home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Into The Void

Into The Void

Share:
Author : HeoMicha
Published : 06 Jun 2017, Updated : 09 Nov 2017
Cast : Produce 101 season 1 & 2
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |19074 Views |5 Loves
Into The Void
CHAPTER 8 : CHAPTER 7

The Next 2 Days

07.00 AM

Pagi telah menjemput dan matahari mulai menampakkan sinarnya. Sedikitpun Jieqiong tidak bisa menutup matanya. Setaip kali ia menutup matanya ia merasa seseorang dengan sebuah kehangatan memeluk erat tubuhnya. Jieqiong salah tingkah. Ia menutup seluruh tubuh hingga ujung kepala dengan selimutnya setiap kali ia merasa malu dan wajahnya menjadi panas. “Ahh~~andwe.. na wae irae?” gerutu Jieqiong.

Jieqiong turun dari tempat tidurnya. Ia merasa mungkin ia harus menghirup udara segar sebelum halusinasi pikirannya kembali menyerang. Ia keluar dari kamar, menuju kamar mandi lantai dua boarding house. Jieqiong tidak menggunakan kamar mandi di dalam kamarnya, karena saluran air di sana sedang bermasalah. Jieqiong membasuh wajahnya berkali kali agar ia segera bangun dari mimpi indah yang tak ingin ia akhiri “Aishh.” Ia kembali menggerutu kesal tapi wajahnya menunjukkan senyum malu. Setelah menyikat gigi Jieqiong keluar dari dari kamar mandi.

Clek.. Saat ia menarik pintu kamar mandi, seseorang mendorongnya dari arah luar.. DEG.. Detak jantung Jieqiong terasa berhenti ketika matanya bertemu dengan sorot mata setengah mengantuk seorang namja di depan pintu. Jieqiong terpaku tanpa alasan.. “Ah~Mianhae. Ku pikir tidak ada orang tadi” Ucap Jonghyun. Benar, namja itu memang Jonghyun. Namja yang menjadi alasan salah tingkah Jieqiong sepanjang malam hingga pagi hari.

Jieqiong tidak bereaksi. Dingin sikap Jonghyun kemarin masih berlanjut hingga hari ini. Terbukti dengan ia berjalan tenang melewati Jieqiong memasuki kamar mandi dan menutup rapat pintu. Rasanya seperti tertusuk duri. Jonghyun menyembunyikan semua perasaannya. Jonghyun sama sekali tidak mengetahui Jieqiong dalam keadaan sadar saat ia memeluk gadis itu kemarin. “Neon.. jincha” gumam Jieqiong bernada sedih. Ia tidak beranjak sama sekali dari sana.

5..

10..

Hingga 17 menit berlalu. Jieqiong masih dalam posisinya. Ia menggigit sisi bibir untuk menutupi bahwa dirinya kecewa. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa ia telah membuang waktu belasan menit disana. Bahkan hingga Jonghyun keluar dari kamar mandi seusai membasuh wajah dan menyikat gigi. Jonghyun heran melihat Jieqiong masih berdiri disana.

Kelak kau akan menyesali telah terlalu lama mengulur-ulur waktu untuk berfikir. Kau pikir ia tidak akan disambar orang nanti? Apa kau lebih suka menunggu waktu penyelamat datang? Kim Donghyun

“Hufh~~”Hela Jonghyun. Ia membuang semua pikiran buruknya. “Mwohaneun geoya yeogi?”

“O?” Jieqiong menoleh memperhatikan Jonghyun yang perlahan dating dari arah pintu kamar mandi di belakang Jieqiong menuju hadapan depan tubuhnya. Jieqiong lagi-lagi terpaku “E.. eung.~” mereka berdua berdiri canggung disana. “K.. kau tidak menggunakan kamar mandi di bawah?” Tanya Jieqiong.

“Semalam aku mendapat giliran menjaga Guanlin” Jawab Jonghyun. Hanya kamar para yeoja juga kamar Guanlin yang terletak di lantai dua. “Hyungseob bilang ia memiliki banyak tugas, jadi ia tidak bisa banyak mengajak bicara Guanlin. Karena itu Daniel memintanya untuk tidur di bawah saja dengan Minhyun” Jelas Jonghyun. Terlihat perbedaan besar pada ekspresi wajah Jonghyun sebelum memasuki kamar mandi dengan saat ini.

“Ah~ Geuriguna” Jawab Jieqiong mulai berusaha menghindari kontak mata dengan Jonghyun. Telinga Jieqiong sedikit berubah kemerahan. “Eum.. h” gumamnya tak jelas “Ah! Apa kau sudah sehat? Eum.. kemarin kau sudah tidak lagi disamping ku saat aku membuka mata.. eum”

Secercah senyum terlukis di wajah Jonghyun. “Jadi kau ingin aku berada di samping mu saat kau terbangun? Kalau begitu kau harus sering-sering tertidur di tempat tidur ku..  haha” Canda Jonghyun.

“A.. eung.. Geugae anira.. k.. keunyang” Jawab Jieqiong terbata-bata. Seluruh wajahnya sudah memerah padam. “Ah jebal.. aissh”  Jieqiong memukul-mukul pelan kepalanya karena tidak bekerja dengan baik pagi itu.

“Geumanhae...  mwoya~ ei”  larang Jonghyun menahan tangan Jieqiong. Ia lalu megelus-ngelus manis pucuk kepala Jieqiong “Gomapta.. sudah merawat ku kemarin. Aku sudah sehat sekarang”, Ucapnya dengan senyum manis yang selalu terkembang manis di wajahnya. “Gomawo” Ulang Jonghyun.

Jieqiong menjadi patung sepenuhnya disana. Bola matanya tertuju pada tangan Jonghyun yang masih berada di atas kepalanya. Jukjima.. Zhou Jieqiong Ucap Jieqiong dalam hati. Kehangatan yang  sama dengan kemarin dirasakan oleh Jieqiong. Kata-kata yang jonghyun ucapkan kepadanya kemarin saat ia berada dalam pelukan Jonghyun dan harus memaksa diri untuk berpura-pura tidur terngiang di pikiran Jieqiong.

“Nan.. niga gerokhae joha.. Molla? Psh.. Paboya” Kim Jonghyun.

Lamunan Jieqiong berantakan saat dari dalam kamarnya, Guanlin terdengar memanggil Jonghyun “Hyung! Jonghyunie hyung!”

“Ne?” Sahut Jonghyun “Jieqiong-ah, aku tengok Guanlin dulu, buatkan sarapan pagi yang lezat, begopha” Ujar Jonghyun sempat mengacak-acak rambut Jieqiong sebelum pergi. Membuat Jieqiong semakin sulit untuk menjalani menit-menit selanjutnya yang terus berjalan.

***

07.30 AM

Shiyeon berpura-pura menutup rapat mata saat Sejeong memintanya bangun. Hari ini adalah hari minggu, mereka tidak harus buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah, karena itu Sejeong juga tidak terlalu memaksa Shiyeon untuk bangun. Setelah tak seorang pun berada di dalam kamar selain dirinya. Shiyeon membuka mata. Menyandarkan tubuhnya pada dinding. Gambaran akan senyum di wajah Jinyoung terlintas di wajahnya. Ia baru menyadari bahwa Jinyoung selalu terlihat bahagia setiap kali berada di dekatnya. Malam itu.. Jinyoung datang karena menghawatirkannya dan Shiyeon menyesali semua kebodohannya bahkan hingga hari ini.

Shiyeon membuka ponselnya dimana terdapat beberapa foto dirinya bersama Jinyoung, Guanlin juga Hyungseob. Karena keempatnya seusia, mereka cukup dekat satu sama lain. Jinyoung selalu berada tepat di samping Shiyeon pada semua foto di dalam ponsel Shiyeon. “Mianhae Baejin-a..”

Air mata Shiyeon menetes .. sudah berhari-hari ia tidak juga bisa melanjutkan hidupnya dengan benar. Rasa bersalah yang teramat besar membuat Shiyeon sulit untuk melupakan sosok Jinyoung dari pikirannya.

Dretttt.. dreettt... sebuah panggilan masuk membuyarkan lamunan Shiyeon. Wink Prince .. tertera di layar. Mood Shiyeon memburuk seketika. Ia membuang ponsel tersebut ke sisi pojok tempat tidurnya. Namun lebih dari 10 kali ponsel Shiyeon terus bergetar. Wink prince adalah nama yang Shiyeon simpan untuk nomor  ponsel Jihoon.

Sebesar apapun Shiyeon mencoba membenci Jihoon. Hatinya tetap menolak hal tersebut. Ia menyalahkan hatinya untuk itu. Cinta yang mungkin belum benar-benar mereka mengerti itu telah menelan nyawa seseorang. “Hhh..!” berat untuk Shiyeon untuk menerima Jihoon, juga berat baginya untuk menghapuskan semua rasa yang sudah terlanjur tumbuh di hatinya.

Untuk sesaat getar ponsel Shiyeon terhenti. Ia kembali mengambil ponsel tersebut. Menatap nanar miss call yang tertera pada layar. Selang 2 menit setelahnya sebuah pesan yang juga berasal dari Jihoon masuk ke dalam ponsel Shiyeon.

From : Wink Prince.

Shiyeon-a ku mohon angkat telpon ku.

Ada hal yang begitu penting harus ku bicarakan dengan mu

Ini menyangkut hyungdeul.

Jebal..

***

07.30 AM

Living room

Boarding House

Para namja baru saja memasuki boarding house setelah berlari kecil mengelilingi perumahan untuk merenggangkan otot-otot mereka di hari libur nan cerah. Mereka pulang dengan pakaian yang basah sekalipun matahari di luar sana belumlah meninggi.

“Hoaah.. Himdeureo..” Eluh Seongwoo langsung membanting diri ke atas sofa begitu sampai di ruang keluarga boarding house. Hal serupa juga dilakukan oleh Daniel dan Guanlin. Hyungseob duduk tenang di depan meja, menghabiskan sisa air mineral di botol yang ikut dibawanya saat berolahraga pagi tadi. Sementara Jonghyun dan Minhyun lebih memilih merentangkan tangan dan kaki, merebahkan tubuh di atas karpet ruang tengah.

Sejeong kebetulan berjalan menuju kotak P3K yang tertempel pada dinding ruang tengah beberapa meter dari sofa. Seongwoo dengan segala kejahilannya menegur Sejeong yang terlihat sedang sibuk itu. “Ya Kim Sejeong, Kapan sarapan pagi selesai? perut ku sudah keroncongan begini” Ujar Seongwoo dengan sengaja mencari gara-gara dengan Sejeong.

"Ya, aku bukan pelayanmu", sungut Sejeong. "Jika kalian lapar, kalian makan angin saja” jawab Sejeong ketus.

“Jangan galak begitu, aku juga lapar” Sahut Daniel melakukan pembelaan akan Seongwoo, meski lebih tepat jika dikatakan ia membela perutnya yang memang susah berdendang ria.

“Ya, apa kalian tahu Jieqiong baru saja terluka saat memasak tadi? aku baru saja mengobatinya. Apa kalian tega menyuruhnya buru-buru melanjutkan memasak demi kebutuhan cacing-cacing di perut kalian itu? Tch…jincha”, sungut Sejeong.

Pelupuk mata Jonghyun melebar.  “Ia terluka? Dimana ia sekarang?”

“Ia masih di dapur .. Gwenchana, hanya luka kecil. Ia tak sengaja memecahkan botol susu dan terlu...” Sebelum Sejeong menyelesaikan ucapannya, Jonghyun sudah bangkit dan berjalan cepat ke arah dapur. “Terluka saat membereskan pecahan bo..tol” Sejeong melanjutkan ucapannya yang sudah tak lagi didengar. Sejeong kemudian kembali ke dapur.

“Cepat sekali respon anak itu” Gumam Seongwoo menyeringai lebar. “Aigoo Kim Jonghyun”

“Ya, Terkadang aku merasa Jonghyun lebih perhatian kepada Jieqiong daripada Chayeon haha..” Tawa Daniel tak mengetahui apapun. Ia hanya mengucapkan kalimat tersebut sebagai candaan.

Drukk drukk drukk. Derap langkah Shiyeon terdengar berlari menuruni tangga. Nampaknya ia mendapat berita penting yang ingin ia sampaikan. “Oppadeull!!!”

“Wae wae wae?? Josimhae!” Seru Minhyun melihat Shiyeon yang hampir saja terjatuh di tangga. Seongwoo, Daniel dan Minhyun sampai berdiri saking kaget dan khawatirnya mereka akan Shiyeon.

“Gwenchana.. nan gwenchana” Ucap Shiyeon setelah sampai menapak pada lantai. “Halmari isseoyo”, ujar Shiyeon  terengah engah.

TING TONG~~

Mereka semua menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara bell tadi. Boarding house mereka jarang sekali kedatangan tamu. Orang tua mereka juga hanya sesekali dalam satu tahun datang menjenguk mereka. Guanlin melihat keluar melalui jendela ruang tengah. Dahi Guanlin berkerut setelah melihat tiga buah mobil terparkir di luar. Mobil-mobil tersebut bukanlah mobil biasa.. “Hyung.. nampaknya ada hal serius.. Kita harus segera membuka pintu”

“G.. Gurae” Jawab Minhyun bingung melihat ekspresi Guanlin. Minhyun dan Daniel segera berjalan menuju pintu utama boarding house diikuti oleh Seongwoo di belakang mereka.

Shiyeon mengintip dari jendela dimana Guanlin berada. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Baru saja ia hendak menyampaikan berita tersebut, namun sang pembawa berita nampaknya sudah datang dengan sendirinya. “Andwe..” Ucap Shiyeon lemah. Ia segera berlari menyusul Daniel, Minhyun dan Seongwoo.

“Waeyeo.. Waeyo?” Tanya Hyungseob panik karena melihat semua orang panik.

“Kita tunggu disini saja” Ujar Guanlin “Aku akan memberi tahu Jonghyun hyung, Jieqiong noona dan Sejeong noona” Guanlin berlari ke dapur setelahnya.

***

Minhyun membuka pintu. Empat orang petugas berseragam polisi sudah berdiri disana. “Annyeonghaseyo” Minhyun membungkukkan sopan tubuhnya. Begitu juga dengan Seongwoo dan Daniel. Keempat petugas berwajah serius itu segera menunjukkan lencana kepolisian mereka dengan tegas.

“Kami dari kepolisian, apa benar saudara Kim Jonghyun tinggal di tempat ini?” Tanya Salah satu petugas.

“Ne, majayo” Jawab Seongwoo belum juga paham apa yang sebenarnya terjadi. Shiyeon sampai disana. Ia menghentikan langkahnya beberapa meter di depan pintu masuk. Ia mendengar petugas kepolisian menyebut nama Jonghyun. Mereka benar-benar datang untuk hal ini. Hanya selang satu menit Jonghyun, Sejeong dan Jieqiong juga tiba disana.

“Apa apa?” Tanya Jonghyun heran. Ia juga menunjukkan rasa hormat kepada petugas kepolisian dengan membungkukkan tubuhnya.

“Mereka mencari mu Jonghyun-ah” Jawab Daniel.

“Kim Jonghyun-ssi?” Tanya salah satu petugas kepada Jonghyun.

“Ne.. Nan Kim Jonghyun imnida” Jawab Jonghyun mendekat.

Petugas kepolisian mengeluarkan sebuah surat resmi yang ditujukan oleh Jonghyun “Kami membawa surat perintah penahanan untuk mu Kim Jonghyun-ssi. Atas tuduhan pembunuhan Bae Jinyoung juga tuduhan pelecehan” Mereka juga mengeluarkan borgol untuk menjerat kedua tangan Jonghyun saat itu juga.

DEG.. Bagai sebuah petir di siang hari. Pernyataan petugas barusan sangat mengagetkan mereka. Bagaimana mungkin salah satu anggota boarding house mereka sendiri terlibat dalam pembunuhan Jinyoung. Sepintas Daniel teringat bahwa ia bertemu dengan Dongho kemarin, yang menandakan bahwa Dongho telah dibebaskan, mungkin karena ia dan teman-temannya tak terbukti bersalah. Tapi.. Jonghyun sebagai tersangka? Kenyataan ini sangat memukul bagi mereka semua.

“C-Chamkamanyo.. pasti ada kesalahan disini!”, Sela Sejeong tak yakin akan apa yang sedang terjadi.

“Kim Jonghyun-ssi kau bisa melakukan pembelaan dan menghubungi penguasa hukum di kantor polisi nanti. Sekatang kumohon untuk kooperatif sebelum kami bertindak jauh.” Ujar sang petugas.

“Aku mengerti” Jawab Jonghyun tanpa perlawanan. Ia jelas memikirkan sesuatu di dalam pikirannya saat ini, tapi ia hanya diam dan memilih untuk mengikuti apa yang diminta oleh pihak kepolisian sementara anak lainnya masih terlihat begitu shock dengan apa yang terjadi saat ini. “Yedul-a aku harus pergi. Gwenchana..” Pamit Jonghyun. Petugas kepolisian membawa Jonghyun memasuki satu dari tiga mobil yang berhenti disana.

"A-Aniyo chakkamanyo...ini pasti ada kesalahan! YA!", Seru Sejeong tapi polisi sudah terlanjur membawa Jonghyun masuk ke dalam mobil polisi. Sejeong mendaratkan pandangannya pada satu persatu anak disana “Ya.. mengapa kalian semua diam saja?? Ini pasti sebuah kesalahan!. Kita harus melakukan sesuatu!”, namun taka da seorangpun yang bereaksi.

Jieqiong merasa terpukul akan semua ini. Ia mencoba untuk mempercayai semua cerita Jonghyun tentang beberapa hal yang ia kemukakan kepada Jieqiong saat Jieqiong berpura-pura tidur dalam pelukan Jonghyun kemarin. Kekhawatiran yang sempat Jonghyun katakana, akhirnya terjadi.

“Jieqiong-a.. aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi kepada kita. Sesuatu yang mungkin lebih buruk dari semua hal yang telah terjadi saat ini. Kau benar.. lebih baik bagi mu untuk menjaga jarak dengan ku. Setidaknya .. jika hal buruk benar-benar menimpa ku.. kau tidak harus ikut terluka. Jal.. salda.. Jieqiongie”

Shiyeon juga menjadi pihak yang tak kalah terpukul. Beberapa menit lalu, ia memutuskan untuk mengangkat telpon dari Jihoon. Jihoon menyampaikan tentang kemungkinan polisi akan menahan Jonghyun kepada Shiyeon. Semua terjadi begitu cepat. Ia tak tahu harus bertindak seperti apa. “Chayeonnie..”Sebut Shiyeon.

“Geu yeoja wae gurae?” Tanya Seongwoo.

Shiyeon-a.. Chaeyeon membebaskan ku dengan jaminan. Begitu juga dengan Daehwi, Dongho hyung dan Hyunbin hyung. Kundae.. Chayeon juga datang untuk melayangkan gugatan atas dugaan pembunuhan Baejin untuk Jonghyun hyung. Aku tidak tahu dari mana ia mendapatkan semua ini. Tapi ia memiliki banyak bukti yang menjurus ke arah kebenaran. Aku khawatir akan diri mu juga hyungdeul dan noonadeul disana, apa kalian baik-baik saja? Park Jihoon.

***

Police Office

08.00 AM

Sebuah ruangan tertutup dimana beberapa orang mengawasi melalui sebuah kaca yang tak tembus pandang jika dilihat dari mereka yang berdiri di dalam ruangan, namun sesungguhnya para petugas yang berada di ruangan pengawasan dapat dengan jelas melihat keadaan ruangan tersebut melalui kaca penghubung tersebut.

Jonghyun berada di dalam sana, bersama seorang petugas yang telah siap dengan laptop di hadapannya. Ia tidak mendapat pengawasan terlalu banyak petugas karena Jonghyun begitu patuh terhadap semua prosedur yang harus dilaluinya.

Petugas memulai interogasi dengan beberapa pertanyaan. Ia menjelaskan tentang tuduhan yang dilayangkan untuk Jonghyun sehingga membuatnya berada disana sekarang. Ia menyebutkan nama Jung Chaeyeon sebagai pihak pelapor dan beberapa hal yang Chaeyeon tuduhkan juga sesuai dengan pengakuan hampir seluruh anggota boarding house dimana Jonghyun tinggal. Di bawah meja, kedua tangan Jonghyun yang terborgol itu gemetar. Ia berusaha tenang, tapi semua ini datang begitu tiba-tiba. “Kim Jonghyun-ssi..Menurut hasil forensik, ia telah meninggal dunia satu hari sebelum kalian semua menemukan jasad nya. Dan waktu kematian Bae Jinyoung sekitar pukul 8-9.30 malam. Dari hasil interogasi yang kami dapatkan, semua penghuni boarding house mengakui kau pulang begitu larut di malam dimana Bae Jinyoung meregang nyawa. Kami tidak mencurigai hal ini sebelumnya.. karena menurut pengakuan mu kau berada di sebuah PC bang bersama seorang teman mu Kim Donghyun. Tapi kami sudah mengkonfirmasi kepada pihak keluarga Kim Donghyun-ssi bahwa ia berada di luar negri malam itu.. dan PC bang miliknya juga telah tutup selama satu minggu lamanya. Jadi.. Apa kau berbohong tentang alibi mu? Di mana sesungguhnya kau berada malam itu?”

“Aku benar-benar berada di sana bersama Kim Donghyun”Jawab Jonghyun mempertahankan pengakuan nya.

Petugas menghela nafas. Ia beralih kepada pertanyaan selanjutnya “Kim Jonghyun-ssi, apa benar kau sudah melakukan tindakan tidak senonoh terhadap nona Chaeyeon? Apa benar kau pernah memaksa nya untuk melewati malam bersama?”

“Anibnida” Jawab Jonghyun menyangkal dengan cepat. “Semua ini tidak benar..”

“Ada empat orang saksi yang mengakui hal ini kepada kami. Mereka melihat langsung kau memaksa nona Chaeyeon dan mereka sendiri yang menyelamatkan nona Chayeon dari perbuatan mu” Tekan Petugas interogasi kepada Jonghyun.

Jonghyun menggeleng cepat “Aku tidak pernah melalui waktu bersama Chaeyeon selain di hadapan semua orang. Kami tidak penah sekalipun pergi ataupun berada di satu waktu hanya berdua saja. Ini mustahil.. Kami memang sepasang kekasih.. tapi..”

“Apa kau mengetahui tentang perasaan nona Chaeyeon terhadap korban (Bae Jinyoung)?” Sela Petugas interogasi.

“N..ne” Jawab Jonghyun lemah.

“Kim Jonghyun-ssi. Aku memberi mu kesempatan untuk segera menghubungi kuasa hukum mulai esok hari. Jika kau ingin mendengar saran ku. Sebaiknya kau mengakui semua ini lebih cepat sehingga hukuman berat yang sudah menanti mu akan sedikit berkurang. Semua bukti dan saksi tidak satupun yang mendukung pengakuan mu. Aku tidak akan banyak mengajukan pertanyaan. Jika kau memiliki bukti pendukung kesaksian .. segera ajukan kepada penyidik.. hanya itu yang bisa ku katakan saat ini.” Ucap sang petugas interogasi. Ia berdiri dari kursinya.

***

Boarding House

06.45 PM

Anak anak itu duduk di ruang tamu kecuali Jieqiong. Jieqiong sendiri mengurung diri kamarnya sejak pagi tadi. Mereka belum diperbolehkan untuk menjenguk Jonghyun saat ini. Dan berencana menjenguk Jonghyun esok hari untuk mendapat kejelasan dari semua ini. Tak ada satupun di antara mereka yang mengucapkan sepatah katapun perihal apa yang terjadi. Minhyun, sebagai pihak tengah yang tak tahu menahu apa yang terjadi secara detail, hanya mampu melirik kanan dan kirinya. Ia tak tahu harus berkata apa. "Jogi...", gumam Minhyun mengangkat tangannya. "Tak bisakah kalian memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa polisi membawa Jonghyun? Bukankah aku sudah memberitahu kalian perihal apa yang kudengar malam itu? Apa aku menyebut nama Jonghyun?", tanya Minhyun bingung.

Anak anak itu menghela nafas. "Ara....ia dijebak", ujar Daniel.

"Dijebak? oleh siapa? Ah! yeoja bernama Chaeyeonnie yang kalian sebut sejak tadi?", tanya Minhyun.

"Ne...mereka dulu adalah sepasang kekasih", sambung Seongwoo.

"Mworago?!", seru Minhyun. "Woah...kalian masih siswa sekolah dan bisa melakukan hal segila ini? jaman ini benar benar sudah gila", gumam Minhyun cepat.

Seongwoo refleks ke arah Minhyun setelah tak sengaja mendengar ucapan namja itu. Ucapan namja itu cukup menggelitiknya, namun ia mencoba untuk tak memikirkannya. "Ottokhaji? uri jigeum?", gumam Seongwoo.

***

Sejeong menuruni tangga  setelah mengecek keadaan Jieqiong dan para namja masih berada di tempat mereka sebelumnya. Ia memutuskan kembali karena ia merasa bertanggung jawab untuk mengurus mereka semua di saat seperti ini. Ia meminta Shiyeon menemani Jieqiong di kamar. "Anmeokgollae? tadi kalian bilang kalian lapar...aku akan menyiapkan makanan", ujar Sejeong berjalan lesu menuju dapur.

"Ah..mwoya...aku lapar.. tapi aku juga merasa bersalah jadinya", ujar Daniel.

"Sejeongie noona dowajulkkeyo", ujar Hyungseob bergegas bangkit dan berlari ke dapur untuk membantu Sejeong.

"Ya..sebaiknya kita rapikan meja makan..dan bicarakan ini lagi nanti", ujar Minhyun menepuk pelan pundak Daniel dan lekas menuju meja makan.

"Ya, kaja", ujar Daniel pada Seongwoo dan lekas menyusul Minhyun.

***

Police Office

06.50 PM

Jonghyun mendekam di dalam dinginnya sel penjara sementara. Ia tidak sendiri disana, ada 3 orang lainnya yang juga mendekam disana sejak 2 hari yang lalu karena kasus pembunuhan. Jonghyun meringkuk seorang diri di ujung sel. Ia sibuk bergelut dengan pikirannya. Sampai suara salah satu tahanan itu menderu di telinga Jonghyun “Ya neo! Apa kau juga membunuh orang?” Tanya namja itu santai “Wajah mu tidak seperti seorang pembunuh. Hahahah.. tapi siapa yang tahu. Anak-anak seperti kau ini terkadang yang tak terduga”

Jonghyun tidak menanggapi ucapan itu sama sekali. Ia menutup mata berusaha mengabaikan apapun yang terjadi di sekitarnya.

Ketiga orang yang juga merupakan satu komplotan itu saling melihat satu sama lain. Seorang dari mereka memberikan kode dengan gerakan kepala. Lalu seorang lainnya mengangguk, detik itu juga ia mendekati Jonghyun. DRUKK!! Dengan kakinya tahanan tersebut mendorong kepala Jonghyun hingga Jonghyun membuka matanya. Kedua orang lainnya tertawa puas melihat hal tersebut. “Apa kau merasa kuat setelah berhasil membunuh seseorang? Psh.. ingin mengadu kekuatan dengan kami?”

“YA YA!!” Seorang sipir penjara memekik memperingatkan mereka agar tidak membuat keributan. Ia membuka gembok pada trali “Kim Jonghyun-ssi. Seseorang ingin bertemu dengan mu” Ujar Petugas tersebut.

Jonghyun berdiri dan keluar dari sana dengan pengawalan petugas tersebut. Ia merasa heran seseorang diperbolehkan datang menemuinya, padahal sebelumnya dikatakan bahwa sebelum 24 jam penyidikan tak seorang pun dapat menemuinya.

Jonghyun diantar ke sebuah ruangan. Ruangan yang sama dengan tempat ia di interogasi sebelumnya. Jonghyun melihat seorang wanita duduk disana ketika ia memasuki ruangan tersebut. Jonghyun diminta mendekat. Ia duduk berhadapan dengan gadis itu. Benar.. sesuai dugaan, gadis tersebut adalah Chaeyeon. Tatapan keduanya terkunci. Kebencian terlihat dari sorot mata Chaeyeon. “Ottae? Rasanya mendekam di penjara?”

Tak ada jawaban dari Jonghyun. Ia hanya melancarkan tatapan tajam ke arah Chaeyeon.

“Kau harus membayar semua ini Kim Jonghyun. Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan terhadap Jinyoung. Jangan pernah berfikir untuk lari dari semua ini.. karena jika kau berani melakukanya..” Chaeyeon menghentikan sejenak ucapannya. Dengan penuh penekanan ia melanjutkan kalimatnya “Aku akan menyeret teman-teman mu agar mereka menanggung apa yang telah kau lakukan”

Jonghyun mengepalkan telapak tangannya.

“Kau tidak akan pernah bisa memiliki ku. Kau telah mencabut nyawa seseorang yang ku cintai. Akan ku pastikan.. kau merasakan hidup seperti mati ..” Seru Chaeyeon penuh kebencian.

***

Dining Room

07.20 PM

"Jieqiongie wae? Aku tahu kita semua terpukul dengan apa yang terjadi pada Jonghyun...tapi kurasa Jieqiong terlihat yang paling terpukul", ujar Daniel di sela sela mereka menikmati makanan.

"Ya heokshi....Jonghyun dan Jieqiong sudah bersama?", tanya Seongwoo.

"Bukankah Jonghyun hyung sudah mempunyai kekasih?", tanya Hyungseob.

"Ah matta! kemarin aku melihatnya bertengkar dengan Chaeyeon", ujar Daniel. "Kalian tahu bukan bahwa Chaeyeon dekat dengan Dongho dan kawan kawannya... dan.... seingatku...Jonghyun juga bersikap aneh di hari dimana Baejin pergi....solma...apa ia benar benar ada hubungannya dengan kasus Baejin?", tuduh Daniel.

"Aniya~ hubungan mereka berakhir sebelum kasus Baejin terjadi", sambar Seongwoo.

"Na kalkkeyo", gumam Guanlin menyelesaikan makannya dengan cepat dan lekas menuju kamarnya. Ia sungguh tak mau mendengar perdebatan Daniel dan Seongwoo.

"Ya neo jeom dasi saenggakhaebwa! Bukan rahasia lagi di antara kita bahwa Chaeyeon selalu mencoba mendekati Baejin padahal ia masih berpacaran dengan Jonghyun! Tidakkah kau pikir itu aneh?", ujar Daniel mencoba meyakinkan Seongwoo.

"Aniya! Na Jonghyunnie ara~", sambar Seongwoo. "Jadi maksudmu Jonghyun membantu komplotan Dongho?"

"Ani...aku hanya mencoba memikirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi", ujar Daniel. "Aku hanya merasa bahwa kepergian Baejin masih terasa begitu janggal bagiku", sambungnya.

"Nado ara...geundae...Neo do jom saenggakhaebwa....jika Jonghyun terlibat, ia pasti ada di lokasi tkp dan atau paling tidak...ia mengetahui dimana Baejin berada, ketika kita mencarinya", ujar Seongwoo. "Lagipula...sudah kukatakan bahwa Jonghyun dan Chaeyeon sudah berakhir sebelum kasus Baejin terjadi. Dan Jonghyun menyukai Jieqiong...Jadi kurasa tak ada alasan bagi Jonghyun untuk melakukan hal itu pada Baejin", sambungnya.

Sejeong menghela nafas pelan melihat perdebatan lainnya.  Ia menyadari bahwa Hyungseob masih berada di sana. "Hyungseob-ah", tegur Sejeong.

"Ne?"

"Jika kau sudah selesai makan, segeralah naik ke atas dan tolong bawakan makanan yang sudah ku siapkan untuk Siyeon dan Jieqiong hm?", ujar Sejeong.

"Ah...ne noona", jawab Hyungseob patuh. Ia lekas melakukan apa yang diminta Sejeong, dan bergegas naik ke kamarnya di lantai dua.

"Hyungseobie itjanha!", sungut Sejeong pelan setelah kepergian Hyungseob. Ia merasa bahwa hal ini tak tepat jika dibicarakan di depan maknae line seperti Hyungseob,Guanlin, ataupun Siyeon. "Aigoo...sudahlah...sudah cukup banyak hal buruk terjadi belakangan ini....aku bahkan sudah tak punya tenaga lagi untuk bertengkar dengan Seongwoo....kalian jangan menambah rumit masalah", pinta Sejeong.

"Aku tak tahu banyak perihal Jonghyun dan Jieqiong dan aku juga tak mau berasumsi soal hubungan mereka...aku hanya berpikir bahwa Jonghyun memang baik pada semua orang. Aku tak mau menyakiti Jieqiong....bayangkan jika ia mendengar pembicaraan kalian dan berpikir bahwa Jonghyun menyukainya tapi ternyata tidak...", sambung Sejeong.

"Ah jincharo! Jonghyun sungguh menyukai Jieqiong!", ucap Seongwoo yakin.

"Jika memang benar pun itu sama sekali bukan urusan kita", sambar Sejeong. Ia kembali menghela nafas. "Aku setuju dengan Seongwoo...kurasa tak mungkin jika Jonghyun berkomplot dengan Dongho untuk mengeroyok Baejin. Tapi aku tak mau berkomentar banyak perihal Jonghyun dan Jieqiong. Jadi...jeongmal jeongmal jincha daebak real heol wanjeon....geumanhaseyo hm?", ujar Sejeong bergegas bangkit dari dan pergi dari meja makan dan naik ke lantai dua untuk mengecek kondisi maknae lines dan juga Jieqiong.

Daniel menghela nafas pelan. "Arasseo mianhae...aku hanya ingin menyampaikan pendapatku", gumam Daniel merasa bersalah. Ia cukup tahu diri untuk tak lagi mendebat Seongwoo dan Sejeong yang notabene penghuni senior dibandingkan dirinya. Seongwoo, Sejeong, dan Jonghyun adalah tiga penghuni pertama boarding house ini. Hingga Jieqiong datang dan disusul Daniel tak lama setelahnya. Maka dari itu ia sadar bahwa mungkin ia tak mengenal Jonghyun sebaik Seongwoo dan Sejeong mengenal namja itu.

"Dwaesseo...geunyang ppalli ja...na jeongmal jeongmal jincha daebak real heol wanjeon himdeuro", ujar Seongwoo membereskan peralatan makannya dan lekas menuju kamarnya dengan disusul Daniel tak lama setelahmya.

***

X Café. (Near Police Office)

08.55 PM

Daehwi tersenyap ditengah suasana panas malam itu. Ia harus berada dalam satu tempat dengan orang-orang yang saat ini begitu ingin dihindari olehnya. Chaeyeon, Dongho dan Hyunbin berada disana. Chaeyeon meminta ketiga anak itu mengantarnya. Chayeon bukan tidak menyadari pandangan tak enak ketiga namja itu ke arahnya “Wae? Mengapa melihat ku seperti itu?” Sulut Chaeyeon “Kalian tidak berniat berterima kasih setelah aku menyelamatkan kalian dari kantor polisi?”

“Ku rasa ini sedikit keterlaluan!” Seru Dongho angkat bicara “Kami bisa terlibat masalah lain jika pengakuan tentang kami adalah saksi mata pelecehan Jonghyun..” Dongho menghela nafasnya “Kau memiliki cukup banyak bukti bahwa ia adalah pembunuh Bae Jinyoung. Apa yang kau dapatkan dari mengarang kasus pelecehan sebagai kasus tambahan? Kita sama saja bermain-dengan api yang bisa membakar kita sendiri”

Senyum licik terlukis di wajah Chaeyeon “Geurigo wae? Kau ingin mencabut kesaksian mu kepada polisi? Silahkan saja.. Kalian juga yang nantinya akan terkena kasus kesaksian palsu” Jawab Chayeon tenang. “Geu namjaga.. Ia telah membunuh Jinyoung. Aku hanya akan puas jika ia mendekam selamanya di sana. Dan juga., Neo.. Kang Dongho dan Kau Kwon hyunbin.. Jangan pernah berfikir aku akan memaafkan kalian karena telah memukuli Jinyoung. Dengarkan itu baik baik!”, DREEKK.. Chaeyeon berdiri kasar dari kursi nya. Ia lantas pergi dari sana, meninggalkan mereka semua.

Hyunbin si penakut menunjukkan reaksi ketakutan yang sangat ekstrim selepas kepergian Chaeyeon. Ia menitikkan air mata seperti anak wanita. “H.. h.. hhh.. kita dalam masalah. Kita pasti akan kembali ke dalam penjara jika seperti ini.. Bagaimana sekarang”

Ketakutan yang sama juga dirasakan oleh Daehwi yang tersenyap sejak awal pembicaraan. Ia tidak pernah membayangkan akan mengalami hal semacam ini di dalam hidupnya. Bayang-bayang akan dinginnya lantai dan dinding penjara memenuhi pikiran Daehwi. Ia sangat takut kembali ke tempat itu. Ia berharap saat ini ia hanya bermimpi dan akan segera bangun dari mimpi panjang yang menakutkan itu. Chaeyeon sekilas terlihat tenang..tapi gadis itu berbahaya.

***

Boarding House

09.15 PM

Sejeong baru saja selesai membereskan meja makan. Ia hendak kembali ke kamarnya namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Jieqiong tengah melamun sendiri di teras samping rumah. Sejeong menghela nafas pelan. "Mwohae?", tegur Seongwoo yang muncul tak lama kemudian.

"Jieqiongie ottokhaji?", gumam Sejeong menatap Jieqiong dari kejauhan.

Seongwoo turut menghela nafas. "Nado moreugesseo...kalian sama sama yeoja, bukankah lebih mudah bagi kalian untuk saling mengerti perasaan masing masing?"

"Ara...tapi ini bukan perkara sederhana..aku bisa saja mengatakan semua akan baik baik saja..karena mengatakan lebih mudah dibandingkan merasakan", ujar Sejeong.

"Na moreugesseo...sebaiknya kau memberitahunya untuk segera kembali ke kamar dan beristirahat...ini sudah hampir larut malam dan udara di luar semakin dingin", ujar Seongwoo.

Sejeong mengangguk pelan dan bergegas menghampiri Jieqiong. "Jieqiong-ah", tegur Sejeong namun yeoja itu masih melamun. "Zhou Jieqiong", tegur Sejeong untuk yang kedua kalinya.

"N-Ne?!", Jieqiong tersentak kaget.

"Ini sudah malam...sebaiknya kita masuk karena udara di luar semakin dingin", ujar Sejeong.

"Ah..ne...", gumam Jieqiong lalu bergegas masuk ke dalam rumah dan naik menuju kamarnya dengan disusul Sejeong tak lama setelahnya.

***

The Next Day

School, Class 12-3

02.00 PM

"Kelas selesai untuk hari ini..naeil bwayo yeorobun", ujar sonsaengnim sebelum mengakhiri kelas hari itu. "Seongwoo-ya, Kang Daniel, bantu aku membawa buku buku ini", ujar sonsaengnim sebelum pergi.

"Ne sonsaengnim!", ujar Seongwoo dan Daniel bersamaan. Mereka lekas melakukan apa yang diminta sonsaengnim dan bergerak keluar kelas.

Sejeong menoleh ke arah Jieqiong yang duduk di kursinya. Sejak tadi, yeoja itu hanya menyandarkan kepalanya di atas meja sembari melamun, menerawang ke arah luar jendela. Tak lama, ia mendengar pembicaraan beberapa siswa di sekitarnya.

"Ya ya! daebak! aku baru saja membaca forum sekolah! Katanya Kim Jonghyun ditangkap polisi!", ujar salah satu siswi. Beberapa siswa lainnya langsung berkerumun untuk melihat berita tersebut.

"Woah daebak! Apa itu sebabnya ia tak masuk sekolah hari ini?", sambar siswa lainnya.

"Tch...kupikir ia siswa baik baik ternyata tak jauh berbeda dengan Dongho dan komplotannya", ujar siswa lainnya.

"YAAA!!!", seru Sejeong kehilangan kesabaran. Ia sudah cukup stress dengan segala masalah yang terjadi dan berita perihal Jonghyun yang menyebar hanya semakin memperburuk keadaan.

Para siswa itu terkejut mendengar teriakan Sejeong. "Mwo? kenapa kau begitu kesal?", balas salah satu siswa di kerumunan tersebut.

"Ah...mereka tinggal di boarding house yang sama...ya seharusnya kau memberitahu temanmu itu tak usah berpura pura baik jika memang aslinya ia sama brengseknya dengan Kang dongho", ujar salah satu siswi.

"Ttak jwo", desis Sejeong menyuruh mereka untuk diam.

Buk~! salah satu siswi itu mendorong pundak Sejeong. "Wae? Kenapa kau begitu marah? huh?", tanya siswi itu dengan nada menantang. "Solma...kau menaruh hati padanya?"

Kesabaran Sejeong sudah mencapai batasnya. Tanpa banyak bicara, ia menjambak rambut siswi di hadapannya tersebut dan pertengkaran tak lagi terhindarkan. 

Di saat bersamaan, Daniel dan Seongwoo kembali ke dalam kelas dan mereka terkejut dengan keributan yang terjadi di sana. "Mwoya? Ya Kim Sejeong!", seru Daniel terkejut. Ia dan Seongwoo lekas memisahkan kedua siswi itu.

Seongwoo menarik Sejeong keluar kelas dan membawanya ke tempat yang agak sepi. Di tengah jalan, Sejeong menepis tangan namja. "Ya neo mwohaneun goya jincha?!", tegur Seongwoo.

Sejeong berjongkok di hadapan Seongwoo, memeluk kakinya sendiri. "Na hwannane",gumam Sejeong mengakui bahwa ia begitu marah dan frustasi akan apa yang terjadi. "Jeongmal dapdaphae...hiks...", gumam Sejeong menangkupkan wajahnya di antara kedua tangannya dan terisak.

Seongwoo menghela nafas, tak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya Daniel muncul dan menghampiri mereka. Ia melirik Seongwoo tapi namja itu hanya menggeleng pelan. Daniel berjongkok di hadapan Sejeong. "Sejeong-ah...", tegur Daniel pelan. Sejeong mengangkat wajahnya dan air mata membasahi wajahnya. "Aigoo~", gumam Daniel. "Uljima...kau tak pernah menangis sebelumnya", sambung Daniel. Ia menghapus sisa air mata di wajah yeoja itu dengan sapu tangan miliknya. "Na ara...kau pasti kesal karena mereka memojokkan Jonghyun...jika aku jadi kau, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama...tapi di saat seperti ini, kita harus bisa mengendalikan diri kita sendiri...masalah akan bertambah besar jika sonsaengnimdeul mendapati kalian berkelahi seperti tadi", ujar Daniel mencoba meredakan suasana.

"Mianhae..hiks...", gumam Sejeong.

"Arasseo...gwenchana...jangan diulangi lagi arasseo?", ujar Daniel dan Sejeong mengangguk pelan. Ia membantu yeoja itu berdiri. "Himnaera...semua akan berlalu", ujar Daniel merangkul Sejeong dan menepuk nepuk pundaknya pelan. Ia membimbing yeoja itu menuju kelas. Tanpa menyadari bahwa Seongwoo masih berada di sana memperhatikan keduanya. Daniel menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Ya, neo angallae?", tanya Daniel ketika menyadari bahwa Seongwoo masih mematung di tempatnya.

"Ah...n-ne", ujar Seongwoo lalu mengikuti keduanya kembali ke dalam kelas. 

***

Police Office

03.00 PM

Sesuai rencana awal mereka, hari ini Seongwoo, Daniel, Minhyun, Jieqiong, dan Sejeong lekas mengunjungi Jonghyun di kantor polisi. Minhyun berangkat sendiri, dan menunggu mereka di dekat kantor polisi, kenudian mereka masuk bersama. Mereka menunggu di ruang tunggu sementara polisi memanggil Jonghyun. “Ah nan china michigaeda” Seru Daniel melihat sekitar. Hanya membayangkan berada di dalam penjara saja membuatnya merinding.

“Tenang sedikit. Ini kantor polisi bukan pasar malam” Seru Seongwoo.

Salah satu petugas mengatakan bahwa mereka tidak bisa bertemu Jonghyun beramai-ramai. Hanya 2 orang saja yang diperbolehkan untuk bertemu secara bergantian. Mereka berdiskusi untuk hal itu. Seongwoo mengajukan diri, sedangkan sisanya menunggu Jieqiong mengajukan diri juga karena ia terlihat paling terpukul dengan penangkapan Jonghyun, tapi tak ada reaksi berarti dari Jieqiong. Ia terus membuang pandangan ke arah lain. Karena itu pada akhirnya Seongwoo dan Minhyun lah yang mengikuti petugas ke ruangan khusus yang disediakan untuk berbicara dengan tahanan sementara.

Seongwoo dan Minhyun memunggu tak terlalu lama, hanya kurang lebih 10 menit saja. Tak lama kemudian, salah satu petugas menghampiri mereka tanpa kehadiran Jonghyun.  "Kim Jonghyun..eodisseumnikka?", tanya Seongwoo pada petugas.

"Jweisonghamnida, tapi Kim Jonghyun-ssi menolah untuk bertemu dengan siapapun saat ini...kalian bisa kembali esok jika ia sudah mau ditemui", ujar petugas.

"M-Mworagoyo? Tapi kami-", ujar Minhyun tak percaya.

"Jweisonghamnida", ujar polisi memotong ucapan Minhyun.

Minhyun dan Seongwoo sama-sama terkejut sampai mereka tidak bisa mengatakan apapun. Mereka dilanda kebingungan yang luar biasa. Mereka tidak tahu jelas apa yang terjadi, dan tak jua mendapat penjelasan dari Jonghyun. Keduanya terpaksa keluar dari ruangan tersebut.

Di luar, mereka sudah ditunggu oleh Sejeong dan Daniel yg merasa heran mengapa mereka kembali begitu cepat. Mereka berfikir mungkin jam berkunjung memang singkat pad aawalnya. Tapi ekspresi Seongwoo dan Minhyun membuat mereka kahwatir “Wae? Apa yang Jonghyun katakan?” Tanya Daniel.

“Ia tidak mau menemui kita” Jawab Seongwoo berat.

“Ne?!” Pekik Sejeong kaget. Sejeong, dan Daniel saling bertatapan tak percaya. Mereka sungguh tak tahu harus berbuat apa saat ini. Sejeong menatap Jieqiong yang tertunduk . Setelah mendengar hal tersebut, Jieqiong mendahului anak lainnya untuk meninggalkan kantor polisi.

Minhyun dan Seongwoo juga saling bertatapan, berat bagi mereka untuk mengatakan kenyataan Jonghyun menolak menemui mereka. Tapi mustahil juga bagi mereka untuk menutupinya.

***

Inside the bus

03.30 PM

Anak anak baru saja sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Daniel, Seongwoo,  saling bertukar pandang. Sementara Minhyun hanya memperhatikan dari kejauhan namun ia memilih untuk tak banyak bicara. Suasana canggung tercipta di antara mereka karena Sejeong dan Jieqiong sama sama terdiam melamun. Keduanya terlihat seperti sedang perang dingin meskipun sebenarnya tidak. Jieiqong tenggelam dalam lamunannya perihal apa yang terjadi pada Jonghyun sementara Sejeong yang sudah terlalu lelah dengan segala hal yang terjadi termasuk memancing Jieiqiong untuk bicara karena menurut Sejeong, diamnya Jieiqiong sama sekali tak meredakan masalah yang menimpa mereka.

Jieqiong sendiri berkutat dengan ponselnya. Ia tidak satu kalipun melempar pandang pada anak lainnya. Ia sibuk mencari informasi tentang keberadaan Donghyun saat ini. Karena menghindari mantan kekasihnya, Donghyun pergi ke luar negri dan menghapus semua account media sosialnya. Hal ini yang menyebabkan Jieqiong kesulitan menghubungi anak itu. Hanya satu hal yang Donghyun katakan sebelum ia pergi.

“Jika kau membutuhkan ku, tanya lah pada Jonghyun, aku sudah memberi tahu kunci untuk menemukan ku hahahaha.. ya, aku tau kau seringkali merindukan ku hahaha” Kim Donghyun.

Jieqiong menutup mata, menekan sesak di dadanya. Fakta bahwa Jonghyun bahkan tak mau menemui mereka semua membuatnya frustasi dengan situasi ini.

** TO BE CONTINUED**

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK