Beberapa jam berlalu. Aku sempat tidur sebentar setelah apa yang terjadi semalam. Setelah bangun aku teringat hari ini adalah hari penilaian. Seminggu yang lalu sudah tiga orang dipulangkan karena tidak lulus seleksi. Mungkin hari ini aku juga bisa bernasib seperti mereka tapi aku berusaha saja.
Walau sedikit pincang tapi ini sudah lebih baik. Aku hanya menunggu namaku dipanggil untuk masuk ruangan. Sesaat kemudian kulihat Ji Yong datang terburu-buru dan masuk ke ruang penilaian itu. Kenapa ada di sini lagi, pikirku. Ruangan itu pun riuh karena semua peserta audisi di sini adalah fansnya. Memang begitulah kehebohan yang selalu dibuat oleh artis terkenal.
“Ji Yong, kau dari mana saja, aku sudah mencoba menelponmu,” kata salah seorang juri di situ. “...Maaf ada masalah. Oh ya, handphoneku ternyata hilang semalam. Aku baru meminta asistenku mengurusnya,” kata Ji Yong.
“Mmm.. sudah dua puluh orang...” kata juri itu sambil membaca daftar. “Semuanya lumayan bagus Ji Yong,” katanya.
“Oh ya?” kata Ji Yong cuek.
“Peserta berikutnya, Kim Hye Won,” dia menyebut namaku dan seorang kru memintaku masuk.
“Selamat siang,” kataku sopan. Aku agak terkejut karena Ji Yong juga menjadi juri di situ. Setahuku kemarin dia tidak termasuk tim juri. Ji Yong tidak memandangku, dia hanya membolak-balik kertas di tangannya.
“Lagu apa yang akan kau nyanyikan, Hye Won-ssi?” tanya juri itu.
“... Fireworks, dari Katy Perry,” jawabku. Aku hanya siap dengan lagu itu. Karena berbagai masalah yang terjadi aku sampai tidak mempersiapkan diri dengan baik.
“Oke, silahkan,” kata juri itu lagi.
“Tunggu, kenapa lagu itu lagi?” tanya Ji Yong tiba-tiba. “Saat vocal class kemarin kau menyanyikan lagu itu juga, aku ingin dengar yang lain,”
Aduh. Kenapa dia ingat. Aku punya banyak stock lagu, tapi di saat menegangkan begini biasanya otakku sedikit hang. Aku mencoba berpikir sebentar untuk memilih lagu.
“... mmm sepertinya kau selalu menyanyikan lagu yang up beat, aku ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang slow saja,” kata Ji Yong lagi.
Sialan. Dia benar-benar menjebakku agar tereliminasi cepat. Dan parahnya, lagu slow, melankolis, dan segala hal yang berhubungan dengan itu benar-benar kelemahanku. Aku hampir tidak punya koleksi lagu dengan genre itu. Dengan kekuatan tersisa aku menyanyikan lagu sountrack drama yang pernah aku tonton saja.
“Not bad,” kata juri pertama sambil menulis di kertasnya. “Tapi sepertinya kau masih lemah dengan genre seperti ini Hye Won-ssi,” katanya lagi. Benar pak, kataku dalam hati.
Ji Yong diam sambil melihatku untuk sesaat. Aku benar-benar gugup. Kalau memang harus tereliminasi ya sudah. Pasrah saja mendengar cercaan dia lagi. “Hye Won-ssi,” kata Ji Yong serius.
“Apa kau tidak pernah patah hati?”
Hah? Pertanyaan macam apa itu?
“Sepertinya jawabannya tidak jika melihat ekspresimu itu. Aku yakin kau bahkan tidak pernah jatuh cinta kan,” Ji Yong mencibir. Juri di sebelahnya hanya diam tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Aku diam saja.
“Hye Won-ssi, penjiwaanmu sangat buruk. Kau tidak bisa menghayati isi lagu itu,” katanya tanpa memandang lagi. “Kupikir juga begitu, semoga kau bisa memperbaiki ini, silahkan keluar dulu, next! Masih banyak peserta lain Ji Yong,” juri satunya segera menyudahi.
Dengan sedikit lega aku keluar. Untuk sejenak aku merasa sedikit kesal dengan Ji Yong. Tapi kemudian aku berpikir daripada aku memusingkan orang itu aku mulai berencana untuk mempersiapkan barang-barangku untuk pulang, lalu menyembuhkan kakiku yang terkilir.
“Tetap semangat Hye Won!” kata Ha Yi yang lewat di depanku. “Ne!” aku tersenyum palsu. Dan sepertinya tatapan Ha Yi sedikit berbeda dari biasanya.
XXX
Tiga jam berlalu. Proses penilaian selesai. Kami semua dipanggil masuk ke aula untuk mendengar pengumuman siapa yang harus pulang. Aku sudah pasrah. Setelah lima menit mendengar pembacaan nama peserta yang harus pulang, ternyata namaku tidak juga dipanggil. Oh keajaibankah ini?
Sekali lagi aku beruntung. Tapi mungkin tidak selamanya akan begitu. Penampilanku hampir selalu mendapat komentar buruk dan membuatku semakin ragu apa bisa menjalani ini. Apa keinginanku untuk menjadi penyanyi sebenarnya tepat? Rasanya aku hampir ingin menyerah...
Di saat seperti itu aku teringat kata-kata Ji Yong tadi. “Apa kau tidak pernah patah hati?”
Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku dan membuatku terus berpikir. Pertanyaan yang aneh, tapi apa memang tidak pernah? Selama ini apa saja yang aku lakukan? Aku manusia biasa dan aku juga bisa bersedih tapi..., aku paling tidak bisa menyanyikan lagu-lagu sedih.
... Daesung-ah! Tiba-tiba aku teringat padanya.
*flashback*
Saat itu di studio sewaan kami berdua, aku sedang memainkan gitar sekaligus mendengarkan lagu dari handphone. Sepasang headset terpasang di telingaku, tanpa peduli sekitar aku juga menyanyi.
Daesung memainkan pianonya. Sesekali ia juga menulis di kertas. Setelah beberapa lama ia memanggilku,”Hye Won-ah! Coba kau dengarkan ini,” katanya bersemangat. Matanya yang sipit menjadi seperti garis.
“Oh ada lagu baru?” aku tertarik.
“Aku ingin tahu pendapatmu, duduklah di sini,” Daesung menyodorkan bangku di sebelah pianonya. Aku duduk di situ dan mendengarkan sambil membaca corat-coret Daesung di kertas itu. Daesung pun menyanyikan lagu itu sambil memainkan pianonya.
“...belum ada judulnya?” kataku setelah Daesung selesai bernyanyi.
“Iya, aku masih belum punya ide untuk judulnya, tapi bagaimana?” tanya Daesung penasaran.
“Selalu bagus, lagu-lagumu benar bagus! Sangat menyentuh,” kataku bersemangat.
“Ah masa?” Daesung tersipu.
“...tapi kenapa lagu-lagumu sedih semua?” tanyaku, “sesekali buatlah lagu yang gembira, kau ini terlalu sering galau,”
“Eoh..” Daesung terdiam sambil memandangi pianonya. “Aku hanya menulis lagu sesuai perasaanku saja,” katanya sambil tersenyum.
“...aigo..., yah terkadang hidup memang begitu berat Daesung, tapi kita harus tetap bersemangat!! Memangnya kau sedih kenapa?”
“Ah, tidak. Mungkin aku terlalu sering nonton drama,”
“Benar-benar seperti ibu-ibu kau ini! Eh Daesung!! Ajari aku main piano...” kataku sambil memainkan piano itu sesuka hati. Daesung diam saja untuk beberapa saat.
“Daesung ah?” aku heran.
*Flashback end*
Kembali pada diriku yang hanya menerawang memandang langit-langit kamar asrama. Memang Daesung sangat ahli pada lagu-lagu sedih seperti itu. Sekarang ia jauh di sana. Aku baru ingat sudah sebulan aku tidak melihatnya. Hmmm....tiba-tiba aku merindukannya.
“Hye Won? Kau tidur?” tanya Ha Yi tiba-tiba. Ia duduk di kursi sebelah tempat tidurnya. “Oh tidak,...” jawabku.
“Kau tahu, tadi ada banyak sekali wartawan yang menunggu Ji Yong. Sayang sekali kau tidak ikut melihat-lihat setelah penilaian tadi,” katanya.
“Oh..., aku tadi sangat lelah. Lagipula kukira aku akan pulang. Kupikir wajar kalau banyak wartawan yang mencarinya,” jawabku sekenanya. Aku mengobrol sambil tetap tiduran di kasur.
“Hmm..., mereka pasti ingin mencari tau tentang gosip itu...”
“Gosip apa?” aku sudah tidak terlalu update dengan berita tentang Ji Yong.
“Kabarnya dia sudah putus dengan Chaerin,...”
Aku tidak menjawab.
“Hye Won, kau sudah tidur ya?” tanya Ha Yi memastikan.
“Tidak...,” jawabku lagi. Sebenarnya aku sudah mengantuk dan tidak ingin membahas apapun tentang Ji Yong.
“Kau benar-benar tidak tahu tentang gosip itu?” Ha Yi masih melanjutkan.
“Aku jarang membuka internet, bagaimana caranya aku tahu, sudah ya Ha Yi aku ngantuk..”
“Oh kupikir kau tahu sesuatu. Selamat tidur,...”