Boarding House
7.15 AM
Guanlin tengah memasukkan beberapa barang ke dalam ransel sekolahnya. Tak jauh darinya, Hyungseob tengah berdiri di depan kaca, merapikan baju seragamnya. "Ya kaja", ujar Hyungseob menepuk pelan Guanlin.
"Eo...chakkamanyo", ujar Guanlin.
Hyungseob pun berjalan keluar kamar lebih dulu. Namun tak lama kemudian, ia kembali masuk. Matanya berpendar seolah olah mencari sesuatu.
"Waeyo?", tanya Guanlin.
"Apa kau melihat gelangku?", tanya Hyungseob.
"Gelang?", gumam Guanlin. Ia pun membantu Hyungseop mencari gelang tersebut. Matanya kemudian menemukan sebuah gelang berbahan kulit dengan bandul berlambangkan kelinci terukir di sana. "Apa ini milikmu?"
"Ah matta! Gomapta Guanlin-ah", ujar Hyungseob mengambil gelang tersebut dan memakainya di pergelangan tangannya. "Kaja kaja! Hyungdeul sudah menunggu", ajak Hyeongseop. Keduanya pun bergegas ke ruang tamu. Seongwoo, Siyeon, dan Daniel sudah berada di sana. Siyeon dan Guanlin sempat bertukar pandang sejenak.
Tak lama kemudian, Sejeong terlihat menuruni tangga seorang diri. "Jieqiongie odie?", tanya Daniel.
Sejeong hanya menggeleng pelan. "Sebaiknya kita duluan saja", ujar Sejeong melangkah pergi lebih dulu.
***
07.20 AM
“Im Youngmin.. chajada.. Ne, Im Youngmin chajada”
Jieqiong seorang diri memutar otak untuk mencari informasi mengenai Youngmin. Youngmin adalah teman dekat Jonghyun, Jieqiong dan Donghyun. Ia juga sepupu Donghyun yang tinggal jauh di Busan sana. Youngmin beberapa kali datang ke Seoul bersama dengan Donghyun. Tapi Jieqiong sama sekali tidak mengetahui dimana Youngmin tinggal dengan pasti, ia hanya tahu Youngmin berada di Busan, tapi ia juga tidak pernah menginjakkan kaki di Busan satu kali pun. Daniel berasal dari Busan, mungkin ia bisa mengantar Jieqiong ke sana. Begitu pikir Jieqiong. Jieqiong menunggu Daniel membalas pesan yang telah ia kirim 20 menit lalu, tapi belum jua mendapat balasan.
Ia semakin resah, karena ia tidak bisa menunggu lebih lama. Kondisi buruk Jonghyun di dalam penjara sana membuat Jieqiong khawatir ia akan mati di dalam sana. Ia berusaha berfikir lebih positif tapi nyatanya hal itu begitu sulit baginya.
Jieqiong tidak bisa menunggu lagi. Ia harus pergi ke Busan hari ini juga, dengan atau tanpa Daniel. Ia meninggalkan ponsel di dalam kamar, lalu berlari turun ke bawah untuk mencari apapun yang bisa menghasil informasi untuk membantunya menemukan Youngmin di Busan.
“O Jie..” Minhyun hendak memanggil Jieqiong yang berlari dari tangga menuju ke dalam kamarnya. Jieqiong terlihat begitu terburu-buru sampai tidak menggubris Minhyun sedikit pun. Minhyun sendiri mengikuti Jieqiong ke dalam kamar. Dilihatnya Jieqiong mengacak-acak laci disamping tempat tidur Jonghyun yang memang merupakan teman sekamarnya.
Kondisi Jieqiong terlihat kacau. Ia masih memakai pakaian tidur, rambut Jieqiong juga berantakan, wajah pucat juga mata sembab jieqiong juga terlihat jelas. Belakangan Jieqiong lebih banyak diam seperti gadis bisu. “Jieqiong-a” Panggil Minhyun berjalan mendekat. Ia berjongkok mengikuti Jieqiong yang kini berlutut di lantai sambil mengobrak abrik isi laci Jonghyun. “Zhou Jieqiong!” Panggil Minhyun agak keras. Ia menahan tangan Jieqiong agar berhenti mencari. Minhyun tidak tega melihat kondisi Jieqiong saat ini.
Jieqiong menepis tangan Minhyun. Tidak, ia bukan melakukan perlawanan.. pertahanannya justru mengendur. Ia yang sebelumnya berlutut didepan laci, saat ini tertududuk lemas di atas lantai dengan kepala tertunduk. “Hhh…~~” Deru nafas Jieqiong cepat.
“Himdeuljwo?” Tanya Minhyun. Ia meletakkan tangannya di atas pundak Jieqiong. Perlahan Minhyun mendekap pelan Jieqiong, menepuk halus punggung gadis yang mulai terisak dalam pelukannya itu. “Gurae.. jalhanda” Ujar Minhyun mengisyaratkan bahwa Jieqiong telah melakukan tidakan benar dengan meluapkan sesak di dada yang mungkin akan sangat menyakitkan untuk Jieqiong.
“Hh.. Hiks.. hh....aku bertemu dengan Jonghyunnie” Ucap Jieqiong terbata-bata karena isakan. “Jugeul gosida.. hgghh~.. Jonghyunnie. Hhgh.. hiks.. Naneun.. Jonghyunie maemeul mwonga mwonji mollaseo.. Hiks.. dapdaphaeseo na.. Hiks..”
“Ara.. kundae, jebal momjori jal haseyo, apeujimalgo..” ucap Minhyun khawatir. Ia tidak bisa memaksa Jieqiong untuk mengatakan semua hal padanya. Ia tahu betul tidak semua orang mampu mengungkapkan masalah yang ia rasakan dengan terbuka. “Apa ada sesuatu yang kau butuhkan? atau ...apa ada yang bisa kulakukan untuk membantumu? katakan saja padaku", ujar Minhyun.
Jieqiong menghapus air mata yang sempat membasahi pipinya. Ia dan Minhyun saling melepas pelukan diantara mereka “Aku....ingin pergi ke Busan"
“Mwo? Wae kkapjagi?” Seru Minhyun terkejut akan permintaan Jieqiong yang begitu mendadak.
***
Bus stop
07.30 PM
Duo Yoo Seonho dan Lee Woojin sedang asik menikmati roti panggang di tangan mereka sembari menuju halte bus untuk berangkat sekolah. Mereka berjalan santai meski mereka kemungkinan sudah terlambat dan tertinggal bus terakhir.
“Ya Ujin-a .. hyung tampan penghuni boarding house itu siapa namanya? Aku lupa” Tanya Seonho.
“Minhyun hyung” Jawab Ujin menyeruput sebotol susu di tangan kanannya.
“Ahh maja.. Minhyun hyungie.. ya! Tidak kah dia terlihat keren di mata mu? Dulu aku berfikir guanlin hyung sosok paling keren, tapi sekarang di mata ku Minhyun hyung paling keren” Cerita Seonho bersemangat sekali.
“Karena itu kau merubah style rambutmu hari ini?” Tanya Woojin curiga, mata nya menyipit.
“Ahh.. hahaaha kau menyadari nya bahahaha” Jawab Seonho bangga “Eottae? Apa terlihat lebih keren? Aku menurunkan poni hari ini”
“Ne ne.. “ Jawab Woojin ceat. Detik berikutnya ia memiringkan wajah dan bergumam pelan “Sama saja sepertinya =_=” Woojin melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan Seonho. Ia mempercepat langkah, karena dari kejauhan ia melihat bus sekolah mereka berhenti di halte “Oyaa..” Seru Woojin berlari agar tidak tertinggal bus.
Seonho sama sekali tidak memperhatikan Bus sudah datang. Sekelompok kakak kelas menyita perhatiannya. Hanya sebuah pohon yang menghalangi posisi Seonho dan kelompok kakak kelas tadi. 3 orang kakak kelas wa ita berada disana, salah satunya adalah Chaeyeon. Seonho terhenti karena tak sengaja mendengar mereka menyebut-nyebut nama Jonghyun.
“Chaeyeon-a.. mendadak polisi menelpon ku semalam. Mereka bilang mereka memerlukan kesaksian ku sekali lagi tentang tuduhan pelecehan itu. Bagaimana ini. Kau bilang aku hanya harus bersaksi satu kali saja, mengapa mereka memanggil ku lagi.. bagaimana kalau pihak Jonghyun membantah dan polisi tau kalau kami semua mengarang cerita” ujar seorang dari mereka.
Satu yeoja lagi juga ikut memprotes Chaeyeon. “Maja, aku juga mendapat panggilan lagi. Ini membuat ku takut. Aku hanya membantu mu, tapi bagaimana kalau nantinya kami juga ikut bermasalah dengan polisi karena memberikan kesaksian palsu”
Chaeyeon bertolak pinggang. “Kalian tak perlu ribut seperti ini. Jonghyun membunuh Baejin dan semua bukti sudah jelas. Sekalipun kasus pelecehan itu hanyalah tambahan yang kita buat-buat, semua tidak akan menjadi kasus besar selama kalian tidak merubah-rubah kesaksian. Psh.. lagipula mustahil Jonghyun keluar dari penjara. Aku sudah memperingatkannya, kalau ia sampai berani mengelak perbuatannya akan ku pastikan seorang dari temannya menggantikan ia mendekam did dalam penjara. Ia lah yang telah membunuh, mustahil ia rela membiarkan salah satu dari temannya mendekam di penjara karena perbuatan yang ia lakukan”
“Apa kau yakin Jonghyun memang pembunuh Baejin? Bukan teman-teman mu sendiri?” Seru salah satu gadis itu lagi.
“Ya! Jaga bicara mu.. Teman-teman ku sudah bebas karena mereka memang tidak besalah” Sulut Chaeyeon tak terima “Sudahlah… kalian hanya membuang-buang waktu ku saja. Terserah kalian saja, kalau memang ingin merubah kesaksian, kalian tanggung sendiri akibatnya” Seru Chayeon kesal, lalu meninggalkan kedua gadis itu.
Seonho yang sejak tadi bersembunyi diam di tempatnya sampai ke dua gadis tadi juga pergi. “Aku harus memberi tahu tentang ini pada Guanlin hyung. Guanlin hyung bilang ia pernah percaya kalau Jonghyun hyung bersalah, tapi ia heran mengapa Jonghyun hyung juga tidak melawan. Ini pasti karena ancaman itu. Ahh.. kasihan sekali Jonghyun hyung, padahal ia sering memberi ku makanan dan membantu ku belajar” Ujar Seonho yang berada satu pihak dengan Guanlin. Benar, Seonho memang meniru semua yang Guanlin pilih, termasuk dalam hal ini.
Seonho mengurungkan niatnya untuk berangkat sekolah. Ia justru berlari ke arah lain. Ya itu arah jalan menuju Boarding House. Ia berlari sangat kencang berharap Guanlin dan yang lainnya belum berangkat saat ia sampai disana.
***
School Gate
07.55 PM
“Hyungseob-a!!” Panggil Euwioong di depan gerbang sekolah. Hari ini mereka mendapat giliran pertama untuk presentasi, sejak tadi Euiwoong sudah kelimpungan karena Hyungseob belum juga datang meski jam 8 tepat pelajaran akan segera di mulai. Mereka semua sedikit terlambat akibat sedikit masalah menyangkut Jieqiong pada boarding house pagi ini.
“Sejeong noona, Seongwoo hyung, Guanlin-a, Shiyeon-a.. aku duluan, aku bisa dimarahi Euiwoong nanti, sampai jumpa jam istirahat.. na monjwo kalkke” Hyungseob berlari menuju Euiwoong denga cepat.
“Kita juga harus segera masuk, bisa-bisa kita telat nanti” Ujar Seongwoo. Sejeong mengangguk menyetujui ucapan Seongwoo. Ia sudah cukup badmood pagi ini, mendapat hukuman guru karena terlambat bisa semakin memperburuk harinya.
Guanlin dan Shiyeon saling menatap melihat Seongwoo dan Sejeong berlari memasuki sekolah. Mereka memiliki acara lain pagi itu, setelah memastikan Sejeong dan Seongwoo menjauh, keduanya berputar arah dan berlari meninggalkan gedung sekolah.
Guanlin dan Shiyeon bergandengan tangan menyusuri jalan disekitar sekolah. Sesaat mereka brhenti. Melepas pakaian sekolah mereka, keduanya memakai Tshirt di dalam seragam, jadi mereka hanya perlu melepas seragam saja dan memasukan ke dalam tas. Mereka tidak bisa tenang berkeliaran di luar sekolah dalam jam pelajaran dengan mengenakan seragam, karena terkadang pihak sekolah menyebar beberapa petugas disiplin untuk menangkap basah siswa-siswi yang dengan sengaja membolos. Keduanya juga segera naik bus agar cepat meninggalkan area sekolah untuk sampai ke tempat tujuan mereka.
Guanlin dan Shiyeon turun dari bus setelah 20 menit lamanya. Tempat mereka berhenti cukup ramai. Keduanya memperhatikan ponsel memastikan tempat mereka berjanji dengan seseorang. Guanlin kembali menggandeng Shiyeon agar tidak terpisah di tengah keramaian. “Itu dia tempatnya” Ucap Guanlin.
“Ah benar, khaja” Ajak Shiyeon. Baik Shiyeon maupun Guanlin memasuki sebuah café di daerah sana. Meeeka melirik kanan dan kiri mencari seseorang. 2 orang anak sebaya dengan Guanlin dan Shiyeon sama-sama mengangkat tangan menandai keberadaan mereka. “Itu mereka” Ujar Guanlin.
***
Boarding House
08.10 AM
Selesai mandi dan berganti pakaian. Jieqiong segera berkemas. Ia berharap tidak melupakan barang-barang penting yang harus ia dibawa. Ia harus membereskan satu persatu mengingat ia sedikit teledor. Suara ketukan pintu terdengar. Minhyun memunculkan kepala dari balik pintu “Boleh aku masuk?”
“Tentu masuklah” Jawab Jieqiong mempersilahkan “Kira-kira apa lagi yang harus ku bawa?” Tanya Jieqiong barang kali Minhyun memgingat lebih baik dari dirinya.
Minhyun duduk di sisi tempat tidur Sejeong, yang terletak bersebrangan dengan tempat tidur Jieqiong. Jieqiong belum menjawab mengapa ia tiba-tiba ingin pergi ke Busan. Jieqiong memang mengatakan ia harus bertemu dengan seseorang, tapi apa urusan orang itu dengan Jieqiong tidak diketahui oleh Minhyun. Ia juga yakin mungkin hal ini berbungan dengan kasus Jonghyun, karena Jieqiong sempat menyebut-nyebut tentang ia bertemu dengan Jonghyun dan kondisi Jonghyun begitu buruk did alam penjara sana. Tapi sekali lagi ia tidak ingin terlalu banyak berspekulasi. “Jieqiong-a” panggil Minhyun.
“Hem?” Tanya Jieqiong menoleh ke atah Minhyun.
“Mianhae. Aku tidak bermaksud untuk membebani mu. Kundae.. Aku tidak ingin kau membahayakan diri dengan pergi seorang diri seperti ini. Kau pergi ke Busan.. apa ini berhubungan dengan Jonghyun? tidak kah lebih baik kau melibatkan kami semua jika memang ada sesuatu yang kau ketahui?” Pinta Minhyun berbicara perlahan agar Jieqiong tidak tersinggung ataupun merasa Minhyun terlalu ikut campur. Ia sadar betapa sensitif nya Jieqiong belakangan ini.
Jieqiong menghela nafas. Ia menghentikan semua aktiftas, kemudian duduk divsamping Minhyun “ildan.. Eottokhae malhaeneunji mollaseo.. Mianhande” Jawab Jieqiong meminta maaf karena ia tak tahu bagaimana harus mengatakan ini semua pada yang lainnya. Minhyun di samping Jieqiong mengangguk menanggapi ucapan Jieqiong. “Jika boleh jujur.. semua yang terjadi begitu memukul ku. Banyak hal yang ingin ku utarakan.. tapi aku tidak lah pandai dalam menjelaskan apa yang ada di pikiran ku yang terlalu rumit ini.. setiap kali aku berniat menjabarkan nya satu persatu rasa takut ku akan respon orang lain yang mungkin tidak akan sesuai dengan apa yang ku harapkan menghantui ku. Benar.. bahwa sudut pandang setiap orang akan mempengaruhi responnya terhadap suatu masalah… dan dalam hal ini… juga akan berakhir sama.” Jieqiong terdiam sejenak, mencoba merangkai kalimat yang mungkin akan mempermudah Minhyun mengerti dengan baik maksud ucapannya, walau mungkin akan tetap sulit. “Dalam diam aku mengamati semua orang dari sudut pandang ku.. Minhyun-a.. sekalipun mereka semua terpukul dengan hilangnya sosok Jonghyun dari rumah ini. Mereka semua tetap akan hidup dengan baik dengan.. atau tanpa Jonghyun. Kasus berbeda ku temukan pada diri ku sendiri.. Aku sadar bahwa ia (Jonghyun) sudah mengambil tempat penting dalam hidup ku. Mereka bukan diri ku. Apa yang mereka rasakan pada Jonghyun berbeda dengan apa yang ku rasakan.. aku juga tidak bisa memaksa mereka merasakan hal yang persis sama dengan apa yang ku rasakan.. terlalu egois rasanya… Kesedihan dan rasa khawatir ku akan dirinya (Jonghyun) terlalu besar… Aku… aku takut perasaan berlebihan ku ini akan sangat menganggu untuk orang lain di sekitar ku. Meski aku tahu mereka juga tidak akan mengatakan mereka keberatan jika aku meminta bantuan… tapi menyelesaikan semua ini seorang diri mungkin adalah yang terbaik yang bisa ku lakukan untuk ku, untuk Jonghyun.. juga untuk mereka semua”
Minhyun hanya bisa tersenyum tipis mendengar jawaban Jieqiong. Jauh di dalam hatinya ia juga merasakan penjelasan rumit dan panjang Jieqiong barusan mewakili hatinya meski dalam kasus lain. “Neorang .. Jonghyunierang.. neomu dalmatda” ucap Minhyun mengatakan bahwa Jieqiong dan Jonghyun memiliki karakter yang sama. “Na eottokhae malhae .. hh~”
“Gomapta Minhyun-a.. karena kau dapat mengerti” Ujar Jieqiong tulus. “Tolong katakan pada anak lainnya bahwa aku hanya ingin berlibur untuk menenangkan pikiran ku, aku tidak ingin mereka khawatir”
“Kau yakin tidak ingin ku temani? Aku juga lahir di Busan. Meski ku rasa sekarang Busan pasti sudah sangat berbeda dengan saat aku lahir dulu Haha” Canda Minhyun.
“Aku hampir lupa kalau kau ini alien. Mungkin saat kau lahir nama daerah itu belum dinamai Busan” Tanggap Jieqiong berusaha mengangkat sisi bibirnya untuk tersenyum ditengah kekhawatiran dihatinya “Gwenchana, jika kau ikut bersama ku mereka semua akan curiga juga khawatir”
“Baiklah.. kau keras kepala. Aku bisa apa”, ujar Minhyun.
Ting tongg~~~~~~ tong tong~~~ Ting tong~~~ Perhatian Minhyun dan Jieqiong teralihkan oleh suara bel yang tak berhenti berbunyi, Minhyun merasa familiar dengan cara memencet bel tersebut. Sepertinya kemarin ia juga mendengar suara bel berbunyi tak karuan seperti ini. “Aku akan turun, kau lanjut packing saja, jangan sampai ada yang tertinggal”
“Ne araseo” Jawab Jieqiong.
***
Minhyun menuruni tangga. Berjalan cepat menuju pintu masuk. Begitu ia membuka pintu sosok yang sudah di duga olehnya sedang terengah-engah di sana “Ahh.. Guanlin chingu” Ujarnya belum mengingat nama Seonho dengan baik.
“Eo!! Hyung tampan.. hoaa. Ini pasti takdir, kau selalu membuka pintu saat aku datang” Mata Seonho berbinar-binar bersemangat melihat sosok Minhyun.
“Aniya, aku memang bertugas membuka pintu =_=” Bantah Minhyun cepat sebelum Seonho besar kepala. Minhyun lalu mengecek jam dinding, ia heran mengapa Seonho ada di sana bukan disekolah seperti seharusnya “Kau tidak sekolah?”
“Aku ingin bertemu dengan Guanlin hyung.. dengan Hyung tampan juga hehe.. Ahh.. tapi urusan penting ku saat ini dengan Guanlin hyung!” Jawab Seonho memutar mutar ucapannya tak karuan, tak jelas arah bicara anak ini.
“Ini jam sekolah =_= Guanlin tidak ada disini, kau seharusnya berangkat ke sekolah kalau ingin bertemu dengan Guanlin.. dan. Kau juga tidak perlu bertemu dengan ku tanpa tujuan, aku juga sibuk” Tsundere Minhyun terus menerus melakukan penolakan pada si kecil Seonho.
Jieqiong turun dari lantai dua karena penasaran siapa yang datang “Nuguya?” Tanya Jieqiong sebelum melihat Seonho dicdepan pintu “O..” Ia tersenyum kecil begitu melihat Seonho “Seonho-a mwohaneun geoya yeogi?”
“Jieqiongie noona!” Seonho masuk ke dalam melewati Minhyun tanpa meminta izin terlebih dahulu “Noona tidak sekolah? Mengapa sudah rapi begini? noona mau pergi?” Tanya Seonho bertubi-tubi. Seonho memang cerewet, ia hanya diam jika sedang makan.
Melihat Seonho dan Jieqiong, Minhyun berfikir sejenak. Ia menutup pintu rumah. Seketika sebuah ide muncul di pikirannya. Tiba-tiba saja ia merangkul pundak Seonho “Seonho-ya”
“Omoooo.....” Sahut Seonho heboh hanya karena dirangkul oleh Minhyun. Ia langsung merangkul balik Minhyun dengan bangganya “Ne Ne..waeyo hyung tampan?” Tanya Seonho bersemangat.
Minhyun terpaksa tersenyum “Seonho-a.. apa orang tua mu akan mencari mu jika kau pergi jauh untuk 1-2 hari? Hyung memiliki misi penting untuk mu” Ujar Minhyun. “Eung.. aniyeyo!” Seketika Minhyun berpura-pura membatalkan rencananya “Tidak mungkin...kau masih kecil mana mungkin di beri misi besar.. Tidak mungkin aku meminta mu untuk menemani dan meoindungi Jieqiong ke Busan.. kau tidak akan bisa”
“ANIYOO.. Aku ini kuat dan hebat! Hyung tampan kau tidak boleh meremehkan ku!” Elak Seonho. “Kedua orang tua ku tidak pernah mencari ku, mereka selalu sibuk dengan bekerja. Aku tidak pulang tiga hari pun mereka tidak akan tahu.”Jawab Seonho mengungkapkan hal yang sebenarnya menyedihan dengan penuh kebanggaan. “Busan? hanya Busan.. aku bisa.. khaja noona!!” Ajak Seonho percaya diri ia bisa menyelesaikan misi, walau ia tidak benar-benar tahu misi apa yang dimaksud oleh Minhyun.
“Seonho?? Ya,Minhyun-ah! michonya?” Seru Jieqiong menentang keputusan Minhyun
“Wae? Kau hanya memiliki tiga pilihan, pergi dengan Seonho, pergi dengan ku.. atau pergi seorang diri dan ku adukan kepada anak lainnya”,Ancam Minhyun. “Kau keras kepala, Jonghyun keras kepala. Aku juga.. kita adil sekarang”
Seonho mendukung Minhyun seenaknya. Ia sudah beralih panutan dari Guanlin kini Minhyun, ia akan selalu mengikuti kehendak panutannya, begitu prinsip hidup Seonho “Benar. Aku juga keras kepala. Noona harus pergi dengan ku. Atau pilih dua pilihan sisanya seperti yang dikatakan hyung tampan?!” Seru Seonho hanya mengulangi ucapan Minhyun. “Benar kan hyung?” Tanya Seonho, dijawab menggunakan anggukan oleh Minhyun.
Jieqiong tak percaya ia harus menghadapi kedua mahluk ini sebelum pergi. Bibirnya membentuk huruf O.. sulit baginya menutup mulut. “Heol ~”
Seonho mencari-cari berita melalui smartphonenya “Menggunakan Bus. Butuh empat jam lebih menuju busan, akan ada keberangkatan jam 11 siang.. mengunakan subway harus transit beberapa kali. Aku tidak mengerti menggunakan angkutan umum. Sepertinya menggunakan bus menuju busan akan lebih aman, bagaimana hyung tampan?”
“Call” Jawab Minhyun “Aigoo jalhanda”
***
Pink Cafe
10.00 AM
Suasana canggung tercipta di antara Guanlin, Shiyeon juga dua namja dihadapan mereka yang tak lain adalah Daehwi dan Jihoon. Keempatnya memutusan untuk bertemu, mereka belum bisa bertemu di dalam sekolah karena Daehwi dan Jihoon masih mendapat skors meski mereka telah keluar dari kantor polisi.
Empat gelas minuman di atas meja juga sama sekali tidak tersentuh. Daehwi yang lelah dengan situasi ini membuka suara lebih dahulu “Mianhae.. karena kami tidak bisa mencegah Dongho hyung dan Hyunbin hyung memukuli Baejin malam itu” Ujar Daehwi tulus. Ia merasa dihantui oleh perasaan bersalah berhari-hari, karena itu ia merasa ia harus bicara bagaimanapun juga “Aku dan Jinyoung berteman tanpa sepengetahuahn kalian semua. Aku juga tidak senang hati melihat Baejin diperlakukan seperti itu. Tapi aku tidak bsia melakukan apapun”
“Aniya.. aku lah yang memulai semua ini. Ia sudah memperingatkan ku bahwa sebaiknya aku dan Shiyeon lebih berhati-hati. Tapi aku mengabaikan peringatan Baejin. Nado jweisonghaeyo” Ucap Jihoon juga merasa ia bersalah dalam kasus ini.
Guanlin juga ikut angkat bicara “Apapun itu. Penyesalan tidak akan mengembalikan Baejin. Bukan bermaksud menyepelekan hal ini. Tapi apa yang terjadi sekarang jauh lebih penting dari apa yang telah berlalu” Ujarnya “Soljikhage.. apa yang terjadi malam itu setelah Dongho hyung dan Hyunbin hyung memukuli Baejin? Kalian berada di sana, seharusnya kalian lebih mengetahuinya”
“Baejin berjalan pergi. Ia memang terhuyung karena pukulan Dongho hyung dan Hyunbin hyung. Tapi aku melihat dengan mata kepala ku sendiri ia masih bisa berdiri dan berjalan pergi. Tidak sedikit pun aku berniat membela, tapi Dongho hyung dan Hyunbin hyung benar-benar pulang bersama ku setelahnya” Jelas Daehwi.
“Maksud mu Jonghyun oppa kemungkinan memang benar-benar terlibat?!” Seru Shiyeon tak terima.
“Aku tidak menyebut nama Jonghyun hyung sama sekali, mengapa kau marah begitu” Sahut Daehwi meluruskan. “Yang ku tahu Chaeyeon memang sudah mengutarakan perasaannya kepada Baejin, namun Baejin menolak dengan alasan ia tidak ingin bermasalah dengan Jonghyun hyung. Hanya itu”
“Polisi menemukan ponsel Baejin dan terdapat pesan dari Jonghyun hyung mengajaknya bertemu, pesan itu dikirim pada hari yang sama pukul 7 malam.” Ucap Jihoon menjelaskan tentang apa yang ia ketahui dari kasus penyidikan dan bukti yang Chaeyeon berikan kepada polisi.
Guanlin dan Shiyeon terdiam mendengar pernyataan Jihoon. Hati mereka berat mempercayai hal tersebut, tapi kenyataan memang menjurus ke arah sana.
***
School's hall
04.00 PM
Daniel menyandarkan kepalanya pada dinding. Keringat bercucuran dari keningnya. Ia tengah beristirahat di sela sela ekstra kurikuler komunitas dance dan B-Boy di sekolahnya. Ia menoleh sejenak ke sisi kanannya. Tak jauh darinya, para siswi dari ekstra kurikuler dance tengah berlatih modern dance untuk kompetisi dance antar sekolah yang akan mereka ikuti dalam waktu dekat ini. Matanya hanya tertuju pada satu orang di antara para siswi tersebut. Latihan pun berhenti sejenak dan para siswi ekskul dance tersebut menyebar ke beberapa tempat untuk beristirahat. "Omo! Kang Daniel melihat ke arah kita", ujar beberapa siswi berbisik bisik sembari melihat ke arah Daniel. Daniel mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Namun ia kembali memperhatikan siswi yang diincarnya tersebut ketika tak ada yang memergokinya. Kali ini, ia melihat siswi tersebut tengah berbincang dengan teman sekelasnya, yang juga merupakan juniornya di sekolah.
Seorang namja yang terlihat lebih muda darinya berjalan ke arahnya. Namja itulah yang dilihatnya tengah berbincang dengan siswi yang sejak tadi diperhatikannya. Ia menyambut namja itu dengan senyum kelinci khasnya. "Yooo Park Woojin-what's up bro", tegur Daniel sembari menjabat tangan Woojin yang terkadang dipanggilnya sebagai Big Woojin untuk membedakannya dengan Woojin kecil, tetangganya.
"Hyung jalhaesseoyo", ujar Woojin sembari duduk di samping Daniel.
"Neo deo Jalhaesseo", balas Daniel.
Mereka pun mulai berbincang dalam dialek Busan satoori karena keduanya berasal dari Busan.
"Para yeoja cheerleaders itu berisik sekali....mereka tak henti hentinya membicarakanmu...ah jincha michigetda", sungut Woojin menunjuk sekumpulan siswi cheerleaders yang terlihat tengah berbincang sembari melihat ke arah mereka.
Daniel hanya tertawa mendengar ucapan Woojin. "Mwoya...neo kkomaengi (you, little kid)", ujar Daniel santai.
"Mereka sama sekali tak terpengaruh isu kau dan Seongwoo adalah sepasang kekasih", ledek Woojin.
"Ya neo! ish! Jugullae?", sungut Daniel membuat gesture seolah akan memukul Woojin
"Kkk~ geundae hyung...apa kau sudah dengar bahwa Kang Dongho hyung, Hyunbin hyung, dan Daehwi akan segera kembali ke sekolah?", ujar Woojin.
"Mwo?!" , respon Daniel. "Neo otteokhae ara?"
"Hyunbin hyung mempostingnya di sns kemarin", ujar Woojin.
"Aish...kenapa mereka dibebaskan cepat sekali?", gumam Daniel pelan namun ternyata Woojin mendengarnya.
"Itu karena mereka tidak terbukti bersalah", ujar Woojin.
"Musun soriya?", respon Daniel cepat.
"Beri aku kontak Ktalk Park Siyeon dulu heheh~", ledek Woojin yang memang mengincar Siyeon sejak dulu.
"Neo jugullae? Ppali malhae!", sungut Daniel.
"Arasseo arasseo!", sungut Woojin. "Mereka memang mengeroyok Baejin...tapi ternyata hasil autopsi menjelaskan bahwa ada hal lain yang mungkin saja menjadi penyebab utama perginya Baejin...", ujar Woojin. Ia lalu menengok ke sana kemari memastikan tak ada yang menguping pembicaraan mereka. Ia meminta Daniel untuk mendekat agar ia bisa membisikkan sesuatu. "Terdapat bekas luka cekikan di leher Baejin", bisik Woojin.
"M-Mworago?!", seru Daniel. "Neo eottokhae ara?!"
"Aish shikkeuro!", sungut Woojin. "Nal bwasseo....uri noona...ia bekerja sebagai asisten dokter yang menangani proses otopsi tersebut...ia tak sengaja membawa pulang beberapa dokumen dan aku tak sengaja melihatnya karena aku melihat nama Baejin di sana....uri noona mengatakan agar aku tak menyebarkan hal ini...tapi karena kau sempat tinggal bersama dengan Baejin, jadi kurasa kau berhak untuk mengetahuinya", ujar Woojin. “Tentang teman mu.. Jonghyun hyung.. Ah.. bukan tidak mungkin ia benar-benar terlibat kasus ini, karena itu ditahan pihak kepolisian sekarang”
***
Busan
06.00 PM
Sudah hampir 3 jam lamanya. Jieqiong dan Seonho sampai di Busan, namun keduanya masih berdiri di sisi jalan yang sama tanpa berbuat apapun. Seonho melirik Jieqiong berharap Jieqiong akan merespon sesuatu karena ia mulai kelaparan. Seonho yang sibuk membereskan tas dengan mengisi raselnya dengan berbagai makanan beberapa jam lalu di boarding House, justru lupa memasukkan ponsel dan dompet nya ke dalam sana, karena hal ini pula ia jadi tidak tahu harus bagaimana sekarang, ia ingin menyarankan sesuatu tapi Jieqiong disampingnya nampak hopeless. “Ottokhe jigeum” Gumam Seonho menggerutu seorang diri sembari memegangi perut.
Hari semakin gelap, matahari mulai merapat tertelan garis bumi. Bulan pun mulai keluar dari persembunyian. Jieqiong menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan mulai menangis. Seonho menggaruk kepala bingung. Ia sulit berfikir dikala lapar.
Seonho berjalan-jalan di sekitar area dimana ia dan Jieqiong menunggu tadi. Seonho berdiri di depan sebuah convenience store. Seorang namja berpakaian seragam, mungkin pekerja dis alah satu toko lain di daerah sana, sedang menikmati semangkuk instant ramyun. Udara yang mulai mendingin memang saat yang pas untuk menikmayi ramyun hangat. Seonho menelan ludah tanpa sadar memperhatikan namja tadi menikmati ramyun, namja itu sadar akan keberadaan Seonho. Ia yang duduk di bagian luar convenience store dimana memang sengaja disediakan beberapa tempat duduk dan meja menyapa Seonho “Kau ingin ramyun juga anak kecil?” Tanya namja dengan name tag Choi Minki tertera di dadanya.
Seonho mengangguk seperti puppy kecil kelaparan. Ia langsung duduk di samping Minki “Hyung, aku memiliki uang, aku datang dengan noona ku disana” Tunjuk Seonho ke arah dimana Jieqiong berada “Tapi kami tersasat, karena itu noona ku menangis .. aku jadi tidak tega meminta uang kepadanya. Saat menangis ia juga sangat serius jadi tidak bisa diganggu (?). Kalau hyung memberikan ku ramyun, aku berjanji akan mengganti uang hyung” Rayu Seonho menjelaskan panjang lebar demi mendapatkan satu bowl ramyun.
“Neon jincha kwiyobta.. araseo kau juga tidak perlu menganti uang ku. Kaja” Minki meninggalkan ramyun di atas meja. Ia masuk ke dalam store bersama dengan Seonho, memilihkan juga membuatkan ramyunsampai siap makan, tidak hanya satu, Minki membeli kan 2 bowl untuk Seonho. Kemudian keduanya kembali ke meja dimana mereka duduk sebelumnya. “Mokja” seru Minki.
“Ahh.. neomu pegopha.. jal mokge seubnida” Penuh kebahagiaan wajah Seonho kala menyantap ramyun. Padahal ia sudah menghabiskan camilan yang ia masukkan kedalam rasel selama perjalanan ke Busan juga memakan bekal yang dibuatkan oleh Minhyun selama menunggu bersama Jieqiong tadi. Srupp. Srullpp “Massiseoyo ahh.. haengbokhae”
Seorang namja lainnya berpakaian seragam kerja sama dengan Minki menghampiri mereka juga dengan satu bowl ramyun. Pandangannya heran terarah pada Seonho “Nugu?” tanya namja itu kepada Minki. Minki hanya menggeleng sambil tersenyum, mata Minki seolah berbicara “Molla”
Tidak butuh lama bagi Seonho untuk menghabiskan 2 bowl ramyun. Minki dan teman satu tempat kerjanya terkesima melihat kemampuan makan Seonho. “Daebak.. kau pasti lapar sekali” Ujar Minki
“Aniya sebenarnya sekarang aku tidak terlalu lapar” Jawab Seonho mengisyaratkan bahwa ia bisa bisa makan lebih banyak jika ia benar-banr dalam keadaan lapar. Seonho menikmati udara selagi mencerna makanan, ia sedkit mengantuk setelah selesai makan. Tak sengaja ia memperhatikan Minki juga rekan kerja Minki yang baru Seonho sadari berada disana, ia terlalu sibuk makan tadi. “Paca café” Seonho emmbaca tulisan yang tertera pada seragam Minki dan juga rekan kerjanya. “O! Paca café?? Hyungdeul apa kalian berkerja di Paca café?” Tanya Seonho mengingat bahwa Paca café adalah café yang ia dan Jieqiong cari.
“Ne, kami bekerja disana membantu seorang teman, wae?” Tanya Minki.
“Ohaaa.. daebak. Aku dan noona mencari ..eumm Im Youngmin-ssi dan paca café” Seru Seonho sebelum akhirnya ia kembali terkejut setelah membaca nama Youngmin tertera pada nam tag rekan kerja Minki “Eo.. chamkaman apa hyung adalah Im youngmin yang kami cari?”
“Ahh Youngminie? Aniya aniya.. Ia teman kami, pemilik Paca café. Nan Kwak Youngmin.. Im youngmin chingu” Jawab Namja itu “Kau bisa memanggil ku Aron”
“Ini kebetulan sekali. Jadi kau dan noona mu mencari Youngminie? Ya setelah ini kau harus membawa kami menemui noona mu, kau bilang ia sedang menangis tadi, Kasihan sekali, kalian pasti baru pertama kali datang ke Busan” Ujar Minki.
“Apa hyungdeul sudah selesai makan? Jika sudah bagaiman kalau langsung menemui noona? Aku takut meninggalkannya sendiri terlalu lama, aku sudah berjanji kepada hyung tampan untuk menjaga noona” Pinta Seonho khawatir akan keadaan Jieqiong.
“Gurae khaja” Seru Aron.
Seonho, Minki dan Aron menemui Jieqiong tak jauh dari lokasi convenience store. Seonho berlari cepat menghampiri Jieqiong “Noona.. nonaaaa.. Nan Paca Café chajaseo!!” Seru Seonho heboh.
Jieqiong menyingkirkan kedua telapak tanga dari depan wajah. Mata sembab dan wajah yang ememrah terlihat jelas “Jincha?” Tanya Jieqong dengan suara sedikit serak.
“JIEQIONGIE!!” Pekik Minki dan Aron bersamaan. “Neon jicha Jieqiongie matjwo?”
Jieqiong mendongak melihat kedua namja yang tadi baru saja menyebutkan namanya “Minki-a!.. Youngmin oppa!” Jieqiong langsung berdiri menyambut Minki yang hendak memeluknya.
“Jadi kalian saling mengenal?” Tanya Seonho. Aron mengangguk, diraihnya pundak Seonho, dan dirangkulnya pelan. Jika bukan karena Seonho mereka mungkin tidak akan bertemu.
Minki dan Jieqiong saling memeluk. Benar, mereka saling mengenal satu sama lain “Aigoo aigoo uri jieqiongie.. uljimaa.. aigoo” Minki menepuk-nepuk pundak Jieqiong agar tidak menangis lagi “Ya. Kau memiliki nomor ponsel ku, mengapa tidak menghubungi”
“Ah maja, aku begitu bodoh” Eluh Jieqiong.
“Eihh.. kau selalu saja panik terlalu cepat… bagaimana kalau adik mu tidak bertemu dengan kami tadi. Kau bisa disini sepanjang malam.. aiyuhh~” Takk.. Minki memukul kecil kening Jieqiong dengan jari “Jonghyunnie eodiya? Ia tidak menemani mu kesini? Aigoo npeun namja”
Jieqiong menghela nafas. Mendengar nama Jonghyun mengingatkan dirinya akan tujuan sebenarnya ia datang ke sana “Hufh.. ia menyebabkan aku harus datang ke sini. Ah.. apa Youngmin ada di café?”
“Ia sudah pulang tadi. Keundae.. ildan khaja. Aku akan menelponnya untuk datang” Ujar Minki.
***
Boarding House
07.00 PM
Sejeong, Seongwoo, Daniel, juga Hyungseob, Shiyeon dan Guanlin pulang ke rumah setelah menyelesaikan semua kegiatan sekolah termasuk esktra kurikuler mereka. Guanlin dan Shiyeon masih bungkam mengenai pertemuan mereka dengan Daehwi dan Jihoon hari ini. Bahkan mereka berdua langsung naik ke lantai 2 sesampainya di rumah.
“Ada apa dengan mereka berdua, sepertinya mood mereka kurang baik” Ujar Seongwoo.
Hyungseob angkat bicara mengenai Guanlin dan Shiyeon “Sepertinya seharian ini mereka tidak berada di sekolah. Tadi teman-teman mereka bilang begitu” Ucap Hyungseob polos.. “Tapi mungkin mereka salah, karena jam istirahat tadi aku bertanya pada Guanlin, dia berada dimana, Guanlin bilang ia berada di perpustakaan.. jadi ku rasa mereka hanya malas masuk kelas saja, tapi mereka berada di sekolah”
Daniel mengacak-acak rambutnya. Kondisi tubuh dan pikiran yang lelah membuatnya sedikit mudah kesal belakangan “Suasana rumah ini mulai aneh, semua orang hidup dengan urusan mereka masing-masing. Aku sama sekali tidak merasakan kebersamaan diantara kita lagi” Seru Daniel kemudian pergi ke kamarnya.
“Jwesonghabnida.. aku pasti salah bicara” Ucap Hyungseob merasa tak enak setelah melihat reaksi Daniel.
Sejeong menepuk bahu Hyungseob “Aniya.. kau segera mandi, aku akan menyiapkan makan malam..”
“Ne noona”Jawab Hyungseob patuh. Ia segera naik ke lantai dua untuk beristirahat.
Sejeong dan Seongwoo hening bersama di ruang tengah. Hawa rumah ini memang berubah semenjak kasus kematian Jinyoung, dan semakin buruk setelah ditangkapnya Jonghyun oleh polisi. Tak seorangpun dari mereka yang dapat menyembunyikan kekecewaan mereka akan situasi saat ini. "Ah na jincha himdeuro", keluh Sejeong sembari menyandarkan kepalanya di leher sofa.
Seongwoo yang duduk bersebrangan dengannya menatap yeoja itu sejenak. Lalu menoleh ke kanan dan kiri dan menyadari bahwa kini hanya tinggal mereka berdua di ruang tamu. "Ya", tegur Seongwoo.
"Mwo?", jawab Sejeong malas.
"Ramyeon meokgeollae?", ajak Seongwoo.
"Masaklah sendiri....aku lelah", gumam Sejeong.
"Ara! Aku menawarkan diri untuk memasaknya...kau ingin makan juga atau tidak?", sungut Seongwoo.
"Jincha?", tanya Sejeong tak percaya ketika pada akhirnya Seongwoo berniat untuk membantu biarpun hanya memasak ramyun.
"Kau ini selalu berpikir negatif tentangku...jogeuman gidaryeo", sungut Seongwoo. Ia melepas kancing kerah atas seragamnya dan menggulung lengan seragamnya dengan maksud ingin terlihat keren tapi Sejeong kembali merebahkan dirinya di sofa sembari memejamkan mata. "Ah..jincha....", sungut Seongwoo sebal. Ia hendak bangkit dari sofa ketika disaat bersamaan, Minhyun muncul.
“Kalian sudah pulang?” Tanya Minhyun baru keluar dari dalam kamar.
“Ne Minhyun-ah” Jawab Sejeong. “Apa Jieqiong sudah membaik?"
“Ah Jieqiongie eum..” Minhyun bersikap aneh. Ia terlihat tak tenang saat Sejeong bertanya tentang Jieqiong “Jieqiong pergi ke Busan siang tadi”
“Mwo?” Seru Sejeong dan Seongwoo bersamaan.
“Ku rasa ia sudah terlalu penat dengan kasus Jonghyun. Jadi ku biarkan ia pergi, barangkali ia bisa menangkan diri disana. Ia butuh refreshing.. bukan kah begitu” Jawab Minhyun beralasan.
Sejeong tetap mencium alasan tak biasa dibalik kepergian Jieqiong “Aniya. Mustahil ia pergi untuk berlibur. Jieqiong itu penakut.. dibanding pergi liburan seorang diri, ia akan lebih memilih tidur di rumah … ia tidak pernah suka pergi ke berbagai tempat tanpa teman”
Seongwoo kembali duduk di sofa ruang tengah, tak sengaja ia merasa menduduki sesuatu. Ia berdiri dan melihat sebuah ponsel dan dompet tergeletak di sofa. Seongwoo mengecek ponsel berwarna putih itu terlebih dahulu. Pada lock screen ponsel tersebut terpampang foto Guanlin dan Seonho, ID card Seonho juga terdapat di dalam dompet “Apa Seonho ke sini tadi?”
“O.. ottokhe ara?” Tanya Minhyun panik. Seongwoo menunjukkan ponsel dan Dompet milik Seonho yang ia temukan “Ahh.. ne ia datang tadi. Haha.. ia bilang ia ingin menemui ku =_= anak itu aneh sekali” Ujar Minhyun segera mengambil ponsel dan dompet Seonho “Kalau ia datang lagi besok, akan ku berikan lagi kedua benda ini, akan ku simpan di kamar ku dulu” Minhyun berbegas memasuki kamar untuk menyimpan dompet dan ponsel Seonho. Namun tingkahnya membuat Sejeong dan Seongwoo semakin curiga.
***
Busan
07.40 PM
Youngmin baru saja datang. Ia buru-buru kembali ke Paca café miliknya, meski sebelumnya ia sudah sempat sampai ke rumah. Malam itu café sudah tutup, hanya mereka ber lima didalam sana. Aron yang juga salah satu team chef, duduk di sebuah meja bersama Seonho. Seonho seperti mainan baru bagi Aron yang menyukai anak kecil itu. Sementara Minki, Youngmin dan Jieqiong duduk bersama di meja lainnya sedang berbicara serius.
Sebuah laptop, smartphone dan tablet PC diletakan di atas meja. Youngmin bertindak cepat sejak tadi. Ia tidak mau membuang banyak waktu ditengah situasi sulit “Pengacara sudah bertemu dengan pihak penyidik. Ia akan mengirimkan beberapa berkas penyidikan yang dapat kita teliti. Kita harus tahu pasti tuduhan akan Jonghyun sebelum Donghyun sampai, sehingga kita bisa mengetahui apa yang kita butuhkan.”
“Hufh.. aku tidak menyangka hal semacam ini bisa terjadi. Padahal saat aku bertemu Chaeyeon dulu kupikir ia gadis baik-baik. Cih.. aku tidak sangka ia selicik ini. Beraninya ia melaporkan Jonghyun ke kantor polisi” Gumam Minki kesal mendengar penjelasan Jieqiong mengenai kasus yang menimpa Jonghyun “Bagaimana dengan Donghyun? Kau sudah menghubunginya Youngmin-a?”
“Ia akan mengambil penerbangan ke Seoul malam ini juga” Jawab Youngmin. “Besok pagi kita juga harus pergi ke Seoul, malam ini kau menginaplah dulu Jieqiong-a. Jangan khawatir .. aku akan mengurus semua ini” Youngmin menangkupkan telapak tangan di atas punggung tangan Jieqiong.
“Bisa kah aku ikut? Aku bisa gila jika ditinggal sendiri disini. Aku khawatir pada Jonghyun” Rengek Minki memaksa ingin ikut.
“Araseo.. “ Jawab Youngmin. “Hufh.. aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Jonghyun. Kau bilang ia tidak bicara juga secara tak langsung mengakui pada paman dan bibi Kim bahwa ia bersalah? Ia sungguh mencari mati, pasti hal ada buruk yang begitu menganggu pikirannya” Ujar Youngmin khawatir.
Jieqiong mengangguk “Ne, Aku sendiri sempat kehilangan kepercayaan. Ku pikir.. apa mungkin ia benar-benar bersalah sehingga ia bertingkah seperti itu. Tapi semua berubah setelah aku menemuinya kemarin. Ia mau bertemu dengan ku setelah aku meminta seorang sipir mengatakan padanya bahwa aku bernama Jung Chaeyeon, bukan kah itu aneh?”
“Apa yeoja itu juga mengancam Jonghyun? .. dasar ular betina.” Sungut Minki.
“Benar, pasti ada sesuatu dibalik sikap Jonghyun” Sambung Youngmin “Tapi.. ini sudah malam, kau juga pasti lelah seharian di Busan, sebaiknya kau beristirahat Jieqiong-a. Di atas café ada beberapa kamar. Kau dan Seonho bisa beristirahat disana. Minki dan Aron hyung juga tingga disini.. Aku akan pergi mengambil beberapa barang untuk pergi ke Seoul besok, lalu pulang ke sini malam ini juga. Sekarang biar ku antar kau ke atas”
Youngmin dan Jieqiong berjalan menuju lantai atas, mereka melewati meja dimana Aron dan seonho berada. Youngmin berhenti sesaat disana “Aigoo manhi mokgo” ucapnya mengusap kepala Seonho “Hyung, nanti kau antar Seonho ke atas juga setelah selesai makan, ia juga harus istirahat”
“Ok.. Tapi aku tak tahu kapan ia akan selesai makan hahahah.. “ Canda Aron membuat Jieqiong dan Youngmin tertawa kecil. Keduanya kemudian melanjutkan langkah menuju kamar atas.
Setelah menaiki tangga café, Mereka sampai di lantai 2. Youngmin membuka kunci salah satu pintu kamar disana, ia juga membawakan tas miliki Jieqiong masuk ke dalam kamar. Kamar tersebut sangat rapi “Masuklah” Ujar Youngmin, Jieqiong mengikuti langkah Youngmin. Youngmin adalah seorang namja pemalu, ia dan Jieqiong tidak telalu banyak bicara tanpa ada Donghyun dan Jonghyun yang sedikit rewel diantara mereka sebelumnya. “Banyak para wisatawan yang seringkali datang malam hari dan belum mendapat kan tempat menginap. Karena itu kami membangun beberapa kamar di atas café” Jelas Youngmin sedikit kaku dengan satori khas Busan yang cukup kental.
Jieqiong membuka jendela kamar tersebut “Tapi kamar ini nyaman, dan pemandangan di luar indah.. huwaa.. pikiran ku lebih ringan sekarang. Aku tak tahu bagaimana harus berterima kasih pada mu Youngmin-a”
“Itu lah gunanya teman ^^” Jawab Youngmin tersenyum tenang. Youngmin mengambil selimut dan bantal dari dalam lemari, ia membantu membereskan tempat tidur Jieqiong, sebelum Jieqiong melarangnya. Jieqiong pasti melarang Youngmin membersihkan tempat tidurnya karena merasa merepotkan Youngmin. Jadi Youngmin melakukannya dengan cepat selama Jieqiong masih termenung didepan jendela, selesai membereskan tempat tidur. Ia berdiri disamping Jieiqong. Merasakan angin berhembus menerpa wajah mereka “Ini pasti sulit untuk mu” Ujar Youngjin “Aku tidak bisa menutup mata akan kenyataan kau dan Jonghyun memiliki perasaan meski kalian tidak pernah mengutarakan hal itu. Donghyun juga sering bercerita betapa ia gemas melihat hubungan kalian yang tidak memperlihatkan kemajuan. Sekarang semua justru berjalan seburuk ini”
Jieqiong memperhatikan Youngmin. Diantara Donghyun dan Jonghyun, Youngmin terlihat paling pendiam, tapi terdapat kesamaan diantara ketiganya. Donghyun meyembunyikan perasaan dibalik senyum nakal dan tingkah hyper aktifnya, Jonghyun dibalik senyum tenang. Dan Youngmin menyembunyikan perasaan dibalik senyum canggungnya. Mereka sama-sama namja yang tak pernah jujur akan perasaan mereka. “Singihae.. Aku terlibat diantara namja-namja yang berprilaku sama seperti diri ku. Di satu sisi itu membantu ku menyadari bahwa aku bukan lah satu-satunya orang aneh di dunia ini. Disisi lain.. ini juga membuatku menyadari betapa menyusahkan harus berhubungan dengan orang-orang seperti diri ku sendiri ini. Tapi ku rasa aku tidak serumit Jonghyun”
Youngmin tertawa kecil “Gurae.. level Jonghyun sedikit berbeda hahaa” Candanya. Keduanya sama-sama berhenti bicara. Mereka menikmati udara segar dan pemandangan indah malam di Busan. Sebelum akhirnya Youngmin kembali bicara “Hh~ Aku dengan tulus berdoa untuk kebaikan kalian berdua. Ku harap semua kebodohan akan berhenti sampai disini.. ku harap kalian berdua bisa bahagia setelah ini”
“Neodo.. “ Ujar Jieqiong “Ku harap kau bisa segera menemukan jodohmu ahaha, juga membuka café di Seoul sehingga kita bisa sering bertemu dan bermain bersama.. dan Ku harap Donghyun berhenti kabur-kaburan seperti saat ini”
“Hahah. Yang terakhir terdengar sulit” Tanggap Youngmin membumbui dengan candaan. “Baiklah kalau begitu, selamat beristirahat.. aku harus pulang ke rumah membereskan barang-barang yang harus ku bawa besok. Sampai jumpa besok pagi” Ucap Youngmin beranjak keluar dari kamar Jieqiong.
“Eoh.. Josimhe.. Gomawo Youngmin-a” Ujar Jieqiong. Youngmin memberikan senyum dan berlalu menuruni tangga. Disaat bersamaan, Ponsel Jieqiong begetar, tanda sebuah pesan masuk ke sana. Ia menutup pintu kamar lalu mebaca pesan tersebut.
From : Byongari Seonho
Seonho meninggalkan ponsel disini, anak bodoh =_=
Ini aku Minhyun..
Aku sudah berusaha, tapi sepertinya Sejeong masih curiga kau berani pergi seorang diri.
Sebaiknya kau memberi kabar
***
Boarding House
08.00 PM
Sejeong sudah merasa kondisinya sudah membaik. Ia memutuskan untuk membantu menyiapkan makan malam. Seongwoo yang sempat berniat memasakkan ramyun justru malah asyik mengobrol dengan Minhyun tadi sehingga ia lupa melakukannya. "Ah dimana mangkuknya?", gumam Sejeong bingung. Ia mendongak ke atas dan membuka buffet lemari atas. "Ah yogi itda", gumam Sejeong. Ia mengulurkan tanganya untuk menarik mangkuk yang terletak cukup tinggi. "ugh!", sungut Sejeong yang tak mampu meraih mangkuk tersebut. Tak lama kemudian, ia pun berhasil menyentuh mangkuk tersebut sembari berjinjit. Ia menarik pelan mangkuk tersebut, namun mangkuk mangkuk lain di atasnya turut bergerak dan seolah akan terjatuh menimpanya. Sejeong refleks tertunduk karena mengira mangkuk mangkuk itu akan menimpanya. Namun di saat bersamaan, ia merasakan adanya tangan lain membantunya menarik mangkuk tersebut. Sejeong membuka matanya dan sedikit menoleh ke belakang. Seongwoo tepat berada di belakangnya, membantunya mengambil mangkuk tersebut. Dengan postur tubuhnya yang tinggi, ia dengan mudah mengambil mangkuk yang berada di buffet atas tersebut dan menyerahkannya pada Sejeong. "G-Gomapta", gumam Sejeong canggung.
"Lain kali panggil yang lain jika kau butuh bantuan..jangan berpikir bahwa kau harus menanggung semuanya seorang diri", ujar Seongwoo serius. "Letakkan saja mangkuk itu di situ...aku sudah terlanjur berjanji untuk memasakkan ramyun tadi", ujar Seongwoo mengambil peralatan untuk memasak ramyun.
Sejeong terpaku di tempatnya, tak mengerti apa yang tengah merasuki Seongwoo hari ini. Namja itu bersikap berbeda sejak ia keluar dari UKS siang kemarin. "Ada apa dengannya?", gumam Sejeong bingung.
"Eo??", seru Seongwoo sambil melihat smartphone.
"Bagaimana bisa ia memasak ramyun sambil memeriksa handphone?", sungut Sejeong.
"Ya ya igo bwa", seru Seongwoo meminta Sejeong mendekat. Yeoja itu berjalan mendekat dam berdiri di sampingnya. Seongwoo menunjukkan layar ponselnya pada Sejeong. "Hee?? ige mwoya?!", seru Sejeong.
Drettt .. dretttt… Notifikasi dari grup chat boarding House berbunyi. Jieqiong dan beberapa anak lain mengirim beberapa chat ke dalam grup.
Zhou
Yaedul-a …
Reply : Xiyeon
EONNIEEEEE.. EODIYAA??
Reply : Zhou
Busann Busann ^^
Attach Photo (With Youngmin)
Reply : Daniel
Mianhae aku tidak memeriksa ponsel ku tadi pagi
Busan kagoshippeo T.T
Anyway .. NAMJACHINGU??!!! OMO..
Reply : Zhou
HEMMMM.. ~~~
Reply : Ong
OMONAA… namjachinguuuu???
Maldoandwe =_= sepertinya aku pernah melihatnya..
Reply : Zhou
KKKKKKK… Jangan merindukan ku yorobun ^^
Aku sedang bersenang-senang ..
Reply : Guanlin
Youngmin hyung?
Reply : Zhou
Shuutttt.. kkkk
Reply : Ong, Daniel
YOUNGMIN NUGUUU? Lai Guanlin nawa..
Reply : Guanlin
.. hemm ~
***
Boarding House, Few Days later
June, 14th
09.00 AM
Para Namja termasuk Seonho dan Siyeon, yang merupakan satu satunya yeoja, tengah asyik bermain di ruang tamu. Mereka tengah asyik meledek Seonho yang sering sekali berkunjung kesana dua kali lebih sering belakangan ini. Seonho sudah pulang dari Busan, begitu juga dengan Jieqiong, hanya saja sampai saat ini Jieqiong belum juga pulang ke Boarding House. Disaat bersamaan, Sejeong menuruni tangga dalam balutan dress serba hitam.
"Woah...ippeuda~", ledek Daniel. Karena yeoja itu memang jarang sekali memakai dress maka ia terlihat berbeda.
"Eodiga Sejeong-ah?", tanya Minhyun.
"Aku ada urusan sebentar...jika kalian ingin makan, kalian bisa memesan pizza atau memasak ramyun saja....na kalkke", ujar Sejeong bergegas pergi.
"Ia baru saja sembuh sudah berkeliaran seperti itu ckck", sungut Seongwoo. "Ya yaedeura", ujar Seongwoo serius tiba tiba. Anak anak itu menatapnya serius seolah berpikir ia akan mengatakan sesuatu yang penting. "Aku ingin ke toilet", ujar Seongwoo bangkit dari sofa sembari tertawa puas. Anak anak itu pun melemparinya dengan bantal sofa. Seongwoo berjalan menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti dan tatapannya terarah pada kalender. Sebuah tanda silang menandai tanggal hari ini. Seongwoo melangkah mendekat. "Apa hari ini ada yang berulang tahun?"
"Ne? Musun soriya?", sambar Daniel dari sofa.
"Apa ada yang menandai tanggal di sini?", tanya Seongwoo. Namun anak anak itu menggeleng cepat. Seongwoo kemudian menghampiri Shiyeon "Shiyeon-ah, apa kau menandai tanggalan di kalender?"
"Ne? menandai apa?", tanya Shiyeon bingung.
"Aniya dwaesseo", ujar Seongwoo dengan ekspresi bingung. Ia yakin sekali tak ada tanda itu beberapa hari yang lalu bahkan saat Jonghyun dibawa polisi. "Jika bukan anak anak, juga diriku, Shiyeon, Guablin, Hyungseob, Daniel.. Jieqiong dna Jonghyun juga mustahil.. maka hanya ada satu orang....", gumam Seongwoo. Ia terdiam sejenak seraya berpikir dan ia menatap ke arah pintu keluar. Ia lekas ke kamar mandi, lalu bergegas ke kamarnya untuk mengambil jaket dan bergegas hendak keluar rumah.
"Ya neo eodiga?!", seru Daniel ketika melihat Seongwoo hendak keluar rumah.
"Ada urusan sebentar", ujar Seongwoo cepat lalu sosoknya menghilang dari balik pintu.
"Wae kkapjagi?", gumam Daniel bingung.
***
Unknown place
11.00 AM
Srek~ anak itu membuka lembar demi lembar sebuah buku tahunan sekolah usang. Ia terhenti pada sebuah lembaran kelas 12-1. Terdapat empat foto siswa yang ia lihat di artikel artikel usang sebelumnya. "Kim Chungha...Hwang Minhyun....Ha Minho..... Jungseop...", gumamnya. Ia melihat kembali ke arah artikel usang tersebut. "Kim Chungha pastilah seorang yang spesial bagi Tuan Hwang", gumamnya. Ia melamun sejenak dan teringat kembali ke memori beberapa bulan yang lalu.
FLASHBACK
"Aku ingin tetap berada di sini", gumamku pelan. Tapi hal itu hanya membuat pria di hadapanku ini semakin murka.
"YAAA!!!!", ia mengangkat tangannya dan hendak menamparku, namun tangan lain menahannya. "Ya Hwang Minhyun, ini bukan urusanmu!", bentaknya. Aku tak tahu jika ia mengenal Tuan Hwang dengan cukup baik.
"Ara...tapi kurasa aku berhak untuk marah karena kau membuat keributan di area tempat tinggalku", ujar Tuan Hwang dengan tegas saat itu. Aku terpana melihatnya. Ia terlihat begitu berkarisma dan aku merasa aman berada di dekatnya dibandingkan suami ibuku ini.
"Wae?! Kau bukanlah pemilik area ini! Aku bisa membeli seluruh area ini termasuk rumahmu jika ku ma-", krek~ "ARGHH!!", kulihat Tuan Hwang mencengkram erat dan sedikit memelintir tang,an suami ibuku dan menariknya pelan. "Sudah berpuluh puluh tahun berlalu dan kau tak juga berubah....Ha Minho....", SRUK! ia kemudian mendorong pelan Ha Minho dan menoleh padaku. "Sebaiknya kau pulang dan bicarakan hal ini dengan keluargamu...aku tak bisa menerimamu jika orangtuamu tak mengizinkan", ujar Tuan Hwang tegas. Ia berjalan ke arahku dan berhenti tepat di sampingku. "Pintu rumahku selalu terbuka jika kau sudah meminta izin pada orangtuamu...hwaiting", bisiknya sembari menyentuh pelan pundakku sebelum ia masuk ke dalam rumah.
End of Flashback
"Apa maksud ucapannya saat itu? Apa ia memang berharap agar aku kembali datang padanya karena ia sudah lama mencari Ha Minho dan aku satu satunya akses yang dimilikinya untuk menemui Ha Minho?", gumam anak itu. Ia kemudian mengacak acak rambutnya frustasi. "Ah na molla...Aku harus melakukan apa yang harus ku lakukan terlebih dahulu", ujarnya. Ia lekas mengambil beberapa lembar kertas. "Apa ia tak memiliki pulpen atau spidol?", gumamnya sambil mencari cari di sekitar meja kerja milik Hwang Minhyun. Srek~ ia tak sengaja membuka laci meja kerja dan menemukan sebuah kotak kecil berwarna merah. Tak ada barang lain di dalam laci selain kotak itu. "Ige mwoya?", gumam anak itu mengambil kotak tersebut dan membukanya. Sebuah flashdisk terletak rapi di dalam kotak tersebut. Ia mengambil flashdisk tersebut dan mencolokkannya di dalam komputer untuk melihat isinya. Sebuah tabel berisi nama orang, perusahaan, dan jumlah uang dalam skala besar terpampang secara detail di dalam tabel tersebut. "Ige mwoya?", gumam anak itu bingung. Ia kemudian menghubungi seseorang. "Yoboseyo? samchun...apa kau sedang sibuk?....Ah aniyo...aku butuh sedikit bantuanmu...aku akan mengirimkan sebuah email padamu...email berisi data tabel tapi aku tak mengerti apa isi dan maksud dari tabel ini chakkamanyo", ujar anak itu mengirimkan data tabel tersebut melalui email.
Ia menunggu selama beberapa menit kemudian dan tak lama setelahnya, smartphonenya kembali bergetar. Ia dengan cepat mengangkat panggilan tersebut. "Ne samchun? ottaeyo?.......MWORAGOYO?! K-Korupsi?", seru anak itu tak percaya.
** TO BE CONTINUED **