”Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” teriak Jiyeon setelah membuka lokernya.
Siwon mendatangi Jiyeon. ”Mwoseun iriya, Jiyeon-a?” tanya Siwon.
”Igo” tunjuk Jiyeon ke dalam lokernya.
Ada sebuah boneka yang kepalanya hampir putus, dan di seluruh tubuh boneka itu menempel cicak-cicak mati.
”hahaha.. begini saja kau takut. Mana ke evilan mu itu, eoh?” tawa Siwon.
”Aku benci ke dua benda itu!! Cepat singkirkan dariku” sambil bersembunyi di balik badan Siwon.
”baiklah, Siwon mengambil benda-benda itu dan membuangnya ke tong sampah. Jiyeon masih shock dan tanpa sadar ia malah menitikkan air matanya.
”Aigoo!! Kau menangis?” tanya Siwon.
”A—aniyo” jawab Jiyeon.
”Matamu merah begitu. Mengaku saja.”
”Tadi—ada—debu dimataku. Makanya jadi memerah begini.”
Siwon mengusap air mata Jiyeon yang menempel di pipi dengan kedua ibu jarinya. ”Geurom, ige mwoya?” tanya Siwon yang memberikan bukti otentik(?).
”Itu—itu—”
”Arra. Ullijima.” sambil memeluk Jiyeon.
”Aku takut sekali.”
”Aku tidak menyangka yeoja kuat sepertimu malah takut dengan benda-benda seperti itu.”
”Kau tidak tau phobia? Aku benci boneka dan cicak. Mereka begitu menakutkan dan menjijikkan. Siapa yang melakukan ini padaku?.” ujar Jiyeon.
Di sisi lain Kyu melihat Siwon yang memeluk Jiyeon. Dia benci dengan pemandangan itu. Tapi, Kyu juga berpikir keras siapa yang melakukan ini pada Jiyeon. Ini bukan kali pertama Jiyeon mendapat teror. Kyu heran, kenapa sekarang peneror itu melancarkan aksinya. Padahal Kyu sudah menuruti keinginan si peneror untuk memutuskan hubungannya dengan Jiyeon. Apa si peneror sebenarnya sangat dekat dengan mereka? Itulah pertanyaan yang ada di benak Kyu.
***
Jiyeon pulang dari rumah Shinhye, mereka mengerjakan tugas kelompok. Jiyeon mengendari motornya coz dia lagi malas pake mobil. Tiba-tiba 2 orang preman menghalangi jalan Jiyeon. Dan berusaha menarik paksa Jiyeon, karena Jiyeon terus berontak akhirnya preman satu lagi membekap mulut jiyeon dengan sapu tangan yang terlebih sudah di beri obat bius. Jiyeon pingsan seketika. Tapi, sebelum preman itu berhasil membawa Jiyeon. Beberapa namja berbadan tegap melumpuhkan preman-preman itu. Namja-namja berbadan tegap itu membawa Jiyeon kedalam mobilnya.
Jiyeon samar-samar tersadar, tapi ia diam saja. Dan mendengar suara ”Tuan muda, kami harus membawanya kemana? Yeh, algyeseumnida.”
Jiyeon juga berusaha mengintip wajah orang yang membawanya. Jiyeon diturunkan tidak jauh dari rumahnya. Jiyeon heran, lalu secepatnya berlari kerumahnya.
***
Setiap hari Jiyeon merasa seperti ada orang yang mengikutinya. Ia jadi takut pulang malam. Walau ia bisa taekwondo, tetap saja kalau lawannya banyak ia akan kalah. Mengerjakan tugas kelompok pun sekarang lebih sering dilakukan di rumah Jiyeon.
Shinhye dan Suzy pulang terlebih dahulu. Siwon masih di rumah Jiyeon mengajari tugas itu karena Jiyeon masih belum mengerti. Tiba-tiba lampu padam, gelap gulita. Tapi, Siwon dan Jiyeon yakin ada orang lain di sekitar mereka.
”Ahjumma, ahjussi. Kalian kah itu?” tanya Jiyeon memanggil kedua pembantunya.
Tidak ada jawaban sama sekali.
”Ahjumma, cepat nyalakan lilin!”
Listrik kembali hidup dan— taraa!!! Apa yang ada di hadapan Jiyeon sekarang? Boneka yang berlumuran darah. Jiyeon langsung memeluk Siwon.
”Kajja Jiyeon-a. Kita cari orang ini. Pasti dia belum jauh.” ajak Siwon.
Siwon dan Jiyeon keluar, tapi tidak ada tanda-tanda mencurigakan sama sekali.
”Siwon-a, kajima. Aku takut.” suara Jiyeon bergetar. Sepertinya baru kali ini Siwon melihat yeoja yang biasanya kuat dan evil benar-benar ketakutan seperti itu. Siwon pun sebenarnya tidak tega meninggalkan Jiyeon sendirian.
”Tidak bisakah kau menemaniku dan disampingku saat aku tidur Siwon-a?” pinta Jiyeon.
”Keunde, kau tidak takut kalau aku—”
”Ani. Aku percaya padamu. Geuronikka, jangan khianati kepercayaanku.”
”Ne.”
Siwon tidur di sofa dekat tempat tidur Jiyeon. Listrik kembali padam. Jiyeon histeris, ia takut kejadian tadi terulang lagi.
”Siwon-a!” panggil Jiyeon.
Dengan memakai mata batin(?) Siwon berusaha mendekati tempat tidur Jiyeon. Dan berhasil. Siwon memeluk Jiyeon agar ia tenang.
”Jangan takut, aku disampingmu sekarang. Apa perlu aku mengambil lilin?”
”Aniya. Jangan kemana-mana. Tetap disini. jebal” pinta Jiyeon.
”Baiklah.”
Lama-lama Jiyeon tertidur di pelukan Siwon. Siwon membaringkan Jiyeon perlahan. Listrik kembali menyala dan tidak ada sesuatu yang terjadi. Jadi, Siwon memutuskan kembali ke sofa. Tapi, Jiyeon menarik tangan Siwon. ”tetap di sampingku Siwon-a”
***
Jiyeon membuka matanya perlahan untuk menyesuaikan sinar matahari yang menembus melalui celah jendela kamarnya. Ia sedikit kaget mendapati dirinya tengah memeluk lengan Siwon yang saat ini masih tidur dengan lelapnya. Jiyeon mengamati wajah Siwon. Wajahnya seperti malaikat saat sedang tertidur, gumam Jiyeon. Jiyeon mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Siwon, tapi ia ragu. Lalu mengurungkan niatnya. Jiyeon terus menatap wajah Siwon, mulai dari mata, hidungnya yang mancung, dan bibir. Ya, Jiyeon teringat saat Siwon yang tiba-tiba menciumnya. Jiyeon menarik kedua bibirnya membentuk senyuman yang indah.
”Sudah puas melihatku?” tanya Siwon dengan mata yang masih tertutup.
”Eoh? Kau sudah bangun? Sudah jam berapa ini?” ucap Jiyeon gugup sambil melihat jam weker di meja kecil di samping kasurnya. ”Mwo? Sudah jam 6.30. kajja Siwon-a. Kita bisa terlambat kesekolah.”
Siwon tidak bergeming, sebenarnya ia masih mengantuk sepanjang malam ia terjaga dari tidurnya. Menjaga Jiyeon. ”Ireona Siwon-a. Kita harus sekolah.” panggil Jiyeon lagi. Ia menarik tangan Siwon agar segara bangkit dari tidurnya. Siwon malah menarik kembali tangannya yang membuat Jiyeon jatuh tepat di tubuhnya. Jantung keduanya berdetak cepat. Dan sama-sama salah tingkah. Jiyeon menarik tubuhnya, tapi Siwon malah menahannya dan memeluk Jiyeon dengan erat. ”Saranghae” bisiknya.
Jiyeon bergidik, ”Siwon-a, kau tidak mabuk kan?” tanya Jiyeon. Sejujurnya, Jiyeon mendengar bisikan itu dengan jelas. Tapi, ia tidak yakin. Walau ia tidak bisa menepis, ia senang mendengarnya. Tapi, yang Jiyeon tahu. Siwon mencintai Hyosung.
”Aniya, saranghae Jiyeon-a.” ulang Siwon lagi.
”Ne, nado saranghae chingu-ya. Sudah cepat kau mandi. Badanmu itu bau.”
Siwon melepaskan pelukannya. ’Chingu? Ne, aku hanya chingu baginya. Mana mungkin Jiyeon menyukai namja miskin sepertiku’ Batin Siwon.
Jiyeon dan Siwon pergi bersama-sama ke sekolah. Siwon menggoda Jiyeon yang ketakutan tadi malam. Tiba-tiba Jiyeon menghentikan mobilnya karena melihat namja paruh baya yang waktu itu membawanya ke dalam mobil dan menurunkannya tidak jauh dari rumahnya. Ahjussi itu terlibat perbincangan serius dengan Kyu.
”Wae?” tanya Siwon.
”Aku masih mengenali orang itu. Ahjusi itu yang menurunkanku tidak jauh dari rumahku saat insiden penculikanku.” jelas Jiyeon.
”Penculikan?”
”Ne, beberapa hari yang lalu ada orang yang berusaha menculikku.”
”Jadi, ahjussi itu yang menculikmu?”
”Mulla, memang yang waktu itu ingin membawaku adalah 2 orang preman. Hajiman, saat aku sadar yang aku lihat adalah ahjussi itu. Aku tidak tau siapa dia sebenarnya.”
”Atau jangan-jangan—”
”Mwo?!” Jiyeon memalingkan wajahnya ke Siwon. Siwon malah gugup dan tidak bisa meneruskan kata-katanya. Jiyeon juga merasakan perasaan aneh pada dirinya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Lalu cepat-cepat membuang mukanya dari Siwon.
”Kajja.” Siwon keluar dari mobil Jiyeon. Jiyeon malah masih bingung dan tetap di dalam mobil.
Siwon menghampiri Kyu dan ahjussi itu.
Kyu terkejut dengan kedatangan mereka. Tiba-tiba Siwon melayangkan tinjunya pada Kyu. ”No! ternyata kau yang selama ini meneror dan berusaha menculik Jiyeon.” ucap Siwon.
Melihat situasi yang memanas, akhirnya Jiyeon keluar juga dan menghampiri mereka.
”Mwosseun seurriya?” tanya Kyu.
”Kau jangan pura-pura bodoh. Untuk apa kau melakukan itu, oeh? Apa ayahmu yang memintamu? memang keluarga kalian bisanya menusuk dari belakang.” umpat Siwon.
”Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu Siwon-a. Tapi aku tidak suka kalau kau menghina keluargaku.”
”memang itu kenyataannya. Bahkan appaku meninggal karena ayahmu. Aku benar-benar membenci mu dan seluruh keluargamu Cho Kyuhyun.”
”Ayahku tidak pernah membunuh ayahmu Choi Siwon. Ayahmu kecelakaan karena mabuk”
”Mabuk? Kau pikir karena apa ia harus mabuk-mabukan? Tentu saja karena ayahmu yang sudah merebut perusahaan kami, mengkhianati ayahku.”
”Baiklah, dari dulu aku sudah meminta maaf padamu. Karena masalah ini persahabatan kita jadi hancur.”
”Aku tidak akan pernah memaafkanmu dan ayahmu. Kau hidup mewah dan enak. sementara aku?”
”Kami sudah mendapat balasannya Siwon-a. Selama 2 tahun ayahku terkena stroke. Dia tidak bisa melakukan apapun.”
”Kau pikir aku percaya, eoh?”
”Kyu benar Siwon-a” sambung Jiyeon. ”Aku pernah menjenguk ayahnya yang sakit.”
”Kau membelanya? padahal sudah jelas-jelas dia yang menerormu selama ini. dan ahjussi ini juga yang mau menculikmu kan?” tuding Siwon.
”Mwo? meneror? menculik? No micheoseo?” tanya Kyu.
”Kau jangan mengelak. Jiyeon melihat ahjussi ini saat ia sedang di culik.”
”Kau salah paham Siwon-a. Aku menyewa ahjussi ini untuk melindungi Jiyeon. Jiyeon-a, kalau memang dia menculikmu seharusnya kau tidak ada disini sekarang kan?” tanya Kyu.
”Aku bingung.” ucap Jiyeon.
”Baiklah, aku akan menceritakan semuanya. Jiyeon-a, sebenarnya aku memutuskan hubungan kita karena ada yang mengancam akan menyakiti mu kalau kita tetap berhubungan. dan akhir-akhir ini kau menerim teror kan? aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu makanya aku menyewa bodyguard untuk melindungimu. karena aku tidak bisa standby mengawasimu.”
Jiyeon tertegun mendengar penjelasan Kyu.
”Kau pikir kami percaya dengan penjelasanmu?” cibir Siwon.
Jiyeon semakin bingung dengan situasi ini, ”Kalian teruskan saja perdebatan kalian. Aku mau sekolah.” Jiyeon kembali ke mobilnya.
Jiyeon masih memikirkan kata-kata Kyu tadi, teror, ancaman. Apa selama ini aku benar-benar gadis yang jahat, batin Jiyeon.
Chitttt!!!
Jiyeon mengerem mendadak saat melihat seseorang yang tiba-tiba melintas di depannya. Jiyeon keluar dari mobilnya dan melihat orang yang mungkin saja sudah ia tabrak. Di depan mobilnya terbaring seorang yeoja yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Jiyeon, tapi Jiyeon belum melihat wajahnya karena yeoja itu terbaring kesamping dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya, jiyeon sedikit berjongkok dan menggoyang-goyangkan tubuh yeoja itu.
”yaa!! Ireona. Gwenchanna?” panggil Jiyeon.
Tanpa Jiyeon sadari, seseorang mengendap-endap dibelakangnya dan memukul tengkuknya. Jiyeon pun pingsan.
*****
Saat sadar Jiyeon berada di sebuah ruangan yang cukup mewah. Sepertinya ini kamar. Jiyeon merasa pegal di seluruh tubuhnya. Dan ia tidak bisa bergerak sama sekali. Jiyeon duduk dikursi dengan tangan terikat dibelakang, kakinya juga di ikat. Jiyeon berusaha melepaskan ikatan itu dengan menghentak-hentakkan tubuhnya. Tapi tetap saja tidak berhasil. Ia melihat sekeliling ada lemari pakaian berwarna putih yang cukup besar di sudut ruangan. Ada sebuah tempat tidur yang di atasnya terbaring seseorang dengan berbagai macam selang yang menancap di seluruh tubuhnya. Jiyeon memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa orang itu. Sepertinya itu adalah seorang namja. Namja yang dulu pernah ia kenal.
FYI: ff ini sudah pernah di publish di akun facebook author & salah satu fp.
Kritik & saran bisa mention ke twitter @IkAsifa248 atau PM via facebook: http://facebook.com/iqha.asifaixa