukan, yang ada hanya tas korban yang berisi identitas dan ponsel milik korban yang di yakini bernama ”Park Jiyeon”. Siwon dan Kyu sama-sama menggeleng keras mendengar berita ini.
Siwon meneliti tempat lokasi kejadian. TKP cukup jauh dari sekolah dan rumah Jiyeon. Lagipula untuk apa Jiyeon ke daerah itu, padahal jelas-jelas tadi pagi Jiyeon sangat bersemangat ke sekolah.
”Apa kau berpikiran sama dengan ku?” tanya Siwon yang tau kalau sejak tadi Kyu tengah melihatnya dengan wajah penuh tanda tanya.
”Ne, aku merasa aneh.”
”Aku yakin Jiyeon masih hidup.” ujar Siwon
”Tentu saja!! dia tidak mungkin mati semudah itu!!” kata Kyu dengan nada tinggi.
Kyu mengeluarkan ponselnya, ia menelepon seseorang.
”Ahjussi, Jiyeon dimana?”
” ”
”Mwo!!! Aish!!! Percuma saja aku membayarmu mahal!!”
” ”
”Ne, kau benar. Aku perintahkan kau segera mencarinya. Kau sudah mendengar beritanya bukan?”
” ”
”Baiklah, aku tunggu kabar secepatnya.”
#Biip..
”Aishh!!” Kyu menggerutu kesal. Lalu menatap Siwon dengan kesal. ”Ini semua karena mu”
”Mworago?!”
”Ne, no taemune. Kalau saja kau tidak muncul secara tiba-tiba tadi pagi. Semua ini tidak akan terjadi.”
”Baiklah, semua ini memang salahku tapi akibat kepaboan mu juga.”
”Yakk!! Noo!!”
”Kau sudah tau sejak lama ada peneror. Keunde, apa yang kau lakukan, oeh? Seharusnya kau memberitahukan itu. Jangan menyimpannya sendiri, sekarang semua sudah terjadi.”
Kyu terpaku, ucapan Siwon ada benarnya. Dia merutuki dirinya yang bodoh.
“Geure, jigeum uri eottekeh?”
“Kita ke kantor polisi saja. Kau bawa bukti-bukti yang di berikan peneror itu padamu. Kau masih menyimpannya kan?”
”Geuromnyo.”
Tanpa mereka sadari, seseorang menguping percakapan mereka sambil tersenyum sinis.
*****
Rintikan hujan membasahi dedaunan siang itu. Matahari masih enggan menunjukkan wajahnya. Jiyeon masih menatap nanar Gikwang yang terbaring tanpa pergerakan sedikitpun. Yang terdengar hanya mesin pendeteksi jantung yang teletak di meja kecil di samping tempat tidur namja itu. Jiyeon merasa tubuhnya semakin melemah, tenggorokannya yang kering minta di basuh dengan air.
#Ceklek
Secepatnya Jiyeon menolehkan kepalanya ke sumber suara. Seorang namja paruh baya masuk dengan membawa sepiring nasi dan segelas air. Jiyeon mengamati wajah namja itu, dan ia yakin ia tidak mengenal orang itu.
”Ku pikir akan repot mengurusmu seperti kata bos. Ternyata kau lumayan tenang.”
Ahjussi itu melepas selotip yang menutup mulut Jiyeon dengan kasar.
”Nuguyo? Kenapa kau menculik dan membawaku kemari?” tanya Jiyeon.
”Nanti bos yang akan menjelaskan padamu. Kau makanlah dulu.”
”Shiro!! Kau mau meracuniku ya? Dan namja itu— apa yang kalian lakukan padanya? Apa kalian komplotan perdagangan organ tubuh manusia?” tanya Jiyeon bertubi-tubi.
”Hahaha.. khayalanmu terlalu tinggi nona. Tuan muda Gikwang adalah orang yang sangat disayangi bos kami. Jadi buang jauh-jauh pikiran bodohmu itu. Cepat kau makan ini.”
”Yaak!! Ahjussi!! Bagaimana mungkin aku makan dengan tangan terikat seperti ini.”
”Gokjongma, aku akan menyuapimu. Aku harus waspada padamu, kau bisa kabur kapan saja. Aku tidak mau lengah.” ujar ahjussi itu sambil tersenyum yang lebih mirip dengan seringai.
”Arraso, berikan aku minum.” pinta Jiyeon.
Jiyeon seperti menemukan tenaganya kembali setelah selesai makan.
”Dowajuseo!!!” teriaknya. ”Apakah ada yang mendengarku. Tolong aku”
”Hahahah... percuma saja kau berteriak sekeras-kerasnya tidak akan ada orang yang mendengarmu. Disini kedap udara.”
”Yaaak!!! Lee Gikwang. Gikwang-ssi. Irreona!! Pali irrona. Kau mendengarku kan?!! Kau pasti sedang berpura-pura. Cepat bangun dan lepaskan aku.”
”Sudah ku bilang percuma. Kau tahu, Tn Muda Gikwang sedang koma. Sudah setahun dia terbaring disitu.” jelas sang ahjussi.
”Mwo? Maldo andwae!!”
”Yasudah, aku pergi. Bos akan datang beberapa jam lagi. Dan kau bisa langsung bertanya padanya kenapa ia membawamu kemari.”
”Siapa? Siapa bosmu itu? Apa aku mengenalnya?”
”Kau tunggu saja.” Ahjussi itu melenggang pergi dan menutup pintu rapat-rapat.
Jiyeon benar-benar bingung dengan keadaan ini. Jiyeon kembali memanggil Gikwang.
”Gikwang-ssi. Ini semua lelucon kan? Irreona!! Kau dendam padaku sehingga memperlakukan ku seperti ini? Geuronikka, jeongmal mianhaeyo. Palli irreona. Ini aku Park Jiyeon.”
Tubuh itu tetap saja diam, tidak ada reaksi apapun. Jiyeon merasa matanya berat akhirnya jatuh tertidur.
-2 hours later-
Suara pintu berdecit tatkala seorang membuka pintu kamar perlahan. Tampaklah seseorang memakai jubah yang menutupi sedikit wajahnya. Ia juga sedikit menunduk agar wajahnya benar-benar tidak terlihat.
Jiyeon juga menemukan kembali kesadarannya dan mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu. Perlahan orang itu mengeluarkan suaranya.
”Annyeonghaseo Park Jiyeon-ssi.” dan itu adalah suara yeoja.
”Nuguya?” tanya Jiyeon.
”Sebelum aku memberitahukan siapa aku. Aku ingin bertanya padamu. Apa kau mengenal orang itu?” tanya yeoja itu sambil menunjuk ke arah Gikwang.
”Ne. Waeyo?”
”Apa kau tau apa yang terjadi padanya sampai seperti itu?”
”Yaaa. Aku baru melihatnya hari ini setelah 1 tahun tidak bertemu. Tentu saja aku tidak tau.”
”Cihh!!! ITU SEMUA KARENAMU!!!!” teriak sang yeoja berapi-api.
”Mwosun seurriya?”
”Kau ingat kompetisi taekwondo antar klub setahun yang lalu? Dimana Gikwang oppa adalah lawanmu di final. Kau sangat terobsesi sekali ingin menjadi pemenang sampai membuatnya koma seperti ini. Kau memukulnya tanpa ampun. Kau benar-benar yeoja yang tidak punya perasaan.”
”A—aku tidak tau karena itu dia jadi koma. Tidak ada yang memberitahuku tentang kondisinya. Nega jeongmal mullaso. Mianhe.” ucap Jiyeon bergetar, ia berusaha menahan bulir-bulir air yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
”Tidak tau? Kau memang tidak mau tau apapun tentang siapapun. Kau egois!! Aku sangat membencimu Park Jiyeon. Aku akan menyiksamu seperti yang kau lakukan pada Gikwang oppa.”
”Jeongmal mianhe.” Jiyeon mulai terisak.
”Kau tau, sebenarnya aku benci mengatakan ini padamu. Tapi kau harus tau, karena kalau kau mengetahuinya kau akan semakin tau betapa mengerikannya dirimu. Sebenarnya Gikwang oppa bisa mengalahkanmu dalam kompetesi itu. Tapi ia mengalah demi dirimu. Dia tidak tega harus memukulmu. Karena dia—dia mencintaimu.” terang yeoja itu yang sebenarnya dia juga ingin menangis kalau mengingat tentang Gikwang, namja yang diam-diam ia cintai.
Jiyeon membulatkan matanya tidak percaya. ”Maldo andwae!!” ucap Jiyeon.
”Itulah kenyataannya. Tapi orang yang dicintainya malah membuatnya jadi seperti ini. Kau benar-benar iblis Park Jiyeon. Kau membuatnya koma demi ambisimu. Atau memang hobimu adalah menindas orang?”
”Mianhe” hanya itu yang bisa Jiyeon ucapkan. Jiyeon sangat menyesalinya. Dia menyesal pernah menjadi yeoja yang sangat jahat di masa lalu.
”Maaf mu tidak ada gunanya lagi. Apa maafmu bisa menyadarkan Gikwang oppa, eoh?!”
”Baiklah, kau bunuh saja aku kalau itu bisa membuatmu senang.”
”Ne, aku akan membunuhmu. Tapi secara perlahan-lahan.” ucapnya sambil menjambak rambut Jiyeon. ”Aku akan menyiksamu. Sampai kau menyesal karena telah lahir di dunia ini. Dan ini hadiah sebelum aku pergi.”
#PLAKK!!!
Yeoja itu menampar Jiyeon dengan sekuat tenaga.
”Chankaman!” tahan Jiyeon saat yeoja itu tengah memegang kenop pintu.
”Wae?”
”Kau belum memberitahukan aku siapa dirimu.”
”Aku adalah—” yeoja itu menyingkap penutup kepalanya.
”Noo!!”
”Ne, ini aku. Kau terkejut?”
”Kenapa kau lakukan ini padaku?”
”Karena aku mencintai Gikwang oppa, walaupun kedua eomma kami adalah kakak adik. Tapi dia malah menyukaimu. Keude, nega gwenchanna. Kalau dia bahagia aku juga bahagia. Tapi apa yang terjadi, kau malah membuatnya seperti ini. Dan karena mu juga Imeo stress melihat Gikwang oppa yang tidak sadar-sadar. Padahal kami sudah membawanya berobat kemana-mana tetap saja hasilnya nihil. Jadi, aku bertekad membalasmu Park Jiyeon. Aku juga akan membuat mu menderita seperti yang telah kau lakukan pada keluarga kami.”
”Jadi, kau sengaja pindah ke sekolahku?”
”Ne, supaya aku lebih mudah mengintaimu. Kau tahu, aku sengaja mendekati Kyuhyun untuk menghancurkan dirimu. Tapi tidak ada gunanya, dia masih mencintaimu. Dan itu membuatku lebih sakit, mungkin aku sudah benar-benar menyukai Kyu. Kenapa harus kau Jiyeon? Kenapa kau selalu merebut orang-orang yang ku cintai? Dan terakhir kau juga mengambil Siwon sahabatku. Aku jadi semakin membencimu.”
Yeoja yang ternyata Hyosung itu membuka pintu dengan kasar dan membantingnya. Tinggallah Jiyeon yang masih shock mendengar semua penjelasan Hyosung. Aku pantas mati, batin Jiyeon. Jiyeon menatap nanar Gikwang yang masih anteng di kasur empuknya. ”Lee Gikwang-ssi. Mianhaeyo. Jeongmal mianhe.” ucap Jiyeon terisak. Air matanya tidak berhenti mengalir membasahi pipinya.
Secara perlahan Gikwang menggerakkan jari tangannya tanpa di sadari Jiyeon. Gikwang juga berusaha mengeluarkan suaranya dengan susah payah.
”Ji—ji—yeon”
”Oeh” ucap Jiyeon.
”Gikwang-ssi. Kau sudah sadar?” tanya Jiyeon.
”Ji—jiyeon-a”
”Ne, ini aku Jiyeon. Terima kasih Tuhan kau sudah menyadarkannya.” ucap Jiyeon dengan mata berbinar. Tapi tetap air matanya tidak berhenti mengalir. Jiyeon ingin sekali mendekat ke Gikwang, tapi apa daya. Tali-tali itu masih mengikatnya dengan rapi. Akhirnya Jiyeon menghentak-hentakkan tubuhnya, kursi pun oleng kesamping. Dari bawah Jiyeon melihat ada serpihan kaca yang tidak jauh dari situ. Sekuat tenaga ia menggeser tubuhnya agar mendapatkan kaca itu. Usahanya tidak sia-sia, Jiyeon berhasil melepas ikatan di tangannya, lalu melepas tali yang juga mengikat kakinya.
”Gikwang-ssi” panggil Jiyeon sambil memegang tangan Gikwang.
”Ji—jiyeon-a”
”Ne, ini aku.”
Perlahan Gikwang membuka matanya. “Omoo!!! Kau benar-benar sudah sadar.” Jiyeon semakin terisak dan refleks memeluk Gikwang. Jiyeon melepas pelukannya dan menatap nanar Gikwang. Jiyeon merasa tersentuh dengan pengorbanan Gikwang selama ini. ”Pabo!” ujar Jiyeon dengan posisi masih sedikit membungkuk.
Perlahan Gikwang menggerakkan tangannya menyentuh pipi Jiyeon dan menghapus air matanya. ”Mianhe” ucap Jiyeon. Entah apa yang dibenak Jiyeon, ia malah mendekatkan wajahnya ke wajah Gikwang, melepas selang oksigen yang menempel di hidung Gikwang. Lalu—
FYI: ff ini sudah pernah di publish di akun facebook author & salah satu fp.
Kritik & saran bisa mention ke twitter @IkAsifa248 atau PM via facebook: http://facebook.com/iqha.asifaixa