home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Untitled

Untitled

Share:
Author : mumutaro
Published : 24 Oct 2013, Updated : 01 Nov 2013
Cast : BIGBANG, 2NE1, YG ENT, fictional character
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |9647 Views |1 Loves
Untitled
CHAPTER 5 : Rumor Has It

*Ha Yi Pov*

            Ha Yi tidak tidur malam itu. Ia masih teringat kata-kata Minzy di sela-sela latihan dance kemarin.

*flashback*

            “Hey, mana teman sekamarmu itu?” tanya Minzy yang menghampiri Ha Yi yang sedang istirahat di pojok ruangan. “Dia sakit, tidak bisa ikut hari ini,” jawab Ha Yi sambil tersenyum.

            “Oh..” ujar Minzy tanpa minat. Dia diam beberapa saat. “Memangnya kau tidak merasa aneh dengannya?” tanya Minzy penuh selidii.

            “Mmm.. tidak sih... ya, maksudku terkadang dia sering menghilang, seperti malam tadi dia bahkan tidak ada di kamar semalaman,”

            “Ohh.. pantas kalau begitu,”

            “Memangnya kau tahu sesuatu,”

            “Semua di sini juga pada tahu,”

            “Oh ya? Apa?” Ha Yi penasaran.

            “...dia selalu bersama Ji Yong...,” bisik Minzy, sangat pelan dan hati-hati, khawatir ada yang mendengarnya. Mata Ha Yi hanya terbelalak tidak percaya. Selanjutnya dia hanya terdiam mendengar cerita dari Minzy, dan tak bisa berhenti memikirkannya.

 

XXX

            Malam itu Daesung pergi ke tempat biasanya, masih dengan membawa gitar akustik yang selalu ia bawa. Di jalan itu memang selalu ramai dengan pejalan kaki, juga orang-orang yang seprofesi dengannya, menghibur orang-orang yang lewat dengan atraksi jalanan. Mereka menari, menyanyi, main sulap, sirkus, dan lain-lain tanpa peduli apa ada orang yang mau sekedar melihat atau membuang koin untuknya.

             Dan saat itu Daesung juga tak peduli apapun pandangan orang. Ia hanya memainkan senar-senar gitar akustiknya diantara orang yang lewat dengan acuh dengan musiknya. Tiba-tiba ia merasa sepi dan percuma saja menghibur diri dengan cara itu.

            Tanpa sadar Daesung mulai bernyanyi. Suara merdunya mengalun lembut diantara keriuhan di sekitar sana. Untuk sesaat dunia seakan melambat, sepelan lagu itu...

            Beberapa jam berlalu. Jalan mulai sepi. Semua artis jalanan itu sudah mulai berkemar untuk pulang. Daesung tetap diam di situ sambil sekedar memainkan senar-senarnya. Tiba-tiba seorang pria tinggi dan berjas rapi menghampirinya.

            “Maaf, apa aku mengganggu?” tanya pria itu.

            “Oh? Tidak juga, aku sudah selesai,” jawab Daesung. Ia bertanya-tanya siapa pria ini, apa urusannya dengannya, apa dia polisi, agen rahasia, atau apa. Daesung menatap pria itu dengan curiga.

            “Kalau tidak keberatan, bisa kita bicara di kafe dekat sini?” tanya pria itu lagi.

            Daesung mengiyakan. Dalam waktu singkat kedua pria itu telah duduk berhadapan di sebuah kafe kecil. “Saya manajer Choi, dari YG, anda pasti sudah tahu YG kan?” ujar pria itu sopan sambil menyodorkan kartu nama.

            “Oh? Ada urusan apa manajer di YG sampai menemui pengamen ini?” Daesung masih curiga.

            “Apa anda ingat demo lagu yang anda kirim beberapa tahun lalu? Kami pikir, anda layak bekerja sama dengan kami,”

            “Demo lagu? Aku bahkan lupa pernah mengirimnya. Kukira itu sudah kalian buang?”

            “Tentu saja tidak. Selain itu kami juga sering melihat videomu di Youtube. Bagaimana? Apa anda tertarik bekerja sama dengan kami? Sebagai penyanyi tentunya,”

            “...mmm, tapi aku sudah tidak berminat menjadi penyanyi lagi, maaf.”

            “Benarkah? Sayang sekali,”

            “Maaf sekali lagi,”

            “Tak apa, karena kami mengetahui kemampuan anda sebagai composer lagu, anda tak perlu menjadi penyanyi untuk bekerja sama dengan kami, anda tentu bisa mengerjakan proyek album beberapa artis kami,...”

            “Maaf, tapi...”

            “Tak perlu buru-buru memutuskan. Anda bisa berpikir dulu dan hubungi nomor di kartu nama itu. Dengan senang hati saya menunggu anda di kantor,”

            Manajer Choi berpamitan. Daesung masih sendiri diam di sana. Secangkir kopi yg tadi ia pesan bahkan belum sempat diminum saat obrolan singkat tadi. Tawaran pria tadi membuat Daesung berpikir ulang.

*daesung pov end*

 

*jiyong pov*

            Ji Yong membuka tabletnya dengan serius. Sudah beberapa tahun ini media jarang mengulas tentang dirinya, atau lebih tepatnya tentang kepopulerannya sebagai musisi terkenal. Selebihnya media hanya mengulas berita-berita buruk tentang dirinya, entah benar atau tidak. Ji Yong sudah meyakinkan Manajer Park kalau tidak akan ada lagi rumor jelek tentangnya, tapi rupanya tak semudah itu. Nasibnya mungkin akan berubah menjadi bintang reality show selamanya seiring popularitasnya yang merosot.

            “Jiyong dan wanita cantik di sekitarnya, wanita-wanita pengganggu hubungan Ji Yong-Chaerin,” Ji Yong membaca judul-judul artikel itu sambil mencibir. Ji Yong menggeserkan jarinya di layar, terdapat beberapa foto dirinya yg terpampang di situ, tentunya dengan beberapa wanita cantik.

            “Terendus affair dengan seorang calon trainee..., apa? Apa aku tidak salah? Bagaimana..?” Ji Yong terkejut membaca artikel lanjutannya. Ia melihat foto yang tidak asing lagi juga terpampang di sana. “Berita sampah!!” Ji Yong melempar tabletnya ke meja dengan kesal.

            “Astaga, apa yang kau lakukan, tenanglah...” Seungri, manajernya menenangkan Ji Yong. “Apa manajer Park sudah tahu ini?” tanya Ji Yong. Wajahnya masih terlihat kusut.

            “Tak perlu kau tanya itu, bagaimana mungkin wanita itu tidak tahu. Kurasa foto itu diambil dari handphone-mu yang hilang...”

            “Bagaimana mungkin mereka bisa menulis artikel tanpa dasar begitu, membuat spekulasi jelek seenaknya!... Ah, apa aku harus menanggapi berita macam ini, malas sekali, manajer Park akan menambah pekerjaanku lagi,”

            “Tenanglah, ia pasti menemukan solusinya seperti biasa,” ujar Seungri tenang.

*jiyong pov end*

 

XXX

 

            Hari ini ada latihan seperti biasa. Dengan bersemangat aku menuju tempat latihan dan menemui teman-teman baruku selama di asrama. Namun kurasa ada yang sedikit berbeda kali ini. Entah kenapa mereka begitu dingin. Bahkan Ha Yi tak ada di sampingku. Kulihat ia bersama Minzy di sudut lain.

            Sepertinya tak perlu menunggu lama untuk mengetahui apa yang terjadi. Saat ini aku sudah duduk dihadapan Manajer Park sambil membaca artikel di tablet yang kupinjam darinya.

            “Ini tidak benar Nona Park,” kataku bingung. Kenapa muncul berita tak berdasar seperti ini secara tiba-tiba. “Kau tahu itu fotoku dan Ji Yong, saat reality show,”

            “Memang, tapi Ji Yong tidak ingin acara itu tayang, kami tak bisa meminta produser menayangkannya karena... kau tahu sifat Ji Yong seperti apa, sikapnya itu telah merugikan mereka, dan tak mungkin menariknya kembali,” Manajer Park menjelaskan.

            “Tapi ini kan foto biasa, kenapa bisa muncul berita seperti itu,” aku tidak terima. Tidak ada yang salah dengan foto berdua bersama Ji Yong, semua orang bisa melakukannya.

            “Kau tentu tidak lupa dengan kejadian itu? Semua orang di asrama membicarakannya beberapa hari terakhir, dan itu muncul di internet,”

            “Kejadian...? Ah, tidak, tidak terjadi apa-apa..., itu kecelakaan, maksudku, ada yang menjebak kami di sana, kukira ada yang mengunci pintunya dengan sengaja,”

            “Iya Nona Hye Won, tapi kau tak punya bukti. Berita ini sudah menyebar, dan sepertinya akan buruk bagi kami dan Ji Yong. Karena itu tak ada pilihan lain, kami harus menghentikanmu sampai di sini, maafkan kami,”

            “Tapi... ini tidak adil, dan ini tidak benar! Apa tidak ada cara lain?” aku semakin gelisah.

            “Maafkan kami. Kami akan mengirim barang-barangmu pulang. Besok, datanglah ke kantorku, aku meminta berkas-berkasmu. Sekali lagi, aku sungguh menyesal melakukan ini,”

 

XXX

            Aku tak bisa membantah perkataan Manajer Park lagi walau aku tak setuju kalau tidak ada cara lain. Oh, mengapa aku harus menjadi korban untuk menyelamatkan Ji Yong? Kenapa tidak biarkan saja berita bohong itu ada dan nanti menghilang begitu saja... apa pentingnya gosip murahan bagi Ji Yong? Aku memikirkan banyak hal sambil mengemasi barang.

            “Akhirnya terungkap semua,” ujar Ha Yi yang tiba-tiba berada di belakangku. “Itu tidak benar Ha Yi! Kau tahu kau aku cedera malam itu?” aku membela diri.

            “... tapi aku sering melihatmu bicara dengan Ji Yong. Ternyata kau masuk akademi tidak dengan kemampuanmu sendiri,” Ha Yi mencibir.

            “Itu tidak benar! Terserah apa katamu!” aku kesal. Ha Yi tidak menjawab. Sedetik kemudian dia sudah berada di bawah selimutnya. “Aku akan pulang besok,” ujarku memecah kesunyian.

            “Baguslah, kembalilah ke tempatmu di jalanan,” bisik Ha Yi. Sangat pelan, tapi aku mendengarnya dengan jelas.

XXX

            Sesuai perkataan manajer Park aku harus menemuinya di kantor pagi ini untuk mengurus kepulanganku. Sebagian barangku sudah dikirim ke rumah, dan yang tersisa hanya tas ransel di punggungku. “Permisi,” aku masuk ruangan itu.  Tak ada Manajer Park. Hanya seorang wanita yang rambutnya di  cat pirang. Dia sangat cantik.

            “Oh, manajer Park ada urusan sebentar,” kata wanita itu sambil membaca berkas di meja manajer Park. “Oh, aku hanya ingin menyerahkan ini. Kuletakkan saja di mejanya, mungkin kau bisa memberitahunya?” pintaku.

            “Tentu saja,” wanita itu tersenyum. Aku menuju pintu.

            “Eh, nona Hye Won,” panggilnya. Oh dia kenal aku?

            “Oh tidak, maaf,” katanya sambil tersenyum lagi.

            Aku segera pergi saja tanpa menanggapi. Sedetik kemudian aku sudah sibuk menelpon ke rumah mengabarkan aku akan segera pulang. Kuharap Eomma tidak tahu berita gosip itu.

 

XXX

*Ji Yong pov*

            Ji Yong tertidur di sofanya. Beberapa kaleng minuman tergeletak di meja tepat di sampingnya. Rupanya semalam ia mabuk lagi. Mungkin itu kegiatannya beberapa waktu terakhir. Hanya frustasi dan minum-minum. Handphone-nya berdering sejak tadi.

            “Siapa yang beraninya menelpon di hari liburku ini!” Ji Yong terbangun dengan kesal. “Halo, Ji Yong, kau tak perlu khawatir lagi, masalah gosip itu, semua sudah diselesaikan oleh manajer Park,” Seungri menelpon.

            “Oh ya?” Ji Yong tidak peduli.

            “Yang penting kau tidak perlu repot-repot mengklarifikasi lagi, acuhkan saja,” kata Seungri lagi.

            “...Ngomong-ngomong bagaimana bisa? ...Apa kau bilang? Aku harus bicara dengan manajer park sekarang!”

*Ji yong pov end*

 

XXX

*Daesung pov*

            Daesung sedang berada di ruangan Manajer Choi. Rupanya ia telah memikirkan tawarannya kemarin. “Saya senang bisa menemui anda lagi,” kata manajer Choi senang. Rupanya ia tak perlu susah membujuk Daesung. “Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Daesung.

            “Oh, aku meminta artisku datang menemuimu, sepertinya ia sudah di sini tadi, tapi ia pergi lagi. Aku berusaha menghubunginya,”

            “Siapa kalau boleh aku tahu?”

            “kau pasti tahu dia, katanya dia mengenalmu, dan dia yang sebenarnya merekomendasikanmu, tapi aku minta maaf kalau harus menunggu lagi,”

            “Tak apa, bolehkah aku keluar melihat-lihat sebentar? Aku ingin menemui orang lain juga di sini,”

            “Oh silahkan. Aku akan menghubungimu lagi,”

*Daesung pov end*

 

XXX

            Aku mencoba menelepon Eomma sejak tadi namun beberapa kali putus. Setelah beberapa saat mencoba lagi akhirnya aku mendengar suara. “Halo eomma..? Ah.. jinja! Kenapa sinyal di gedung ini buruk sekali! Karena sibuk menelpon aku bahkan tidak sadar ada kerumunan wartawan sedang menunggu di dekat lobby.

            “Kau..., nona Hye Won kan?” tanya seorang wartawan yang bertopi. “Ah, ne,” jawabku tanpa minat. Orang-orang itu tiba-tiba bersemangat dan mengerumuniku. Aku baru menyadari kalau melakukan kesalahan. Wartawan itu pasti mencari berita tentang Ji Yong.

            “Sebenarnya apa hubunganmu dengan Ji Yong?” tanya mereka. Kamera-kamera itu menyorot ke arahku. Aku tidak tahu gosip murahan bisa sepenting ini.

            “Tidak ada, itu tidak benar,” aku mencoba menjelaskan. Mungkin ini satu-satunya kesempatanku untuk mengatakan yang sebenarnya. Mereka terus mendesakku. Sepertinya mereka tidak puas kalau jawabannya adalah gosip itu tidak benar, mereka ingin gosip itu memang benar, dan mereka akan punya berita selanjutnya. Aku mencoba menghindar, tapi mereka tetap lebih banyak dan kuat.

            Tiba-tiba di saat terdesak seperti itu, segenggam tangan tiba-tiba meraih tanganku dan   menarikku pergi. Aku tak melihat orang itu, yang kudengar mereka semakin riuh dan blits semakin sering menyambar. “Ji Yong?” aku melihatnya dengan takjub.

            Ji Yong tak bicara apa-apa dan kami terus berlaki hingga ke mobil yang diparkir dekat situ. Ji Yong segera membawaku pergi.

            “Kenapa tidak lari saja bodoh!” bentaknya sambil menyetir. Mobil itu melaju kencang, mungkin Ji Yong benar-benar emosi. Aku tidak tahu kenapa ia sampai seperti itu. “Miane,” jawabku pelan.

            “Kenapa juga mereka biarkan wartawan ada di sana!” Ji Yong marah lagi.            “Kenapa kau masih menyimpan foto itu? Kukira kau hapus juga!” aku memberanikan diri bicara padanya. “Oh, itu... banyak foto di handphoneku, aku tidak sempat melakukannya!”

            Aku memandang handphone Ji Yong terus bergetar di dashboard. “Itu handphone-ku yang lain! Kau tahu kan handphoneku hilang saat kejadian itu!” Ji Yong menjelaskan.

            “...aku tidak tahu,” kataku sambil memandang jalan. “Harusnya kau tidak perlu mengajakku lari tadi, beritanya akan semakin buruk,” aku bicara sendiri.

            “Oh, begitu ya! Benar-benar tidak tahu terima kasih!”

            “Benar! Memang aku tidak berterimakasih padamu! Kau tahu apa yang kau lakukan hah? Turunkan aku di sini!” Mobil itu berhenti mendadak di tepi jalan. Aku segera keluar dan membanting pintu dan berjalan cepat-cepat. Mobil itu berhenti agak lama, karena rupanya Ji Yong harus menjawab telepon manajer Park yang marah.

 

XXX

*Ji yong pov*

            “Apa yang kau lakukan JI Yong! Aku sudah mengeluarkannya dari sini untuk menyelamatkanmu! Tapi sekarang...,” Manajer Park kesal. Ji Yong menemuinya sedang di kantor. “Kau tidak perlu mengeluarkannya, biarkan saja gosip itu, tidak penting!”

            “Tidak bisa! Popularitasmu semakin menurun, ingat kau masih punya kontrak dua album lagi!”

            “Maaf, apa aku mengganggu? Aku baru saja menemui tamuku tadi,” kata wanita berambut pirang yang datang lagi ke situ. “Ada apa Chaerin?” tanya manajer Park yang masih emosi.

            “Aku pergi,” ujar Ji Yong setelah melihat wanita itu. “Oh Ji Yong, aku sudah bertemu dengannya, ternyata ia juga melakukan hal yang sama denganku, ... atau kau saja yang bodoh?” kata Chaerin sebelum Ji Yong pergi.

            “Kukira tak ada yang sama denganmu,” ujar Ji Yong acuh.

*Ji yong pov end*

 

XXX

*Daesung pov*

            Tujuan awal Daesung pergi ke tempat itu sebenarnya adalah untuk menemui Hye Won, dan kejadian yang ia lihat siang itu membuatnya tak bisa berhenti berpikir. Tadi dia melihat Ji Yong menarik Hye Won dari kerumunan wartawan itu dan pergi dengannya. Daesung mengira gosip yang beredar di internet itu tidak benar, tapi sekarang ia mulai ragu...

*Daesung pov end*

 

XXX

*Chaerin Pov*

            Chaerin keluar dari kantor manajer Park setelah bicara dengannya beberapa saat. Tepat di sebelah pintu, Seungri berdiri dan tersenyum padanya. “Kau ada di sini?” tanya Chaerin.

            “Ya tentu saja, karena Ji Yong lebih banyak libur akhir-akhir ini,” kata Seungri.

            “Oh.. kau tentu tahu kejadian barusan kan?”

            “Tentu saja, sepertinya kesalahanku memberitahunya sesuatu pagi tadi, tapi tak apa, itu hanya akan menyulitkannya saja...oh ya, apa ini perlu kukembalikan?” Seungri menunjukkan sebuah handphone. “Apa dia tidak mencarinya?” Chaerin tersenyum saja.

            “Dia terlalu tidak peduli dengan benda ini rupanya,..”

            “Kembalikan saja, benda itu sudah tidak penting lagi,” bisik Chaerin, khawatir manajer Park mendengar. Mereka lalu pergi dari sana sambil berbincang.

            “Tak kukira kau sedendam itu pada Ji Yong?” tanya Seungri.

            “Oh? Tidak seperti yang kau kira... bukan Ji Yong tujuanku, dan sepertinya dia sudah pergi dan tak akan kembali ke sini, aku harusnya berterimakasih pada Ji Yong karena sudah membantuku menyingkirkannya,”

            “Hmm... apa aku tahu orangnya?”

            “Tentu kau tahu, oh ya, kerjamu bagus sekali, kau layak dapat award,”

            “Itu karena banyak kesempatan yang menguntungkanku, walau aku tidak tahu sampai kapan keberuntungan itu ada,”

            “Kau benar, dan giliranku mengurus orang ini sekarang,”

*Chaerin pov end*

 

XXX

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK