home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > But I'm Not Kind Of Them

But I'm Not Kind Of Them

Share:
Author : lilacians
Published : 22 Apr 2017, Updated : 06 May 2017
Cast : Shin Jisoo (OC) , BTS Suga, BTS Jimin, and the other members, Ryu Hani (OC), Ahn Minjoo (OC),
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |994 Views |0 Loves
But I'm Not Kind of Them
CHAPTER 2 : Deux

“  Hani – ya,cepatlah sedikit! Aku lapar! “ seruku memukul meja miliknya.

                “ Iya, aku sedang mencari uangku. Nah, sudah dapat. Ayo! “ Hani sempat mengobrak tas depannya, sebelum ia menarik lenganku.

                Baru saja kami keluar kelas. Dan, yah … Hani meninggalkanku. Dan kalian pasti tahu alasannya.

                Tidak tahu? Wah, payah!

                Para siswa membentuk kerumunan di depan kelas sebelah, dan berteriak heboh seperti kejatuhan ratusan ribu won dari awan.

                Namjoon? Taehyung? Dan … Ah, jadi, semua member BTS bersekolah disini? Tenang kawan, aku hanya ber – oh saja soal itu.

                Soal Hani? Oh, dia tentu saja akan melupakanku jika sudah bertemu pacar khayalannya. Haha, tak apa lah, selama ia senang. Uh, tapi masalahnya, aku lapar. Jalan kantin tertutup oleh kerumuman orang gila. Terus, apa aku kehabisan akal? Tentu saja tidak. Aku bisa lewat jalur belakang kelas, kan?

                Setengah jalan. Uh tidak apa – apa sih. Ya meskipun keributan, tidak, itu kericuhan untukku, yang masih terdengar. Ah, bodoh. Untuk apa peduli. Yang kupikirkan hanya makanan, makanan, dan makanan.

                “ Eh! Kembaliannya lima ribu won! “

                Aish, apa yang kukatakan? -_- Setelah aku melihat seorang siswa yang meloncat dari jendela kelas depan.

                “ Aish! “ dengusku kesal. “ Kau perlu lihat – lihat sekitar sebelum melompat!“

                Apa- apaan? Rambut blonde itu … Ish, semoga saja bukan dia.

                “ Kenapa kau bisa lewat di sini? “ Anak itu melepas masker hitam yang ia kenakan.

                Tuhan. Kenapa kau tidak mendengar permohonanku?

                “ Karena ulah fansmu. Menghalangi jalanku ke kantin, “ jawabku membuang muka . “ Minggir. Aku mau makan, “

                Satu detik. Dua detik. Tidak ada perubahan posisi. Baik, aku yang mendorongnya kesisi samping, untuk memberiku jalan.

                Hei, kenapa terhenti? Sial. Kenapa dia menahan tanganku?

                “ Kau mau apa? Lepaskan, “

                Dengan sepasang mata tak berkelopak itu, Yoongi menatapku. Dan kami hening untuk beberapa saat. Aish, dia mau apa sih?

                “ Aku … ikut, ya, “ Nada bicaranya seketika berubah dari sebelumnya.

                Aku melongo. Bingung dengan apa yang baru ia katakan barusan. “ A … Apa? “

                “ Aku ikut denganmu! Kau tidak mendengar? “  Ck, dan ia kembali dengan aksen kerasnya.

                “ Tidak berguna kau ikut denganku. Mereka pasti akan mengepungmu disana. Maskermu tidak akan membantu, “ 

                “ Ya sudah. Belikan aku makanan saja! Aku akan menunggu disini. Siswa lain tidak ada yang tahu jalan sempit ini kan? Aku b  enci harus melayani kerumunan disana,“

                “ Apa?” Spontan, mataku membulat total. “ Kau menyuruhku? “

                Namja pendek itu lalu mengeluarkan dua lembar 1000 won dari dompetnya dan memberikannya kepadaku.

                “ Terserah, yang penting tidak ada keju. Jangan lupa minumnya, “ suruhnya datar lalu melipat tangannya seraya bersandar di dinding kelas.

                Aku menghela nafas panjang. Kapan aku pernah bermimpi menjadi pesuruh artis? Bahkan, dia tidak ada mengatakan kata tolong pada kalimatnya.

                Aish, kenapa mereka harus sampai kemari? Ck! Benar- benar mengganggu ketenangan jam istirahat. Kalau mereka tidak pindah kesini, pasti sekolah akan damai sejahtera.

                “ Ini. Makanan, minuman, sisanya 1000 won, “ Aku menyerahkan paper bag berisi itu semua kepada idol tak sopan itu. “ Lain kali, kau harus makan disana. Tadi, Ahjussi mengizinkannya karena aku bilang kau sakit, “

                Yoongi meraihnya malas. Dan meletakkannya begitu saja di samping ia duduk. Sedangkan aku, ya tentu saja meninggalkannya. Untuk apa aku berlama – lama disini?

                “ Shin Jisoo, “ panggilnya.

                Aku menghela nafas sejenak. Kuharap ia tidak akan menyuruhku lagi.

                “ Apa.. “ Aku berbalik.

                “ Lupakan saja, “ ucapnya, tanpa melihat kearahku, lalu membuka paper bag – nya.

                Kupikir ia akan berterima kasih setelahnya.

                “ Jisoo – ya, bagaimana ini? Mereka sudah satu sekolah dengan kita! “ Hani, dengan kegilaannya berucap.

                “ Bagaimana? Ya, biasa saja, “ balasku sambil menulis rangkuman di papan tulis yang belum selesai.

                Hani mendesis. “ Ah, apanya yang biasa sih? Oya, tapi, kenapa aku tidak melihat Suga Oppa tadi? Apa dia sakit? “

                “ Ya, mungkin tidak bersekolah disini, “ jawabku datar. Seolah – olah aku juga tak pernah bertemu dengannya tadi.

                Hani spontan memukul mejaku. Membuat  pena biru luput dari jariku.

                “ Apa? Tidak mungkin! Semua member ada, dan pastilah dia ada! “ bantah gadis hiper itu. “ Apa kau ada melihatnya di kantin tadi, “ Aku menggeleng.

                Hani bergumam. “ Kenapa sih? Kau terlihat benci sekali dengannya, “

                “ Sudah kubilang. Kesanku bertemu dengannya buruk malam tadi. Ya, jadinya aku kurang suka dengannya, “  Apalagi, setelah ia menyuruhku tanpa meminta tolong. Tidak sopan. Aku malas menceritakan pertemuanku dengan Yoongi hari ini. Atau Hani akan semakin gila. Aku kasihan dengannya.

                Hani tertawa kecil mendengarku. “ Ah, siapa tahu kau bisa jadi fangirl nya juga sepertiku. Apalagi mereka sudah satu sekolah dengan kita! “

                “ Ck! Tidak. Sudahlah, Hani. Lebih baik kita fokus belajar untuk ujian nasional nanti daripada bertingkah tidak jelas! “ timpalku yang akhirnya berbicara face to face dengannya.

                “ Aish, belajar, belajar, belajar. Bosan! Kita juga perlu hiburan, tahu! “ Ia menopang rahangnya dengan kedua tangannya.

                 “ Terima kasih. Selamat menikmati. Berkunjunglah lagi kemari, “

                Kupikir, hari ini salah satu hari tersibuk. Aku harus melayani pelanggan lebih banyak daripada biasanya. Huh, untung saja besok hari Minggu. Jadi, aku bisa tidur dengan nyenyak. Tak peduli aku akan bangun siang.

                Setelah melayani pelanggan terakhir, aku melirik ke arah jam yang terpampang di dinding belakang.  Dan menyunggingkan senyum setelahnya.

                Jalanan tampak lengang. Ah, tentu saja. Itu karena aku melewati jalan perumahanku yang sepi. Ya, meskipun agak sedikit menguras tenaga. Tanjakkannya lumayan curam.

                Grab! Sret!

                Apa – apaan? Siapa ini?

                Jangan – jangan …

                “ Hei, penculik! Lepaskan tanganku! “ Tentu saja aku panik. Membuatku bisa berteriak senyaring itu.

                “ Jangan berisik! “  ‘ Penculik ‘ itu menoleh kearahku tanpa melepaskan cengkraman tangannya.

                Aku memanga. Namja itu menggunakan masker. Tapi, aku seketika bisa mengenalnya.

                “ Apa yang kau lakukan, sih? “ omelku, mengecilkan volume suara dari sebelumnya.

                Dan sepersekian detiknya, aku bisa mendengar suara kegaduhan dari radius kira – kira sepuluh meter.

                Yoongi tidak mengacuhkannya, dan terus menarik lenganku yang tak berisi. Menuntun untuk mengikutinya. Tidak seperti fans nya yang akan berjingkrak riang. Aku terus mengeluh karena sakitnya tarikan tangannya itu-_-

                “  Kemana saja, sekira aku akan aman dari mereka. Aku tidak tahu jalanan sini, “

                “ Lalu, kenapa kau bisa kemari? “

                “ Kenapa? Tentu saja aku panik! Aku sedari tadi  tak peduli jalanan mana yang kulewati, “ Ia balik mengomeliku. Apa – apaan? Sehari saja aku mendengarnya tidak berbicara keras seperti itu.

                Aku mendesis. “ Sudah! Sudah! Di depan belok kanan. Bersembunyi saja di balik pagar rumahku, “

                Tak memakan waktu lama, ia spontan langsung melompati pagar hitam itu, yang tingginya hanya sepinggang miliknya.

                “ Hei! Aku bisa membuka pagarku. Dasar tidak sabar! “ kerasku sembari membuka pagar yang terkunci di bawahnya.

                “ Kau pikir aku bisa bersabar saat ini? Atau aku akan mati disana, “ sergah Yoongi memandangku kesal, lalu duduk di balik pagar, agar para sasaeng tidak melihatnya.

                Entahlah. Menurutku, jika kalian ada diposisiku. Aku tidak yakin, kalian masih mencintai Min Yoongi. Jika itu tidak benar, berarti kalian tidak waras. Orang normal mana yang masih menyukai artis kesukaannya setelah dua hari berturut – turut selalu mendengar omelannya-_-

                Aku melipat tangan. Menghembus nafas kesal.

                “ Kuharap idol yang lain tidak sepertimu. Yang sela… “

                “ Bisakah kau diam? “ Suaranya memelan. Menyadari gerombolan gadis disana akan melintas.

                Aku mendengus dan memilih berjalan ke depan teras, lalu duduk di sana. Menatap jalanan yang mulai dilewati langkah – langkah mereka.

                “ Mereka sudah tidak ada. Pergilah, sebelum ayahku akan membunuhku karena melihatmu disini, “ ujarku dari sini. “ Lagipula, kenapa kau keluyuran di kota, sih? Sendiri pula. Kau tidak berpikir akan terjadi seperti ini? “

                “ Aku lapar, tahu! Aku mencari sesuatu yang bisa dimakan selain makanan di dorm, yang setiap hari hanya jjajangmyun dan ramyun, “  ujarnya. Membuat pertanyaanku tampak gampang, lalu mendorong pintu pagar.

                Aku sedari tadi diam, melihat setiap pergerakkannya. Yang mulai menghilang dari pandanganku. Oh, baik. Dia sudah pergi. Tanpa terima kasih. Huh. Tentu saja aku akan masuk ke rumah setelahnya.

                Ah, menyusahkan saja! Bahkan, dia lupa menutup pagarnya. Aku berjalan malas kesana untuk menutupnya lagi.

                Disaat aku mengaitkan penguncinya, aku lantas melihat sepertiga bagian sepatu Air Jordan berwarna hitam putih, muncul dari sela pagar. Menggerakan mataku untuk melihat ke pemiliknya.

                “ Apa lagi? “

                “ Pinjam ponselmu, “

                Aku melongo.

                “ Kubilang pinjam! “ tekannya. Wajahnya juga menuntutku.

                Dia tidak membawanya kabur , kan? Ah, tidak – tidak. Bagaimana aku bisa berpikir begitu? Kukeluarkan saja ponselku dari tas selempang biru muda milikku. Dan ia langsung mengambilnya, sebelum aku benar – benar menyerahkannya. Dasar.

                Kulirik, ia mengetikkan sesuatu disana.

                “ Sepertinya aku perlu bantuanmu selama kita satu sekolah, “ tukasnya lalu mengembalikan ponselku.

                Dan aku buru – buru mengeceknya. Melihat apa yang baru saja ia lakukan dengan ponselku. Nomor?

                “ Maksudmu? “ Bingung menggerogotiku. Aku tidak mengerti. 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK