home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Tears Of Mafia

Tears Of Mafia

Share:
Author : kifijo
Published : 22 Oct 2013, Updated : 18 Nov 2013
Cast : Kim Sunggyu (Infinite), Seo Heeyeon (OC), Bang Yongguk (BAP), Nam Jihyun (4Minute), Kim Myungsoo (In
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |17113 Views |1 Loves
Tears Of Mafia
CHAPTER 5 : That Girl

Sunggyu.

 

Ku rasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku dan kepala ku berdenyut hebat.Rasanya seluruh badanku seperti remuk, dan ku rasakan panas yang luar biasa. Tapi berat rasanya untuk membuka mata, tapi aku paksakan.

Saat ku membuka mata, kulihat kesekelilingku. Instingku mengatakan aku harus waspada. Tapi ku dapati aku berada di sebuah ruangan yang sangat ku kenal, kamar ku. Entahlah apakah ruangan gelap dan berantakan serta kurang pencahayaan matahari ini bisa disebut dengan kamar tapi  ini adalah ruangan ternyaman yang aku punya. Apartemen bobrok tercintaku.

Ku coba bangun dari posisiku yang terbaring, tapi badan ku terasa amat berat. Lagi – lagi kepala ku terasa sakit, ku sentuh kepala ku. Dapat ku rasakan kepala ku terbalut perban. Lalu pikiranku melayang ke saat – saat mobil yang ku tumpangi dengan Yongguk terbalik, serta segerombolan orang – orang mengejar.

“Yongguk.” Bisik ku, lalu aku berusaha berdiri untuk mencari Yongguk.

“Oppa! Kau sudah sadar?” sebuah suara mengagetkan ku, lalu aku menoleh ke arah sumber suara. “Oppa! Apa yang kau lakukan? Seharusnya kau memanggil bala bantuan, aku pastikan ayah akan mengirim semua pasukan yang iya punya. Tak perlu kau terluka seperti ini oppa.”

Suara itu berasal dari seorang gadis muda, berambut hitam panjang tergerai, berkulit putih serta berhidung mancung. Tatapan khawatir tak dapat disembunyikannya dari raut wajahnya. Kedua tangannya menyentuh pipi ku, membuatku harus menatap lurus ke arahnya. Gadis manja ini, sungguh merepotkan.

“Jihyun?” Aku memegang kedua tangannya yang melekat di pipiku dan membuatnya melepas tangan itu dari pipi ku dengan cara halus. “Apa yang terjadi? Dimana Yongguk?”

“Oppa!” teriak Jihyun manja. “Kau tau tidak aku mengkhawatirkan mu setengah mati, kau tidak tahu hati ku berdebar saat mendapat kabar bahwa kau  terkepung musuh ayah. Tak bisa kah kau menanyakan kabar ku terlebih dahulu?”

Suara manjanya itu membuat telinga ku agak terganggu. Tak peduli dengan omelan Jihyun, ku paksakan diriku untuk berdiri. Aku harus tahu dimana Yongguk berada sekarang. Tapi ketika aku hendak berjalan keluar kamar, Jihyun menghalangiku dengan berdiri di hadapanku dan merentangkan kedua tangannya.

“Oppa, Yongguk baik – baik saja. Dia yang melapor ke ayah kalau kalian dalam bahaya. Sudahlah lagi pula dia tidak terluka parah.” Jihyun terus saja merengek. Lalu tiba – tiba ia mendekat dan melingkarkan tangannya dipinggang ku. “Oppa, syukurlah kau selamat, aku sangat khawatir.”

“Jihyun, singkirkan tanganmu.”

“Oppa, tak bisakah kau membuatku bahagia walau sebentar?”

“Aku disini untuk menjadi pelayan ayahmu bukan dirimu.”

“Tapiapa bedanya? Aku kan putri ayah. Putri Tuan Nam.”

Jihyun menatapku dengan wajah cemberut, digembungkan pipinya. Lalu ku pegang kedua pergelangan tangan Jihyun yang ada di punggung ku, lalu ku lepaskan pelukannya. Mendorongnya mundur dengan perlahan agar tidak menyakitinya. Lalu ku tatap matanya sebentar, ku pegang kepalanya dan ku acak – acak rambutnya dengan  perlahan.

“Aku tidak suka anak kecil.” Lalu aku melangkah menuju pintu dengan sedikit tertatih karena luka – luka yang baru saja aku dapatkan.

“Oppa~,” suara Jihyun lenyap seraya pintu kamar tertutup di belakangku.

Aku mulai berjalan perlahan menyusuri lorong apartemen ku. Aku berjalan agak tertatih, badan ku sungguh tidak dapat berkompromi untuk saat ini. Ku cek saku celana ku, untunglah aku membawa handphone ku. Tapi ada sesuatu yang lain di saku celana ku.

“Apa ini?” ku tarik selembar kertas yang terlipat dari salah satu saku celana ku.

Ku buka lipatan kertas itu. Ternyata itu adalah selembar kertas partitur sebuah lagu berjudul Only Tears. Dan tertulis rapi dengan tinta biru sebuah nama, Seo Heeyeon. Aku terus memperhatikan kertas partitur itu sambil terus berjalan keluar dari apartemen ku.

Teringat kembali ketika bertemu gadis itu, Heeyeon. Sungguh, kenapa bayangan dia tak mau pergi dari pikiranku. Tidak, di dunia ini tidak ada yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Itu semua bohong. Aku bukanlah tipe pria romantis yang percaya pada hal – hal seperti itu.

Ku coba membaca partitur itu, memahami sebisa mungkin nada – nada yang tertera di atasnya. Tanpa tersadar aku telah keluar dari apartemenku dan berjalan tak tentu arah. Ketika ku alihkan perhatian ku dari partitur itu ke sekelilingku, tiba – tiba mataku menuju ke sebuah poster yang tertempel di tembok pagar sebuah rumah.

Itu adalah sebuah poster tentang konser yang akan diselenggarakan akhir minggu ini. Mata ku menatap tajam pada baris  ketiga dari deretan nama pengisi acara konser itu. Lalu aku teringat kembali dengan semua kejadian saat bertemu dengan Heeyeon.

“Sapu tangan, iya, sapu tangan itu.” Seulas senyum tersungging di wajah ku.

Lalu pandangan ku tertuju kembali pada selembar partitur yang dengan sengaja aku ambil saat aku sedang melihat map filenya. Aku harus datang ke konser itu. Sesaat aku melupakan semua rasa sakit yang ada dibadanku  dan merasa bersemangat.

“Oppa~!”  dari kejauhan suara yang taka sing memanggilku, suara Jihyun. “Sunggyu oppa!”

Aku menoleh ke arahnya. “Ada apa lagi?”

“Kau sudah seharian hari tak sadarkan diri dan sekarang malah jalan – jalan tak tentu arah. Ayo, kita kembali ke apartemen mu.”

Jihyun meraih tangan kiri ku dan merangkulnya. Sementara itu tangan kanan ku melipat kembali partitur itu dan memasukannya kembali ke saku celana ku>

“Oppa, apa itu?” Tanya Jihyun penasaran.

“Bukan apa – apa.” Jawabku mengelak. “Lepaskan tangan mu.”

“Tidak mau.”

“Tapi tangan ku terasa sakit.” Kata ku berbohong.

“Benarkah?” Jihyun melepaskan tangannya. “Mian oppa.”

Aku hanya terdiam dan kembali berjalan menuju apartemenku, sementara itu Jihyun mengikuti dari belakang. Tiba – tiba handphone ku berdering, ku lihat layar handphone ku tertera nama Yongguk. Lalu ku tekan tombol accept.

“Hyung? Kau sudah sadar?” terdengar suara Yongguk sesaat setelah ku tekan tombol accept.

“Aku tak mungkin mengangkat telpon mu kalau belum sadar.”

“Ada berita penting, ku harap kau sudah baikan hyung. Situasi semakin genting. Aku akan ke apartemenmu.”

“Akan ku tunggu.”

Telepon singkat itu pun terputus. Semakin banyak hal menari di kepalaku. Pikiran ku mulai terpecah – pecah tapi tetap saja aku harus fokus. Tiba – tiba ku rasakan kepala ku mulai berdenyut lagi, dan aku meringis dibuatnya.

“Ada apa oppa?” Tanya Jihyun membuyarkan lamunan ku.

“Tidak ada apa – apa, ayo kembali ke apartemen.”

Intinya aku harus bertemu dengan gadis itu sebelum semuanya sudah terlambat. Harus bisa bertemu kembali dengannya, Seo Heeyeon.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK