“ Sepertinya aku perlu bantuanmu selama kita satu sekolah, “ tukasnya lalu mengembalikan ponselku.
Dan aku buru – buru mengeceknya. Melihat apa yang baru saja ia lakukan dengan ponselku. Nomor?
“ Maksudmu? “ Bingung menggerogotiku. Aku tidak mengerti.
“ Jadi bodyguard – ku, bodoh, “ Yoongi berdecak. “ Lagipula itu bagus karena kau bukan fansku, “ tambahnya lalu memasang tudung kepala jaket hitamnya. Kemudian, apa? Huh, dia pergi begitu saja. Dan kali ini tidak kembali lagi.
Aku? Aku tak berkutik. Aku masih meresapi kata per kata anak itu. Jadi … Bodyguard. Wah, itu menyusahkan sekali. Apalagi harus mengurus artis pemarah itu.
Hari minggu terlewati. Kenapa cepat sekali, sih? Aku masih ingin bersantai dari perkerjaan dan sekolah. Ya, kebetulan aku tidak mendapat shift hari Minggu. Aish, tapi mau bagaimana pun hari ini sudah Senin.
Pagi ini, hahaha, aku tidak punya rasa khawatir atau sebagainya karena aku tidak terlambat. Justru, tiga puluh menit lebih awal dari jam masuk. Ck! Dimana gadis cerewet itu? Aku tidak melihat Hani sedari aku datang. Biasanya ia adalah penghuni awal kelas sejak BTS ada disini untuk menguntit mereka.
Tunggu? BTS? Astaga. Aku baru saja ingat kalau aku sekarang adalah bodyguard rapper cerewet itu. Hmm, sebentar. Bodygouard? Bukankah tugasnya untuk mendampinginya? Hah? Jangan bilang, itu akan menguras waktu dan tenagaku -_-
Benda metal itu.
‘ Belakang kelas ‘
Aku menghela nafas lumayan panjang. Pagi – pagi begini dia perlu apa dariku? Fans yang mengerjar – ngejar? Cih, bukankah itu resiko dari seorang artis?Member lain saja sabar melayani fans – nya. Kenapa ia tidak?
‘ Aku lupa mengerjakan PR ku, ‘ Aku mengetik papan keyboard disana. Sungguh, aku malas sekali melihat wajahnya. Terlebih, kalau dia sudah melampiaskan kata – katanya. Menghancurkan pagi tenangku saja.
‘ Cepat saja kesini. Bohong itu dosa, ‘
Eh? Bagaimana ia bisa ….
Ah, sudahlah. Aku pasrah. Aku mendatanginya kesana dengan langkah tak semangat. Dan benar saja. Dia duduk disana dengan merentangkan kaki hingga membendung jalan sempit itu.
“ Apa? Fansmu lagi? “
Yoongi hanya diam. Tapi, ia menyerahkan sebuah buku tulis dan pena. Membuatku menyerngitkan dahi.
“ Ajari aku Matematika, “
Apa? Jadi, dia menyuruhku karena ini saja?
“ Bukahkah kau anak kelas A? Pasti kau bisa membantuku. Kalau aku belajar dengan para member. Pasti akan terganggu dengan ulah siswi ricuh disana! “ ujarnya lalu melipat kedua tangannya.
Hah, jangan bilang dia akan melakukan hal ini setiap hari!
“ Kenapa sih kau selalu menghindari fans mu? Ya itulah resikomu menjadi artis! Kau harus sabar melayani mereka, “
“ Sudahlah. Jangan menceramahiku! Ajari aku saja! “ sergahnya mendesis.
Oh, aku. Aku kesal. Sangat. Sungguh sangat benar – benar dan bla bla bla kesal.
Ck. Aku akan menghadapi hari yang panjang. Jangankan setahun kedepan. Ini baru hari pertama-_-
“ Jisoo – ya, ayo makan! “ Hani menggandeng tanganku menuju arah kantin melalui jalur depan, tentunya.
“ Ck, berjanjilah padaku kalau kau tidak akan membiarkanku sendiri lagi, “
Hani mengangguk. Wah. Ya, sebenarnya aku sudah tidak yakin dari awal kalau dia akan menepatinya.
Beruntungnya, sepi. Apa para siswi sudah bertaubat? Hahaha.
Dreett
Aish, aku tidak berminat sama sekali untuk membaca pesan yang sudah bisa kutebak siapa pengirimnya. Dan hanya meneruskan langkah bersama Hani.
“ Hmm, kita lihat menu hari ini. Kau mau makan apa? “ Aku bergumam sesaat melihat sajian makanan yang sudah tertera disana.
“ Terserah saja. Aku ikut, “ ujar Hani sambil mengetik – ngetik apalah itu di ponselnya.
Baru saju kuambil sendok untuk mengambil Tteokppeoki, getaran ponsel itu terasa lagi dari kantong seragamku.
‘ Kau dimana, sih? ‘
Aku mendengus nafas sebal membacanya. Membalas? Tidak. Aku terlalu malas untuk itu. Apa aku akan kesana?
Ck. Tidak usah saja. Aku sangat lapar, asal dia tahu! Lagipula, aku bisa bilang alasan kalau … Ponselku tertinggal di kelas … Atau baterainya habis, kan? Dan untuk mencegah agar getarnya tidak mengganggu makan siangku yang tentram, aku mematikannya
“ Disana sa …. “
Hani tidak terkendali setelahnya. Bukannya ingin makan, namun ia beralih mendekati kerumunan siswi lainnya yang mulai memasuki kantin. Huh.
“ Dan itulah janji yang dimaksud … “ gemingku menggeleng kepala.
Aku? Bagaimana? Ya tentu saja makan. Aku tak peduli seperti biasa.
Kulihat siluet Hani yang sibuk dengan tujuh siswa baru kelas B disana.
Hah? Apa aku tidak salah lihat? Tujuh siswa?
Yoongi ikut makan siang bersama? Daebak!
Dan tidak seperti yang kupikir. Rupanya ia lantas balik melihatku. Tajam. Heol. Buru – buru, aku berbalik dan kembali melahap Tteokpeoki itu sampai habis.
Baiklah. Tenagaku telah pulih terlebih setelah mengakhiri makan siangku dengan segelas Lemon Tea. Selanjutnya, ya aku akan kembali ke kelas. Hani? Ah, biarkan saja dia. Itupun kalau dia juga ingat kalau dia sudah meninggalkanku.
Jalan depan, seperti biasa akan macet saat – saat seperti ini. Aku mengubah jalurku menuju jalan setapak langgananku. Huah, syukurlah. Sosok makhluk itu tidak ada disana. Hatiku sangat tentram, saat berjalan tepat di belakang kelas 12 – B.
“ Diam disana, “
Aku mematung. Setelah mendengarnya. Tak menoleh meresponnya.
“ Bagus. Kau menghindariku, “ Ucapannya begitu menekanku.
“ Aku .. Aku .. Ponselku tertinggal di kelas, “ Aku beralasan, dan gengsi memasang wajah serius saat berbalik menghadap Yoongi.
Kuharap dia mengerti dan memaklumiku. Tapi …
Langkah kakinya mulai memperpendek jaraknya denganku. Apa yang akan dia lakukan? aku otomatis memundurkan posisi tubuhku dari sini. Sial, ia mempercepat langkahnya dan … Tangannya menyerobot masuk ke dalam saku jas seragamku.
“ Hei! “ seruku memberontak.
Dan Yoongi akhirnya mengeluarkan tangan pucatnya. Dengan ponselku. Dan itu berlangsung dengan durasi seakan aku hanya tertiup angin. Hingga aku tidak bisa mencegahnya.
“ Mustahil jika anak abad 21 meninggalkan ponselnya. Tak peduli mereka kemana, “ ujarnya memampang ponselku seraya tersenyum. Senyum intimidasi, begitu aku menyebutnya.
Sialan.
“ Itu … Baterainya habis, “ lontarku begitu saja, dengan wajah yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Hmm, untungnya ponselku sempat kumatikan tadi.
Yoongi tidak diam saja, lalu menekan tombol unlock beberapa detik diatasnya. Ish, dia benar – benar sudah mengintimidasiku. Aku terus – terusan menggerutu di dalam hati.
Ia bergumam saat melihat layar ponselku yang mulai mengeluarkan cahaya. “ 78% , “
Dia siapa sih? Setiap aku berbohong dan menyembunyikan sesuatu, dia mengetahuinya-_-
“ Berikan kepadaku, “
Aku mencoba mengambil kembali ponselku. Ck, namun dia mengangkat tangan kanannya lebih tinggi, kira – kira setinggi telinganya. Apa aku diam saja? Aku mencoba melompat untuk meraihnya. Ck, rupanya aku tidak cukup tinggi dari namja pendek itu.
“ Pulang nanti akan kukembalikan, “ balasnya.
“Apa? Aish, cepat saja! Sebentar lagi bel masuk, “ desakku dengan wajah kesal. Seenaknya ia menahan ponselku.
“ Lalu, apa hubungannya ponsel dan bel masuk? Kau juga tidak akan menggunakannya, kan? “
Aku menghela nafas sejenak. Menahan emosi yang berdesakan disana.
Sampai akhirnya, bel masuk benar – benar berdering.
“ Min Yoongi, kembalikan! “ Aku setengah berteriak seraya berkacak pinggang.“ Aku harus presentasi Biologi hari ini, “
“ Kau .. “ Aku memotongnya.
“ Biar saja mereka tahu keberadaanmu disini! “ lanjutku lebih keras.
Tak perlu menunggu respon lama. Ia langsung menurunkan tangannya, diikuti dengan wajah menyerah disana. Wah, sepertinya aku sudah menemukan senjata untuk melemahkannya.
“ Sudah, sudah! Pergi sana! Makanya, lain kali jangan sekali – sekali kau tidak mengacuhkanku. Atau kau akan dapat masalah, “ celetuk Yoongi mengusirku.
Aku mendesis keras. “ Ck, iya iya, “ Aku buru – buru mengambil ponselku dari tangannya, sebelum akhirnya kembali ke kelas.
Setelah berjalan radius kira – kira 5 meter –an, kepalaku tergerak untuk memutar sedikit ke belakang. Dan menemukan siluetnya sedang memamjat dinding untuk memasuki kelas.
“ Apa dia benar – benar punya phobia dengan fans? Gila, “ gumamku.
----
“ Ish! Kau kemana saja sih? Untung saja kita jam kosong sekarang, “ Hani menepuk punggungku yang seketika membuatku terperanjat, sesampainya di kelas.
“ Aku ke toilet. Kukira kau melupakanku, “ lontarku sambil berjalan ke arah mejaku dan merebahkan kepalaku disana.
Hani menyeringai tak bersalah. “ Maaf, maaf” ujarnya. “ Uah, akhirnya Suga Oppa muncul! Aaaa, dia semakin tampan saja, ya, “
Hani. Dia beruntung tidak menjadi aku. Atau sebaliknya.
“ Jangan selipkan ‘ Oppa ‘ dinamanya.. Dia juga seangkatan kita, tahu, “
Mood ku langsung anjlok, entah saat mendengar nama Min Yoongi.
Hani memajukan bibir tipis bawahnya. “ Aku tahu, kok. Kau masih kesal, ya, dengan perilakunya?“
“ Sudah. Aku mau tidur sebentar, “ balasku lalu membenamkan kepalaku di atas lipatan tanganku.
Hani mendesis nyaring. “ Apa – apaan, sih? Awas kau, kalau kau masih tertidur di pelajaran selanjutnya, jangan salahkan aku! “ Gadis itu mencibir sebelum kembali duduk di bangkunya. Dan … entahlah sedang apa. Yang jelas aku dunia nyata ku mulai pudar. Hahaha, jika kau mengerti.
“ Hah? Hari ini? Hani, kau tahu aku …. “
“ Tidak ada tapi. Kau bekerja menjelang senja. Apa salahnya kalau kita santai sore dulu? Sudahlah. Nanti kujemput! Sampai jumpa, Jisoo – ya. Aku mencintaimu,“
Bip.
Gadis itu mengajakku keluyuran sore ini di Myeongdong. Huh, aku sudah jujur aku tidak bisa menemaninya. Tapi … Aish, dia keras kepala.
Pukul dua. Hmm, apa salahnya aku istirahat sebentar? Itu akan berguna untuk menyiapkan energi untuk bekerja nanti, selain menunggu Hani.
Kreekk
Ah, sial. Padahal aku baru saja ingin mengambil bantal Rilakkuma – ku.
“ Tadi kau bilang pukul tiga, “
Hani lalu duduk di tepi tempat tidurku, sembari melipat tangan.
“ Sekarang saja. Nanti kau terlambat kerja, “ cetusnya tanpa memandangku.
Aku mengeluh, membanting bantal. “ Aish, padahal aku mau tidur sambil menunggu, “
“ Ck! Siap – siap sana, “ decaknya memukul kakiku keras. Gadis itu lama – kelaman bisa menjadi seorang psikopat-_-
Aku bangkit dari area kesayanganku malas. Dan huh benar saja, aku masih menguap beberapa kali saat tengah berjalan ke arah kamar mandi.
“ Ah, bisakah kau berhenti memakainya? Pakai saja sebuah mini dress, atau apalah yang menarik, “ oceh Hani memandangku dari ujung rambut hingga kaki.
Aku mendengus. Aku bukan tipe gadis feminin seperti dia, dan mini dress adalah musuh terbesarku.
“ Tidak. Itu mengerikan, “ ujarku nampak jijik membayangkan jika aku mengenakannya.
“ Dasar gadis jadi – jadian. Pantas saja kau tidak punya pacar! “ celoteh Hani lalu tertawa meledek.
“ Cih, kau juga! Yang kau lakukan hanya berteriak –teriak tidak jelas melihat manusia – manusia itu. Makanya, kau tidak laku karena semua laki – laki berpikir kau gila! “ sambungku. Uh, dan benar saja, wajahnya langsung mengerut, dan tak berkutik setelahnya.
“ Ah, sudah – sudah. Ayo! “ Hani mulai bersuara mengalihkan topik. Ia lantas keluar kamarku untuk bersiap.
-------------------------------
Dari awal, aku bahkan tidak tahu apa tujuan kami kesini. Aku semacam seorang anak yang digamit ibunya sekarang. Hanya mengikuti kemana langkah Hani mengarah. Entah apa yang akan ia lakukan dengan uangnya yang menurutku tak pernah habis itu.
“ Jisoo – ya, gaun itu bagus kan untuk prom nanti? “
“ Hah? Jadi, kau kesini untuk … Hei! Prom night itu akan dilaksanakan akhir semester depan! Dan kau mau membelinya sekarang? “
Gadis itu, sungguh membuatku kehilangan tidur siangku yang sangat bermanfaat.
“ Aish! Gaun – gaun bagus itu terbatas. Apalagi modelnya seperti yang Kim Jiwon pakai di drama – dramanya. Kalau aku tidak membelinya segera, aku pasti tidak akan memilikinya, “ ocehnya, menuntunku memasuki butik wanita itu.
“ Kalau begitu, kau bisa membelinya sendiri. Aku mengantuk, tahu, “ timpalku, yang tak lama kemudian benar – benar menguap.
Hani berdecak memukul tanganku lumayan kencang. “ Aish, aku minta bantuanmu memlihnya! Nah, yang mana yang bagus? “ Ia lalu menunjuk beberapa dress berbeda yang dikenakan pada tiga manekin berdiri.
Aku mengaduh sesaat.
“ Terserah … “
“ Aku tidak mau mendengar kata ‘ terserah saja ‘ darimu, “ sambungnya.
Aku mendesis meliriknya. Dasar cerewet.
“ Yang merah muda itu saja, “ Tunjukku kearah salah satu manekin.
Hani tersenyum senang setelahnya. “ Ahjumma, tolong yang seperti ini, satu, ya, “
----
“ Cantik. Aku menyukainya, sangat. Selera fashionmu bagus, tapi kenapa kau berpakaian seperti ingin berperang? “ Hani terus – terusan memandangi paper bag menggantung bertuliskan logo “ Beauty Boutique “ disana.
“ Berperang? Ck, seenaknya saja! Hei, ini lebih keren daripada apapun. Selain itu, aku bisa bebas bergerak karenanya, “
Bahkan jika disuruh memilih Converse atau high heels pun, aku pasti memilih Converse tanpa harus menghabiskan waktu untuk memutuskannya.
“ Sampai kapan kau akan berlagak sebagai gadis tidak normal? Memakai sesuatu yang panjang, tidak berhias kemana pun, bahkan kau tidak punya riwayat jatuh cinta, “ katanya, yang akhirnya lepas kontak penglihatan dengan ‘ gaunnya ‘
“ Berisik. Ayo, pulang! “ tukasku melipat kedua tangan, tanpa memandang wajah oval milik gadis itu.
----
Wah, ada apa dengan hari ini? Café nampak lengang, tak seperti biasanya. Hanya lima – enam pelanggan yang duduk bersantai di meja yang tersebar. Tapi, biarpun begitu juga membawa dampak yang bagus untukku. Aku bisa meregangkan kakiku sambil duduk setelah seringnya aku berdiri.
‘ Jawab, atau akan kucuri ponselmu besok, ‘
Aku tersenyum remeh. Ia kira aku selemah itu? Ngomong – ngomong, kerasukan apa dia mengirimiku pesan malam – malam begini?
Aku cukup mengetikkan ‘ Apa yang kau perlukan? ‘ disitu.
‘ Sedang apa? ‘